Thousand Miles of Bright Moonlight - Chapter 57
Ashina Bisha mengemasi bawaannya, mengatur kereta dan kuda, lalu pergi menemui Yaoying di kuil Buddhis.
Di dalam griya, teralis-teralis bunga dari kayu dirambati oleh sulur-sulur yang saling berbelitan, gerumbul-gerumbul buah bergelantungan pada cabang-cabang hijaunya. Anggurnya belum matang, namun begitu montok dan bundar, sejernih kristal.
Bisha mengangkat tangannya, memetik dua gerumbul anggur, dan membawanya ke dalam rumah.
Yaoying sedang duduk berlutut di depan meja panjang, alisnya sedikit bertaut, dengan setumpuk kitab di hadapannya.
Bisha tak bisa menahan diri untuk terkekeh: “Apa Raja telah memintamu membaca ini?”
Yaoying mengangguk seraya tersenyum. Mendorong kitab-kitab itu menjauh, dia menegakkan punggung dan memberi isyarat pada Bisha untuk duduk.
Xie Peng, yang berjaga di sudut ruangan, menundukkan kepala dan mengundurkan diri.
Bisha duduk di atas karpet felt, matanya dengan cepat mengamati sekeliling. Perabotan di dalam ruangan itu masih sama. Tak ada tambahan pada tirai kasa brokat ataupun bangku panjang mewah nan empuk di selain beberapa peti besar yang penuh buku.
Putri Wenzhao adalah seorang putri yang mampu menanggung kesukaran yang luar biasa. Tak peduli di mana pun dia berada, dia selalu bisa menghadapi semua tantangan yang datang.
Justru inilah yang Bisha cemaskan. Dengan kecantikan yang tidak biasa, sikap memikat nan lembut dari seorang gadis muda, kecemerlangan dan keanggunan seorang putri istana, namun dengan ketangguhan serta kekuatan karakter. Dia mengagumi wanita seperti itu, dan karenanya, jadi lebih takut lagi jika Putri Wenzhao semakin dekat dengan Roga.
Melihat kalau Bisha tampak begitu tertegun, Yaoying menatapnya dan bertanya, “Jenderal, apa Raja tidak leluasa untuk bertemu saya?”
Tersadar kembali dari lamunannya, Bisha terbatuk dan berkata, “Raja punya urusan penting yang harus ditangani, jadi tidak mudah baginya untuk menemui Putri. Jika Putri ada sesuatu yang hendak disampaikan, saya bisa membantu menyampaikan pesan.”
Yaoying menimbang-nimbang sejenak. Keberadaan Su Dangu begitu dirahasiakan, jadi perintah-perintah politis penting semuanya disampaikan oleh prajurit pribadi. Kalau Yaoying ingin bertemu dengannya, entah kapan waktu itu akan tiba. Beberapa hal tetap sama saja mau dia ataupun Bisha yang mengatakannya.
“Jenderal, apakah orang-orang Rong Utara yang Anda tangkap malam itu telah dikirim kembali ke Rong Utara?”
Bisha menggelengkan kepalanya: “Belum. Saya akan pergi menuju Rong Utara malam ini dan mengawal mereka sendiri.”
Yaoying tertegun: “Jenderal harus mengawal mereka sendiri?”
Mata Bisha berkilat sejenak, tapi dia tak mengatakan apa-apa tentang surat negara yang telah ditulis sendiri oleh Roga: “Ya, saya sendiri yang akan mengawal mereka kembali ke Rong Utara. Para pengawal pangeran mereka muncul di dalam istana kerajaan Mahkamah Kerajaan. Khan Rong Utara harus memberi penjelasan kepada Mahkamah Kerajaan.”
Yaoying tak bertanya lebih banyak lagi dan berkata, “Saya baru saja akan mendiskusikan masalah ini dengan Jenderal. Beberapa orang Rong Utara itu sebenarnya bisa berguna.”
Bisha menaikkan alisnya.
Mata Yaoying membalas tatapan menyelidik Bisha, dan berkata terang-terangan, “Saya pernah terperangkap di dalam perkemahan Rong Utara, dan sudah mendengar banyak rahasia tersembunyi dari keluarga kerajaan Rong Utara. Haidu Aling adalah orang asing yang diadopsi oleh Wakhan Khan. Beberapa orang putra Wakhan Khan sudah cukup lama berselisih dengannya, dan sang Khan juga mulai merasa takut kepadanya. Ada banyak konflik internal di dalam keluarga kerajaan itu. Jika Jenderal bisa memanfaatkan orang-orang Rong Utara itu, hal tersebut bisa memperdalam perselisihan antara Wakhan Khan dan Haidu Aling.”
