The Best Of You - Chapter 32
Setelah makan siang di kamar, salju kembali turun. Sun Tiantian mengenakan jaket dan membuka pintu dan berlari ke arah balkon.
Di luar sedang turun salju deras dan anginnya juga besar membuat angin berhembus mengenai telinganya. Sun Tiantian bertumpu di pagar untuk melihat salju turun, suasana hatinya sedang baik dan dia bersenandung senang.
Shen Nianshen mengambilkan topinya, berdiri di belakangnya sambil bertanya, “Mau jalan-jalan ke luar?”
Di luar sedang turun salju, tanah telah tertumpuk oleh salju. Sun Tiantian ingin keluar dan menginjak salju, dia berbalik dan berkata dengan gembira, “Aku mau keluar.”
“Ayo pergi.”Shen Nianshen menariknya ke dalam ruangan, memakaikan jaket musim dingin, topi, syal, sarung tangan, dan masker. Setelah Sun Tiantian sepenuhnya dipersenjatai, barulah dia membawa gadis itu keluar.
Ternyata di luar terlalu dingin. Ternyata suhu di pegunungan ini sepenuhnya berbeda dengan kota ini. Sun Tiantian berlari mengelilingi salju bagaikan anak kecil, kakinya kedinginan dan Shen Nianshen segera menariknya kembali.
Setelah kembali ke kamar, dia segera melepaskan sepatunya dan membenamkan diri di dalam selimut. Kakinya serasa membeku.
Pemanasan di ruangan itu berangsur-angsur menghangat, tapi kaki butuh waktu yang lama agar menjadi hangat kembali.
Shen Nianshen pergi ke toko di luar untuk membeli baskom, kembali untuk membuatkan Sun Tiantian sebaskom air panas. Dia menuju ke tempat tidur, membungkuk di sana dan menarik keluar kaki Sun Tiantian dari selimut, “Rendam sebentar.”
Sambil berbicara, dia membantu Sun Tiantian melepas kaus kakinya, dan tanpa sadar menyentuh kakinya, tiba-tiba mengerutkan kening, “Kok bisa begitu dingin?”
Sun Tiantian berkata, “Setiap musim dingin, kakiku gampang menjadi dingin.”
Shen Nianshen mengangkat matanya dan menatapnya, lalu meletakkan kaki Sun Tiantian di dalam baskom. Hangatnya air terasa meluap di punggung kaki, Sun Tiantian menyipitkan matanya dengan nyaman. “Nyaman sekali.”
Shen Nianshen berjongkok di tanah, membantu Sun Tiantian untuk merendam kakinya sementara waktu, “Lebih baikan?”
Sun Tiantian mengerutkan kening, menatap Shen Nianshen dan tertawa, “Shen Nianshen, kamu sangat baik.”
Shen Nianshen tertegun sesaat dan kemudian melepaskannya, “Kamu rendam sendiri dulu.”
Setelah selesai berbicara, dia bangkit, berjalan ke sofa, dan mengambil buku di atas meja kopi.
Sun Tiantian duduk di ujung tempat tidur sambil merendam kakinya, menghadap Shen Nianshen. Ketika melihatnya kembali membaca, dia bertanya, “Apa kamu membaca buku materi ujian akhir?”
Shen Nianshen menjawab tanpa mengangkat kepalanya.
Setelah berpikir sebentar, Sun Tiantian bertanya, “Berapa beasiswa yang kamu dapatkan selama setahun?”
Shen Nianshen, “8.000 yuan.”
Sun Tiantian, “…”
Sun Tiantian tiba-tiba merasa bahwa hidup Shen Nianshen sangat keras. Dia melihat jam tangan yang dia pakai di pergelangan tangannya dan perlahan melepasnya.
Sun Tiantian tidak mengganggunya lagi, dia duduk diam di sana sambil merendam kakinya.
Kamar itu menjadi hening, tidak ada suara.
Sun Tiantian merendam kakinya untuk sesaat, air di baskom pun berangsur-angsur mendingin. Dia mengangkat kakinya dan mencari handuk di sekitar kamar untuk menyeka kakinya.
