The Bowl of Seven Emotions - Chapter 61
“Kau suka rasa apa?”
“Maksudku rasa buah.”
Tang Susu mengerjap bingung, “Mangga, stroberi juga enak.”
Sudut mulut Shi Chengxuan terangkat, matanya terpaku pada rak dalam waktu lama, dan kemudian perlahan dia mendorong troli dan lanjut berjalan maju.
Setelah berjalan beberapa langkah, didengarnya Tang Susu berkata lagi: “Sebenarnya, durian rasanya lumayan enak. Apa kau mau memakannya?”
Shi Chengxuan membeku sejenak, “Tidak, terima kasih.”
Karena ada seseorang yang membantu membawa sayuran, buah-buahan, dan daging, dengan seenaknya Tang Susu pun membeli belanjaan sampai dua kantong besar. Dia berjalan di depan, dan Shi Chengxuan mengikuti di belakang dengan dua kantongan besar, yang membuatnya merasa agak lega.
Ketika dilihatnya Tang Qi ada di depan pintu rumahnya, suasana hati Tang Susu yang tadinya menyenangkan langsung lenyap.
Tang Qi belum melihat mereka, jadi gadis itu berjalan mengelilingi pintu rumah Tang Susu dengan wajah gondok, sesekali menendang pintu, seakan hendak melampiaskan amarahnya.
Dia berbalik dan menghardik Tang Susu dengan agresif ketika dilihatnya Tang Susu mendekat, “Kau pergi ke mana sih, telepon tak bisa masuk, jadi aku sudah menunggu sangat lama di sini. Cepatlah buka pintunya.”
Sebelum Tang Susu bisa bicara, dilihatnya ekspresi Tang Qi telah berubah, dan nada bicaranya langsung melunak, “Ayah sedang menunggumu di rumah. Nanti pulanglah bersamaku. Kenapa kau tak mau pulang juga untuk menemui ayah sampai berbulan-bulan.”
Perubahan wajah Tang Qi tentu saja terjadi karena dia melihat Shi Chengxuan yang mengikuti di belakang Tang Susu.
Sebelumnya dia sudah menerka bahwa Tang Susu sudah menggaet Shi Chengxuan, jadi ketika hari ini dia melihatnya, hal itu sudah bisa diperkirakan. Berpikir demikian di dalam hati, tanpa sadar Tang Qi menampakkan secercah ketidakpuasan di matanya, dan juga suatu kecemburuan yang bisa dia kendalikan.
Shi Chengxuan mendekat dengan membawa barang-barang belanjaan, melirik Tang Qi, lalu bertanya kepada Tang Susu, “Ada apa?”
Tang Susu mengambil kunci untuk membuka pintu, “Tidak ada apa-apa, masuklah.”
Dia meminta Shi Chengxuan masuk rumah. Melihat kalau Tang Qi juga hendak masuk, dia melangkah ke samping untuk menghalangi yang bersangkutan, “Kau tak usah masuk, aku tak mengizinkanmu.”
“Apa maksudmu!”
Bahkan meski Tang Qi berniat mempertahankan imejnya di depan Shi Chengxuan, tetap akan sulit untuk melakukannya di bawah sikap sangat tidak sopan dari Tang Susu. Entah kenapa, begitu dia melihat Tang Susu, Tang Qi merasa luar biasa tidak nyaman.
Mungkin karena dia berpikir bahwa dirinya jauh lebih baik daripada Tang Susu, namun selama bertahun-tahun dia hanya bisa menjadi seorang anak tidak sah, dan dirinya masih belum diterima oleh lingkungan itu.
Kalau Tang Susu tetap diam saja, mungkin dia masih akan bisa mengabaikannya, tetapi orang ini seperti Xiao Qiang yang tak bisa disingkirkan, dan dia bisa melihatnya di mana-mana.
Untuk lelang amal beberapa waktu yang lalu, akhirnya dia berhasil meminta surat undangan dari ayahnya. Tapi hasilnya, Tang Susu menghabiskan uang puluhan juta demi sebuah cermin, dan telah menguasai sendiri semua perhatian di tempat itu.
Ketika orang lain bertanya kepadanya, dia harus tersenyum dan memberitahu mereka bahwa Tang Susu adalah kakaknya. Hanya Langit yang tahu betapa frustrasi dirinya pada saat itu.
“Maksudnya, pergilah.”
“Kau berani memakiku!”
Tang Susu tak tahan untuk mendengus ketika dia melihat Tang Qi mengernyit dingin, “Aku masih berani memukulmu, mau coba?”
“Oke, jangan menyesal ya!”
Tang Qi dipenuhi amarah, tapi dia masih memikirkan tentang bagaimana harus memberitahukan keluhannya kepada ayahnya setelah dia kembali. Lebih baik mencari kesempatan untuk membuat Tang Susu sedikit menderita.
“Kau perlu memberi dia pelajaran?” Kepala mungil Gou Dan keluar dari dalam tas kemudian bertanya kepada Tang Susu. Dia juga mengulurkan satu cakar kecil dengan aura hitam menempel di situ.
“Tidak.” Tang Susu berbalik dan memasuki kamar setelah memencet tapak empuk merah mudanya.