Mata Bisha sedikit memicing, menatap Yaoying dengan tatapan berbeda dari biasanya: “Bagaimana Putri tahu bahwa sudah ada celah di antara Haidu Aling dan Wakhan Khan?”
Yaoying tertawa ringan: “Sebelumnya, ketika sang Putra Buddha sedang sangat membutuhkan adas air, Jenderal sendiri yang pergi ke Rong Utara untuk meminta mahar saya. Bukankah Wakhan Khan telah berjanji uhntuk mengembalikan mahar itu saat itu juga, dan bahkan menghardik Haidu Aling?”
Bisha menggosok dagunya dan berkata, “Betul.”
Yaoying berkata penuh keyakinan, “Jika pangeran-pangeran lainnya yang mengambil mahar saya dan Jenderal pergi ke Rong Utara untuk memintanya, Wakhan Khan tidak akan sedemikian mudahnya setuju untuk mengembalikan mahar itu.”
Bisha teringat pada kejadian hari itu dan mengangguk: “Memang, Wakhan Khan sanggat sopan padaku, dan bahkan menghardik Haidu Aling di depan umum….”
Matanya berbinar dan dia pun tertawa pelan ke dalam telapak tangannya.
“Wakhan Khan sedang menggunakan Mahkamah Kerajaan kami untuk dengan sengaja menekan Haidu Aling!”
Rong Utara memuja orang-orang yang kuat, ganas, dan tak beradab. Bukan hal tidak lazim bagi tahta Khan untuk berpindah tangan dalam waktu satu hari. Siapa pun yang terkuat bisa menjadi Khan yang baru dan hal yang sama juga berlaku di antara ayah dan anak, kakak dan adik. Karenanya, perasaan kasih antarkeluarga di dalam keluarga istana itu tipis. Begitu seorang Khan tua mati, suku tersebut akan mengalami kekacauan hebat karena perebutan kekuasaan. Sebuah kekaisaran yang kuat bisa tumbuh dengan cepat dan meratakan padang rumput hanya dalam beberapa tahun, atau runtuh dan hancur lebur dalam waktu semalam.
Wakhan Khan sudah semakin tua, dan Haidu Aling masih muda dan kuat. Dia bukan keponakan kandung Wakhan Khan, jadi sang Khan tua mulai waspada terhadap Haidu Aling.
Sejenak Bisha tampak bersemangat, sebelum mengernyit dan berkata, “Tapi ini cuma tebakan kita. Mungkin Wakhan Khan sedang berusaha membuatku bingung.”
Yaoying mengangguk, “Mungkin memang seperti yang Jenderal pikirkan, Wakhan Khan memiliki muslihat mendalam dan pandangan jauh ke depan, serta hanya sedang membingungkan Jenderal pada saat itu. Namun, saat ini hal itu jelas tidak benar. Kunjungan Haidu Aling ke Mahkamah Kerajaan kali ini telah memastikan bahwa tebakan saya benar.”
Bisha memicingkan matanya, “Oh? Kenapa Putri berkata demikian?”
Yaoying tersenyum: “Jenderal, jika Anda adalah Pangeran Haidu Aling, dengan pasukan besar di tangan, menakhlukkan di utara dan selatan, serta ambisius, akankah Anda memprovokasi Mahkamah Kerajaan lagi dan lagi demi seorang wanita seperti saya setelah Mahkamah Kerajaan dan Rong Utara membuat kesepakatan?”
Bisha tertegun, tatapannya tertuju pada wajah Yaoying: “Putri tampak seperti dewi. Haidu Aling bertekad memiliki Putri.”
Yaoying tampak tenang: “Ya, Haidu Aling memandang saya sebagai mangsanya, tapi dia adalah seorang pemburu berpengalaman. Seorang pemburu yang tenang tidak akan begitu saja mempertaruhkan nyawa untuk mangsanya.”
Bisha menatap yaoying, perlahan sorot matanya berubah. Tanpa sadar dia menegakkan duduknya, dan ekspresinya jadi lebih serius.
“Apa maksud Putri?”
Yaoying berkata perlahan, “Saya punya sedikit pemahaman tentang Haidu Aling. Dia kasar dan punya ambisi besar, tapi dia tak pernah merupakan seseorang yang mengabaikan hal besar demi seorang wanita. Dia sedang berusaha membuat bingung Wakhan Khan serta putra-putra sang Khan untuk membuat Wakhan Khan menurunkan kewaspadaannya.”
Yaoying berani bersikap seyakin ini bukannya tanpa alasan.
