Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia] - Chapter 206
- Home
- Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia]
- Chapter 206 - Mimpi (V)
Bahkan, Xue Jiao menatapnya dengan heran——
Jika dia mengingatnya dengan benar, Cheng Ming Ze akan mengambil Jurusan Keuangan, jadi setelah lulus kuliah, dia akan kembali untuk mengambil alih pekerjaan Cheng Shuo.
Bagaimana bisa dia tiba-tiba memilih Jurusan Ilmu Komputer?
Cheng Shuo juga bertanya-tanya, “Kau tidak akan belajar keuangan?”
Sejak awal, keluarga itu mengatakan bahwa Peng Cheng adalah milik Cheng Ming Ze. Dia juga telah mempersiapkan diri untuk mengambil alih perusahaan, bagaimana mungkin dia tiba-tiba ingin belajar Ilmu Komputer?
“Ayah.” Cheng Ming Ze tiba-tiba berdiri dengan serius dan menatap Cheng Shuo.
Matanya fokus dan suaranya terdengar serius, “Aku ingin belajar Ilmu Komputer. Aku tertarik dengan itu dan aku ingin mendirikan perusahaan yang nantinya akan membuat situs web dan game.”
Ini adalah pertama kalinya Cheng Ming Ze mengatakan ini dan itu membuat Cheng Shuo sedikit bingung.
Peng Cheng adalah sebuah perusahaan industri. Itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang dibicarakan Cheng Ming Ze. Jika dia berjalan sesuai dengan rencananya ini, dia akan berada di jalan yang sama sekali berbeda.
Cheng Shuo membuka mulutnya untuk sementara waktu dan suaranya menjadi serak, “Kau…”
Seperti mengetahui apa yang akan dikatakan ayahnya, Cheng Ming Ze melanjutkan, “Dulu, aku hanya berpikir untuk segera menyelesaikan pendidikanku. Ayah sudah tua dan harus beristirahat, tapi aku memikirkan banyak hal di tahun ketigaku ini. Aku ingin mengambil jalan lain. Aku ingin mewujudkan impian masa kecilku.”
Suara Cheng Shuo menjadi semakin serak, “Kau… masih mengingat impia masih kecilmu?”
“Ya, aku selalu mengingatnya. Aku memikirkannya kembali tahun ini. Aku tidak ingin mengambil alih Peng Cheng. Aku ingin mewujudkan impianku.” Cheng Ming Ze terlihat serius.
Cheng Shuo tidak berbicara dan hanya terdiam.
Cheng Ming Ze tidak ingin mengambil alih perusahaan dan Xue Jiao jelas tidak menginginkannya. Setelah Cheng Shuo tidak bisa lagi mengelola Peng Cheng, perusahaan itu ditakdirkan untuk dijual atau mereka akan memperkerjakan seseorang untuk mengurus perusahaan itu. Tidak peduli jalan mana yang akan mereka ambil, industri yang menjadi pilar kehidupan Cheng Shuo akan secara bertahap menghilang.
Cheng Shuo berharap bahwa Cheng Ming Ze akan melipatgandakan ukuran Peng Cheng dan harapan itu tidak akan pernah terwujud lagi.
Setelah sekian lama, Li Si Tong tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara, “Ming Ze——”
Cheng Shuo memegang tangan Li SI Tong dan tidak mengizinkannya berbicara.
Dia merasa seperti kehilangan seluruh kekuatannya dalam sekejap dan hanya berkata, “Ming Ze, kau selalu menjadi anak yang sangat patuh dan tidak pernah banyak meminta. Ketika kau masih kecil dan bermain game ular di ponsel, kau memberi tahu ibumu bahwa itu terlalu sederhana dan kau akan membuat sesuatu yang lebih menyenangkan di masa mendatang. Pada saat itu, ketika kau masih kecil, kami tidak menganggapi perkataanmu itu dengan serius, dan kemudian, ketika kau bermain game, kau mengatakan bahwa kau akan membuat sesuatu yang lebih baik saat kau dewasa nanti. Lambat laun, kau beranjak dewasa dan tidak mengatakannya itu lagi. Ayah tidak menyangka bahwa kau tidak pernah melupakannya…”
Cheng Ming Ze mengangguk dengan tatapan bersungguh-sungguh.
“Kau ingin melanjutkan pendidikanmu di jurusan ini, tapi kau harus tahu bahwa jalan yang akan kau tempuh ini bukan jalan yang Ayah harapkan. Jika kau ingin mengejar impianmu, Peng Cheng tidak akan menjadi jalan keluarmu di masa depan. Di kemudian hari, kau tidak boleh menyesal karena kau telah memilih jalan ini..” Suara Cheng Shuo terdengar sangat serius.
Cheng Ming Ze mengangguk dengan serius dan tanpa ragu, “Ayah, aku tidak akan menyesal…”
“Kalau begitu, kau bisa memberi tahu pihak sekolah.” Cheng Shuo selesai berbicara dan berjalan menuju kamarnya.
Pewaris yang dia didik tidak siap untuk mewarisi perusahaannya.
Ini adalah sesuatu yang sangat mencolok bagi generasi yang lebih tua.
“Ini…” Li Si Tong memandang Cheng Ming Ze dan menatap Cheng Shuo. Pada akhirnya, dia tidak berbicara dan hanya mengikuti suaminya ke kamar.
Hanya Xue Jiao dan Cheng Ming Ze yang tersisa di ruang tamu. Wajahnya pun memutih.
Dia tidak menyangka bahwa dia akan mengalami efek kupu-kupu, bahkan masa depan Cheng Ming Ze juga berubah!
Xue Jiao tidak tahu bagaimana Cheng Ming Ze ingin belajar Ilmu Komputer, tapi dia yakin bahwa ketika pemuda ini mengambil alih perusahaan di masa depan, dia akan membuat Peng Cheng naik ke peringkat pertama di dunia industri!
Namun, semuanya berantakan!
“Ge…” Xue Jiao membuka mulutnya dengan wajahnya yang linglung, “Mengapa kau tidak memikirkan perusahaan? Kau telah belajar dengan Ayah selama bertahun-tahun dan kau akan membuat prestasi besar di masa depan…”
Cheng Ming Ze tersenyum dan mendekatinya.
Dia mengulurkan tangan, membelai kepala Xue Jiao dengan lembut, dan berkata, “Jiao Jiao, aku merasa sangat bahagia.”
Xue Jiao memiringkan kepalanya dengan wajah hampa.
“Mimpiku sejak kecil adalah belajar Ilmu Komputer dan ketika aku memilih jurusan ini sekarang, itu merupakan pencapaian terbesarku.”
Xue Jiao masih bingung.
Cheng Ming Ze terus tersenyum, “Karena ini adalah mimpiku, aku sedang dalam perjalanan menuju mimpi itu.”