Mantel Shi Chengxuan tersampirkan di atas sofa, dan samar-samar terdengar suara air di dapur. Orang ini masih sama seperti sebelumnya, tidak bersikap sebagai luar sama sekali.
Tang Susu membuka kantongan dan membiarkan Gou Dan bermain sendiri. Kemudian dia melepaskan mantelnya dan berencana untuk mulai memasak.
Keduanya sibuk selama lebih dari satu jam dan akhirnya bisa makan malam. Setelah makan malam, mereka makan buah, dan kemudian minum teh. Tang Susu tak tahu lagi sudah berapa kali dia memutar mata dalam hati, orang ini benar-benar aneh.
Ketika tehnya hampir habis, Shi Chengxuan berdiri. Tang Susu berpikir, inilah saatnya dia pergi, tapi yang bersangkutan malah menyalakan TV.
Tolong deh, perhatikan betapa tak tahu malunya kau saat ini! Tang Susu rasanya akan jadi gila.
Bukankah setelah makan kita seharusnya pulang ke rumah dan tidur? Apa maksudnya tetap tinggal di rumah orang lain?
Ada berita seputar dunia hiburan di TV, Tang Susu tak bisa menahan diri untuk melirik beberapa kali, dan benar saja, beritanya menyebutkan tentang pemukulan Qiao Yu, anggota grup idol, terhadap asistennya, menyebabkan pihak lainnya sampai babak belur.
Juga ada foto si asisten yang dipasang di layar. Pipi kanan gadis kecil itu merah dan bengkak, juga ada noda darah di situ seakan dirinya telah menjadi korban penganiayaan. Penampilannya sungguh mengenaskan.
Melihat ini, Tang Susu tak tahan untuk melirik pada Shi Chengxuan, tapi siapa sangka yang bersangkutan malah menatap tepat ke arahnya.
“Kau lihat apa?” Shi Chengxuan bertanya kepadanya seraya memainkan remote control.
“Tidak ada.” Tang Susu menggelengkan kepalanya. Dia masih agak penasaran tentang skandal antara Shi Chengxuan dan Qiao Yu, tapi bukan gilirannya untuk menanyakan hal itu.
Shi Chengxuan tersenyum ketika melihat hal ini, dan keduanya pun menonton berita hiburan itu tanpa berkata apa-apa sebelum akhirnya dia bangkit dan mengenakan mantelnya, berniat untuk pergi.
Sebelum pergi, Tang Susu mengeluarkan cermin perunggu berhias serta satu set perhiasan safirnya.
Dengan benda-benda senilai puluhan juta di rumahnya, ada kemungkinan dirinya akan menjadi korban pembunuhan atau perampokan pada zaman sekarang, yang mana sungguh menakutkan.
Shi Chengxuan tak menerimanya, hanya melirik barang-barang di tangan Tang Susu lalu bertanya, “Kau tidak menyukainya?”
Sudut mulut Tang Susu berkedut, “Cermin ini terlalu mahal. Tidak aman kalau disimpan di sini.”
Shi Chengxuan mengangguk, “Mengerti, aku akan mengurusnya.”
Meski berkata demikian, Shi Chengxuan tidak mengambil cermin itu. Lalu untuk satu set perhiasannya, dia berkata bahwa masih ada kesempatan untuk mengenakannya, jadi lebih baik ditaruh di sini untuk sementara ini.
Setelah mengantar pergi orangnya, Tang Susu duduk di sofa sambil memegangi cermin tembaga itu dengan terbengong-bengong. Dia ingin mengembalikan barang-barangnya, tapi akhirnya tak bisa mengembalikannya sama sekali. Kenapa dia selalu merasa kalau ada sesuatu yang salah?
Setelah berjalan keluar dari gerbang perumahan, Shi Chengxuan mengeluarkan ponsel dari kantongnya. Layar ponsel itu, yang telah diatur untuk tak bersuara, terus berkedip. Begitu teleponnya tersambung, dia mendengar suara tajam seorang wanita.
“Shi Chengxuan, apa kau ada hubungannya dengan apa yang telah terjadi pada Keluarga Qiao?”
“Memang aku.”
“Siapa yang menyuruhmu melakukan ini? Apa kau tahu seberapa besar aku telah memikirkan tentang pernikahanmu, kau punya hati tidak!”
“Ibu tak perlu mencemaskan tentang urusanku, ibu hanya perlu mengurus diri ibu sendiri.”
“Beginikah caramu bicara padaku? Ibu begini adalah demi kebaikanmu sendiri!” Di ujung lain teleponnya, suara si wanita kedengaran semakin marah.
“Kau tahu persis untuk siapa semua ini. Chu Zilan, jangan buat aku lebih marah lagi, kalau tidak, Qiao Fan akan jadi orang berikutnya yang akan mengalami kecelakaan.” Wajah Shi Chengxuan tampak pucat, dan setiap kata yang dia ucapkan membuat orang di ujung lain telepon merasa kesal. Hati orang itu merasa gundah.
“Apa yang sedang kau bicarakan ini, aku….”
“Aku tak peduli dengan apa yang ingin kau lakukan untuk putramu, tapi jangan ikut campur dalam urusanku, mengerti?”
Jawaban atas pernyataan Shi Chengxuan adalah suara dengung telepon yang buru-buru ditutup.
Dia terkekeh, menyimpan ponselnya, dan berkendara pergi.