Di dalam buku, Haidu Aling pemberani dan penyuka perang serta naik dengan cepat, menarik kecemburuan pangeran-pangeran lain dan kecurigaan Wakhan Khan. Para pangeran mengatur penyergapan untuk memerangkap Haidu Aling. Dia jatuh ke dalam perangkap dan nyaris mati di bawah pedang mereka, dengan banyak prajurit kepercayaannya mati.
Setelah dia pulih dari luka-lukanya, Haidu Aling menyembunyikan dirinya sendiri dalam pengasingan, berpura-pura dia sudah menyerah dalam keputusasaan karena kakinya yang pincang. Selama lebih dari satu tahun, dia terus berjalan dengan pincang. Sertelah itu, dalam salah satu kampanyenya, dia merampas beberapa orang wanita cantik dari Padang Pasir Utara, yang salah satunya dikenal sebagai wanita cantik kelas satu yang memikat serta memesona, mahir dalam seni bercinta. Dia menghabiskan waktu sepanjang hari untuk bermesraan dengan wanita itu di dalam tendanya, menenggelamkan diri dalam seks dan mengabaikan urusan militer. Ketika para bawahannya menasihati dirinya, dia mengangkat pedangnya dan membunuh mereka.
Ketika Wakhan Khan dan putra-putranya melihat kalau Haidu Aling telah menjadi orang cacat, mabuk, dan ingin mati, serta semua prajuritnya kabur dan memberontak namun dia masih tak bisa menjauhkan dirinya dari wanita-wanita cantik itu, perlahan-lahan mereka pun menurunkan kewaspadaan mereka terhadapnya.
Belakangan, Haidu Aling memimpin pasukannya memasuki perkemahan dan membunuh Wakhan Khan dengan tangannya sendiri, membantai keluarga istana dari Rong Utara dan menjadi Khan Rong Utara yang baru.
Ketika Yaoying sedang berada di dalam perkemahan Rong Utara, sudah terjadi banyak perkelahian terbuka dan manuver diam-diam antara pangeran-pangeran Rong Utara dan Haidu Aling. Dia hanya mengipasi apinya dan memancing pangeranp-pangeran lain agar mengambil rampasan perang Haidu Aling, memperkeruh konflik. Setelah itu, Bisha membawa surat kepada Wakhan Khan untuk meminta mahar Yaoying, Yaoying pun memasang beberapa jebakan di dalam surat itu sehingga sang Khan Rong Utara akan waspada kepada Haidu Aling.
Kini pasti telah terjadi kondisi ‘pedang dihunus dan busur dilengkungkan’ di dalam keluarga kerajaan Rong Utara.
Yaoying berkata lembut: “Haidu Aling bukan orang yang bisa dibuat bingung oleh wanita cantik. Dia dan Wakhan Khan, ayah dan anak itu, pasti telah berselisih, jadi dia sengaja datang ke Mahkamah Kerajaan dan menerobos ke dalam istana kerajaan pada malam itu untuk membuat Wakhan Khan mengira dirinya adalah orang bodoh yang linglung karena wanita.”
Setelah berkata demikian, dia tersenyum, “Semua ini hanya tebakan saya. Hanya saja bagus juga kalau Jenderal akan pergi ke perkemahan Rong Utara, jadi Jenderal bisa mengamati untuk melihat apakah Haidu Aling dan pangeran-pangeran lainnya sudah saling bermusuhan.”
Hati Bisha terguncang, merasa terganggu cukup lama sebelum mengangguk.
“Kalau semuanya seperti yang Putri tebak, saya bisa mulai dengan beberapa pasukan itu untuk mengacaukan rencana Haidu Aling dalam berpura-pura lemah dan membuat Wakhan Khan lebih waspada kepadanya.”
Persis inilah yang ingin Yaoying diskusikan dengan Bisha: “Entah apakah Haidu Aling benar-benar menerobos ke dalam istana karena dorongan sesaat atau dia punya rencana lainnya, Jenderal bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat masalah. Kalau tebakan saya salah, Jenderal bisa berimprovisasi, seperti membuat Wakhan Khan berpikir bahwa Pangeran Haidu Aling telah membuat suatu kesepakatan dengan Mahkamah Kerajaan. Sang Khan akan harus mencurigai Haidu Aling bahkan jika Beliau tak pernah meragukannya.”
Mata Bisha melebar.
Putri Wenzhao ternyata bisa menghasilkan rencana berbisa semacam itu!
Jika keluarga kerajaan dari Rong Utara dalam kondisi damai, mereka akan mengadu domba Wakhan Khan dan Haidu Aling.
Kalau keluarga kerajaan Rong Utara tidak stabil, mereka akan menambah minyak ke dalam api, sehingga apinya membakar lebih hebat lagi.
Singkatnya, tak peduli apa penyebab Haidu Aling datang ke Mahkamah Kerajaan, Putri Wenzhao akan menyeret jatuh Haidu Aling dan menggigit habis dagingnya untuk sepenuhnya mengacaukan keluarga kerajaan dari Rong Utara!
Raut wajah Bisha tampak terlalu kaget. Mau tak mau Yaoying menjelaskan: “Strategi militer bagian atas, diikuti oleh yang kedua, ‘mengalahkan pasukan tanpa berperang’, juga adalah strategi terbaik. Kita mengingatkan Wakhan Khan agar waspada kepada Haidu Aling, memperbesar konflik di antara mereka, dan melemahkan Rong Utara, supaya mereka kerepotan mengurus urusan mereka sendiri. Itu juga adalah salah satu metode militer untuk menghindari perang.”
Rong Utara telah menebar bibir perselisihan dan memancing negara-negara di Dataran Tengah untuk berperang, berusaha memanfaatkan situasi dan meraih kesempatan apa pun yang bisa mereka dapatkan. Dia hanya membalas jasa itu. Gigi dibalas gigi.
Setelah menyelesaikan perkataannya, Yaoying menegakkan diri dan dengan serius memberi hormat kepada Bisha, berkata, “Saya bukan orang dari Mahkamah Kerajaan dan hanya tinggal di Kota Suci, jadi saya tak seharusnya ikut campur dalam urusan-urusan politis besar. Saya hanya menghadapi ancaman yang sama dengan negara Anda yang terhormat ini, jadi saya memberanikan diri untuk mengucapkan apa yang ada dalam pikiran saya. Saya harap Jenderal tidak akan merasa tersinggung. Anggap saja saya ini orang yang masih muda dan tak tahu apa-apa yang sedang bicara sembarangan.”
Telapak tangan Bisha sedikit berkeringat. Setelah diam sejenak, dia bangkit dan membantu Yaoying berdiri: “Putri adalah tamu kehormatan dari Mahkamah Kerajaan. Kata-kata ini hanya akan ada di antara kita berdua. Tak ada satu orang lain pun yang akan tahu.”
Yaoying tersenyum samar.
Dia tak peduli apa yang Bisha pikirkan tentang dirinya, asalkan sarannya bisa berguna.
Tiba-tiba Bisha bertanya, “Mengapa Putri tidak menyarankannya secara langsung kepada Raja? Saya hanya seorang jenderal dari Pasukan Pusat. Semua keputusan harus disetujui oleh Raja.”
Yaoying mengerjap, matanya cerah dengan kejahilan cerdik dari seorang gadis muda: “Saya tidak akan menyembunyikannya dari Jenderal. Bhante adalah sosok yang begitu agung dan bersih. Bagi Bhante, intrik semacam ini… saya agak merasa tak mampu mengatakannya.”
Tumoroga bagaikan teratai yang berdiri tegak dan menentang angin, murni dan agung. Kalau Yaoying mendiskusikan hal-hal ini dengannya, bukankah dia akan mengernyit dan mengusir Yaoying dari Kuil Buddhis?
Bisha membeku sejenak dan kemudian tertawa keras.
“Anda menganggap Raja itu apa? Beliau itu adalah penguasa dari Mahkamah Kerajaan….”
Setelah tertawa sejenak, kecemasan dalam hati Bisha memudar beberapa bagian.
Roga memang beanr. Putri Wenzhao tak memiliki rasa suka kepadanya, murni hanya rasa hormat dan berhutang budi.
Roga selalu sadar dan rasional, tak pernah dibingungkan oleh penampilan.
Mau itu Roga atau identitas yang lainnya.
Bisha bangkit untuk pergi. Ketika dia berjalan menyusuri koridor panjang, tiba-tiba dia berbalik, tubuh bagian atasnya dicondongkan ke dalam ruangan: “Putri, ada satu hal yang Anda katakan secara salah.”
Yaoying mengangkat kepalanya: “Hm?”
Bisha berkata serius, “Haidu Aling ambisius dalam penakhlukannya ke selatan dan utara, namun dia malah memprovokasi Mahkamah Kerajaan lagi dan lagi demi untuk membawa Putri pergi bahkan meski Makamah Kerajaan dan Rong Utara telah membuat kesepakatan. Hal itu mungkin bukan sepenuhnya untuk bersandiwara.”
Yaoying menggelengkan kepalanya dan kehilangan senyumannya.
Dia terlahir dengan paras rupawan, cantik sejak kanak-kanak, ditambah dirinya adalah putri dari Keluarga Li. Bahkan jika dia tidak menampakkan wajahnya, dirinya dengan cepat menjadi terkenal di seluruh Dataran Tengah, dan ada banyak putra bangsawan, seperti ikan koi di sungai, yang mengaguminya.
Setiap kali dia menunggang kuda, putra-putra keluarga-keluarga itu akan saling bersaing untuk mengejar kudanya, hanya demi bisa sedikit lebih lama melihat dirinya.
Zheng Jing, Xue Wulang, Pei gongzi, Lu gongzi, Cui gongzi… orang-orang Li De, para prajurit pribadi Keluarga Xue….
Ada banyak orang yang mengagumi kecantikannya.
Yaoying percaya kalau rasa kagum mereka datang dari hati, tetapi lantas kenapa?
Dia terlahir di dunia yang penuh kemelut dan tumbuh besar di antara keluarga-keluarga berpengaruh serta kediaman-kediaman kaya. Dia mengerti bahwa ada sesuatu yang jauh lebih kuat daripada kecantikan untuk membangkitkan hasrat para lelaki untuk menakhlukkan, dan sesuatu itu adalah kekuasaan.
Demi bisa memanjat ke puncak kekuasaan, kaum lelaki meninggalkan segalanya.
Ini adalah era bangkitnya para penguasa, di mana para pahlawan bermunculan dari segala tempat. Para pria sibuk bertarung memperebutkan kekuasaan. Bagi mereka, wanita cantik hanyalah pemanis tambahan setelah berperang.
Asalkan mereka memiliki jubah kuning, dunia saja ada dalam telapak tangan mereka, apalagi wanita cantik?
Li De mengangkat Tang-shi sebagai Permaisuri secara anumerta, dan dunia mendesah atas cinta dan kasihnya yang mendalam kepada istrinya, melupakan kalau dia telah dengan telengas telah meninggalkan Tang-shi untuk menyatukan kekuasaan.
Li Xuanzhen terobsesi dengan Zhu Luyun selama bertahun-tahun, bersedia mati demi wanita itu, namun dia tetap saja, demi posisi sebagai putra mahkota, menikahi Zheng Biyu yang berasal dari keluarga berpengaruh.
Seorang pria seperti Haidu Aling takkan pernah berhenti menakhlukkan demi seorang wanita.
Setiap langkah yang dia ambil adalah demi ambisinya.
Melihat raut Yaoying yang tampak sangat tak terkesan, Bisha menyeringai.
“Putri, saya tak mengenal Haidu Aling, tapi saya adalah laki-laki.”
Ketika seorang laki-laki tak bisa hidup tanpa seorang wanita, dia bisa melupakan semuanya dan mempertaruhkan semuanya.
Yaoying membentangkan kedua tangannya.
Dia tak peduli apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Haidu Aling. Bahkan setelah ditangkap oleh pria itu selama enam bulan, bahkan meski terkadang Haidu Aling memperlihatkan sisi lembutnya, Yaoying masih berpikiran jernih: dirinya diambil oleh Haidu Aling, yang ingin menjinakkannya.
Bisha mendekat dengan penuh minat, mengintip dari balik bingkai pintu dan memandangi Yaoying dari atas ke bawah.
“Putri adalah wanita dari Dataran Tengah. Dataran Tengah semuanya adalah tentang etiket. Rong Utara tidak bicara tentang tata krama dan adat istiadat yang sedemikian banyaknya itu. Kami juga sama. Dalam sebuah suku, pria mana pun yang paling kuat dan paling pemberani akan memperoleh perhatian dari semua wanita. Haidu Aling kuat dan pemberani. Putri sungguh tak tergerak sama sekali?”
Yaoying mendongakkan kepalanya dan menatap Bisha seakan sedang menatap orang bodoh: “Jenderal menanyakan ini, mungkinkah Jenderal menyukai orang seperti Haidu Aling?”
Bisha tersedak mendengar kata-kata itu.
Yaoying menundukkan kepalanya dan membolak-balik halaman kitab.
Li Zhongqian membesarkan Yaoying dengan cinta, dengan sayang, dengan merawat, dengan memanjakan. Bagaimana bisa dia merendahkan dirinya sendiri dan jatuh cinta pada seorang pria yang memperlakukan dirinya seperti mainan?
Dia menghormati setiap jenis ketulusan. Bahkan jika dia tak bisa membalas, dia tidak akan memandang rendah perasaan mereka. Namun jenis orang seperti Haidu Aling? Maaf saja, dia tak tahan dengan itu.
Bisha menyentuh ujung hidungnya, wajahnya tampak malu. Dia pun berbalik untuk pergi.
Kini Bisha bisa sepenuhnya merasa tenang. Sang Putri sungguh bijaksana. Dia tidak akan mengambil risiko menerima kebencian dari seluruh Mahkamah Kerajaan untuk menggoda Roga.
****
Bisha kembali ke kediamannya dan berdiskusi dengan para penasihatnya selama beberapa saat, lalu mengirim memorial-memorial penting ke kuil Buddhis.
“Sang Putri mengusulkan strategi-strategi ini!”
Dia berseru dan menyampaikan kata-kata Yaoying yang sebenarnya, memberi penekanan pada kata-kata terakhir gadis itu.
Batin Roga begitu agung dan murni. Dia pasti memandang rendah kaum wanita secara mendalam.
Tumoroga selesai membaca memorial-memorial itu, ekspresinya jernih dan tanpa emosi. Tanpa berkata-kata, mata dirundukkan, dia mengangkat kuas ke atas kertas untuk memberi komentar.
Bisha tak tahu apakah dia sudah bisa pergi dengan ini atau tidak. Dia mengambil memorial yang sudah ditandai lalu meninggalkan ruang meditasi.
Sebelum pergi, Bisha mengunjungi istana.
Putri Chima sedang mengadakan perjamuan. Menari dan bernyanyi, pemandangan orang minum-minum dan berjudi, istana sarat dengan para tamu yang mabuk. Di setiap tempat yang terlihat, para bangsawan dan pejabat memeluk para penyanyi dan menenggelamkan diri dalam kesenangan. Suara musik yang merdu tak bisa menutupi suara-suara yang mencurigakan. Lingkungan bejat dan korup itu bagaikan mimpi orang mabuk.
Bisha menemukan Putri Chima yang setengah mabuk. Menarik lepas pria yang berbaring di atas sang Putri, dia melemparkan orang itu ke samping, berkata, “Putri, saya harus pergi ke Rong Utara selama beberapa hari.”
Mendengar kata-kata itu, seketika Putri Chima sedikit sadar. Bangkit dari bangku panjang, bahu seputih saljunya telanjang, “Kau tak boleh pergi! Terlalu berbahaya!”
Bisha berkata lemah, “Saya adalah jenderal dari Pasukan Pusat, dan saya diperintahkan untuk pergi ke Rong Utara. Bahaya apa yang bisa terjadi?”
Dia terdiam sejenak, tampak agak tidak puas.
“Putri, izinkan saya menasihati Anda agar tidak melakukan sesuatu yang bodoh yang bisa mencelakai Roga. Saya akan terus mengirim orang untuk menjaga Anda selama saya pergi.”
Wajah Putri Chima menggelap.
“Roga membiarkan gadis Han itu tinggal di Kuil Buddhis,” Putri Chima berkata dingin. “Dia telah terlena oleh wanita cantik, mengabaikan kebencian keluarganya, dan melanggar lima sila serta melakukan hubungan intim; dia telah melakukan hal tak senonoh yang tak bisa diterima oleh dunia. Semua rakyat jelata menggosipkan tentang hal itu. Bukannya menegur dia, kau malah datang untuk memperingatkan aku?”
Putri Chima mengangkat kepalanya dan menatap lurus pada Bisha.
“Aku tahu kalau kalian semua menyebut aku kejam, keji, dan keras kepala… aku adalah wanita jahat kalau dibandingkan dengan Roga yang agung, yang keluasan hatinya membuat kebencianku tampak kekanakan dan konyol.”
“Bisha, menyaksikan keluargaku mati tragis satu persatu di hadapanku, bisakah aku tidak membenci?”
Dia mendengus berulang kali, jemarinya menusuk dalam ke telapak tangannya.
“Kenapa dia bersikeras menentangku?! Kenapa? Saat aku ingin membunuh Klan Zhang, dia berbelaskasihan dan melarangku membunuh orang tak bersalah. Baik! Aku tidak akan membunuh orang yang tak bersalah! Sekarang apa? Kenapa dia harus begitu toleran kepada seorang gadis Han?”
Setelah berkata demikian, tiba-tiba Putri Chima berubah tenang, seakan sedang merenung.
“Roga selalu berbelaskasihan kepada orang Han…. Apa dia tahu sesuatu?”
Bisha mengernyit. Dia mengambil sarung di sebelahnya dan menyampirkannya ke bahu Putri Chima: “Ini tak seperti yang Anda pikirkan. Roga hanya sedang membantunya. Putri Wenzhao telah menyelamatkan nyawanya.”
Putri Chima tersenyum dingin.
Bisha menghela napas, panjang dan keras, “Beban di bahu Roga terlalu berat. Anda jangan menambah kekacauan padanya.”
Amarah memuncak di wajah Putri Chima, tubuhnya bergetar. Dia menahan amarahnya dan berkata dingin, “Rong Utara itu licik dan kejam. Bawa lebih banyak orang bersamamu saat kau pergi.”
Bisha tersenyum, “Tak usah mencemaskan saya. Wakhan Khan takut pada Roga. Dia takkan berani menyentuh saya.”
Setelah berkata demikian, Bisha mendesah.
“Saya dengar akhir-akhir ini Anda telah minum-minum dan bersenang-senang dengan hama-hama di mahkamah itu setiap hari. Apa gunanya? Jangan sampai mencelakai kesehatan Anda.”
Putri Chima mengiyakan dengan acuh tak acuh, wajahnya muram. Dia melihat Bisha berjalan ke luar dan langsung memanggil dayang-dayangnya: “Bisha akan pergi ke Rong Utara. Terus awasi kuil Buddhis. Aku tak percaya kalau Roga menolong gadis Han itu cuma untuk membalas budi! Mereka pasti sudah akrab sejak lama!”
Si dayang berkata susah payah, “Putri, istana tidak dijaga dengan ketat, jadi kami bisa mengawasi…. Tapi kuil Buddhis adalah kediaman Raja; semua penjaganya adalah para pengawal dari Pasukan Pusat. Orang-orang kita akan dideteksi begitu mereka mendekat. Dan Tuan Wali juga sudah kembali. Kalau Beliau sampai tahu….”
Mata coklat Putri Chima sedikit memicing ketika dia memotong kata-kata dayangnya dengan sentakan: “Tolol! Kalau kau tak bisa mendekat, tak bisakah kau mencari seseorang yang bisa? Bahkan jika kuilnya dijaga ketat, selalu ada bagian yang terlewat! Dengarkan baik-baik dan cari bukti perbuatan tak senonoh Roga dengan gadis Han itu!”
Si dayang tak berani mendebat lebih jauh lagi dan berkowtow sebagai tanggapannya.
Putri Chima berdiri, mengambil gelas anggur, dan berjalan menuju jendela.
Sosok Bisha tampak bergegas-gegas melintasi halaman dengan langkah-langkah ringan.
Bisha setia kepada Tumoroga, namun Roga malah mengirim dia dalam misi ke negara musuh.
Mata coklat Chima menyapu sosok Bisha dengan kebencian, jemarinya meremas kuat gelas anggurnya.
Keluarga Tumo tidak hanya punya satu pangeran, Roga. Dirinya adalah putri dari Keluarga Tumo. Karena Roga telah mengecewakan dirinya lagi dan lagi, dia akan mengambil kembali otoritas Keluarga Tumo.
Para menteri mahkamah pasti akan berada di pihaknya.
****
Setelah Bisha pergi, Yuanjue ditunjuk untuk melindungi Yaoying.
“Putri butuh pemandu ketika dia keluar.”
Yaoying merasa lega. Walaupun Tumoroga telah memberinya bahan pelajaran, dia diizinkan meninggalkan kuil Buddhis untuk berjalan-jalan santai setelah menjalani pelajaran pagi. Hal ini sungguh berpikiran terbuka dan pengertian.
Di luar kota, Pak Tua Qi Nian mengirimkan pesan kepadanya bahwa tumpukan pertama sutra di toko telah ludes terjual dan bertanya kepadanya kapan tumpukan kedua harus dijual.
Yaoying memberitahu mereka agar jangan terburu-buru menjualnya dan menunggu hingga barang-barang di tangan orang-orang Hu hampir terjual habis.
Sebelum dia pergi, Bisha mengenalkan Yaoying pada seorang pedagang Suthep. Dia meminta si pedagang Suthep agar membantunya membeli sepetak tanah yang luas, dan sesuai rencana semua, dia memindahkan semua orang yang tinggal di luar kota ke sana. Dia membeli beberapa ratus ekor domba dan sejumlah biji serta pohon buah-buahan sehingga mereka yang bisa melakukan pekerjaan bercocok tanam bisa menanam buah-buah beri dan melon serta buah-buahan lainnya.
Qi Nian dulunya adalah seorang pengurus rumah, dan semuanya diatur dengan cara yang tertata rapi.
Kelompok pedagang itu mau bekerjasama dengan Yaoying dan berjanji akan membantunya mengirim berita, namun Rong Utara dengan sengaja memutus hubungan antara Dataran Tengah dan Xi Yu. Rute dagang barat telah ditutup, jadi mereka hanya bisa pergi ke Timur melewati Congling. Tak ada jaminan kalau berita-beritanya bisa diantarkan.
Yaoying tak berkecil hati. Selalu lebih baik jika punya sedikit lebih banyak harapan.
Setelah mengurus tokonya, dia bertanya pada Yuanjue jika ada perajin di Mahkamah Kerajaan yang mahir dalam pertukangan kayu. Yuanjue merekomendasikan beberapa orang pedagang Persia yang diasingkan ke Mahkamah Kerajaan.
Yaoying menemukan pedagang-pedagang ini dan meminta mereka membantunya membuat perabot kayu yang dia inginkan.
Orang-orang Persia tidak bicara Bahasa Mandarin, dan dia tak terlalu mahir berbicara Bahasa Hu, jadi dalam waktu yang lama mereka pun bercakap-cakap seperti bebek bicara pada ayam, namun pada akhirnya orang-orang Persia itu berjanji kalau mereka bisa membuat apa yang dia inginkan.
Yaoying merasa kalau orang-orang Persia itu mungkin belum memahami permintaannya, tetapi melihat raut penuh percaya diri pihak lainnya, dia pun harus merasa puas dengan itu.
Setelah mengurus berbagai pekerjaan lainnya, Yaoying mulai merekrut para pengawal.
Ada banyak orang yang diasingkan secara paksa di Mahkamah Kerajaan, dan orang-orang ini sanggup menerjang api dan air demi koin perak Sasania.
Dalam kurun waktu beberapa hari, si pedagang Suthep telah merekrut sekelompok pengawal untuk Yaoying.
Orang-orang itu, beberapa dengan rambut hitam dan mata legam, beberapa dengan rambut keriting serta mata coklat, dan beberapa dengan rambut merah dan mata hijau, datang dari berbagai suku yang telah runtuh.
Untuk saat ini, Yaoying tak berani memercayai orang-orang luar, jadi dia pun meminta mereka untuk menjaga orang-orang tua dan lemah di tempat Qi Nian atau mengikuti karavan-karavannya. Para pengawal itu bisa setia kepadanya demi koin-koin perak, dan tentu saja, mereka juga bisa mengkhianati dirinya demi koin-koin perak.
Setelah menyibukkan diri selama beberapa hari, Yaoying jadi begitu lelah sampai-sampai punggungnya pegal dan kakinya lemas.
Dia sudah akan beristirahat sejenak ketika Yuanjue memberitahunya bahwa dalam beberapa hari ke depan, Tumoroga akan memberikan ceramah pada kebaktian pagi dan memintanya terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan sepantasnya.
Hati Yaoying menangis pilu, “Persiapan apa?”
Apakah Tumoroga akan memeriksa pekerjaan rumahnya secara dadakan?
Kenapa serius sekali sih!
Yaoying berpikir kalau pelatihan sehari-harinya cuma untuk diperlihatkan pada orang luar; dia tak ingat apa-apa!
Yaoying tak berani membantah, jadi selama beberapa hari berikutnya, dia pun bangun pagi-pagi sekali tiap harinya dan duduk dengan patuh di depan meja serta membaca kitab suci.
Pagi dini hari ini, dia menyelesaikan hitung-hitungannya lalu duduk di depan meja untuk membaca kitab, ketika tiba-tiba terdengar suara derak keras dan segerumbul anggur melayang masuk dari luar lalu terjatuh ke atas meja panjang, sebelum bergulir jatuh ke lantai.
Yaoying, agak pusing karena membaca kitab, terperanjat. Dia ternganga ketika menatap beberapa butir anggur hijau kekuningan di atas meja.
Di luar koridor panjang terdengar suara orang minta maaf. Barusan tadi, ternyata ada beberapa orang prajurit yang sedang bermain-main di halaman, memetiki anggur dan melempar-lemparkannya, dan secara kebetulan melemparkan anggur itu ke dalam ruangan.
Xie Qing langsung menghunus pedangnya dan bangkit untuk keluar demi memberi pelajaran pada prajurit-prajurit itu.
Yaoying melambaikan tangannya dan memanggil Xie Qing: “Ah Qing, apa kau pernah makan kismis?”
—————–
Catatan Pengarang:
Bisha menyeka air matanya: Aku bersalah. Sungguh, kukira asalkan Putri Wenzhao tidak menggoda Roga, maka semuanya akan jadi baik-baik saja. Aku sama sekali tak membayangkan kalau tetap akan terjadi sesuatu!
Yaoying: Itu bukan urusanku. Aku tak melakukan apa-apa.