Shen Nianshen telah berjalan mendekat sambil membawa handuk. Dia berjongkok di depan Sun Tiantian, menundukkan kepalanya untuk mengeringkan kakinya.
Kakinya telah direndam cukup lama di dalam air hangat, akhirnya tidak dingin lagi.
“Hangatkan dirimu di dalam selimut.”Shen nianshen menepuk kakinya dan bangkit berdiri untuk membawa baskom itu, membuang airnya di dalam kamar mandi.
Ketika dia keluar, Sun Tiantian sudah berbaring di tempat tidurnya. Tubuhnya tertutup rapat dan hanya memperlihatkan sepasang mata yang hitam dan bulat, menatapnya sambil mengerjap.
Shen Nianshen menatapnya, ada senyum tipis di bibirnya.
Dia berjalan mendekat, membungkuk untuk membelai kepala Sun Tiantian dan berkata lembut, “Tidurlah sebentar.”
Sun Tiantian menatapnya dan berkata pelan pula, “Kamu mau tidur sebentar juga?”
“Aku sebentar lagi, kamu tidur saja dulu.”
Sun Tiantian tahu bahwa Shen Nianshen mungkin masih harus mempelajari ulang pelajarannya. Dia pun tidak mengganggu lagi, hanya mengangguk pelan.
Pemanas di ruangan itu sungguh membuat orang mengantuk, Sun Tiantian hanya berbaring sebentar di tempat tidur dan sudah merasa ngantuk.
Setelah tertidur selama lima jam, dia bangun dan menemukan cahaya redup di kamar. Dia menggosok matanya dan tanpa sadar melihat ke luar balkon.
Dia terduduk di tempat tidur dan menemukan Shen Nianshen yang masih duduk di sofa untuk membaca buku.
Dia bangkit dari tempat tidur, duduk di samping Shen Nianshen, memeluk lengannya dengan mata tertutup dan menyandarkan kepalanya di bahu Shen Nianshen.
Shen Nianshen menatapnya, senyum lembut terpancar di matanya seiring dengan suara lembutnya, “Tidak tidur lagi?”
Sun Tiantian menggelengkan kepalanya.
Shen Nianshen, “Lapar tidak? Mau makan sesuatu?”
Sun Tiantian baru saja bangun tidur, suaranya sedikit serak. Dia berbisik, “Aku tidak lapar, tadi siang sudah makan banyak.”
Duduk sebentar dengan Shen Nianshen. Ketika dia sudah hampir terjaga, dia berdiri dan pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi.
Ketika dia keluar, dia melihat Shen Nianshen telah menyimpan kembali buku itu dan sedikit terkejut, “Kamu tidak baca lagi?”
Shen Nianshen mengiyakan dan berkata, “Temani kamu sebentar.”
Dia berhenti sejenak dan bertanya lagi, “Kamu mau melakukan apa sekarang?”
Mata Sun Tiantian berbinar, “Boleh melakukan apa saja?”
Shen Nianshen, “…”
Sun Tiantian berlari untuk mengambil setumpuk kartu remi.
Keduanya duduk di atas karpet putih yang mewah. Sun Tiantian membagikan kartu di sana, Shen Nianshen menatapnya sambil tersenyum, “Apa kamu berencana main kartu denganku malam ini?”
Gerakan Sun Tiantian yang sedang membagikan kartu berhenti dan menatap Shen Nianshen, “Apa kamu ingin melakukan sesuatu yang lain?”
Shen Nianshen, “…”
Sun Tiantian mengedipkan matanya, menatap Shen Nianshen beberapa saat. Tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke arah Shen Nianshen, mengangkat kepalanya dan mencium bibir pemuda itu, tersenyum manis sambil berkata, “Kalau kamu mau melakukan sesuatu yang lain, aku juga sangat bersedia.”
Shen Nianshen tersenyum dan mengusap kepalanya, “Jangan iseng.”
Jadi, pertama kalinya mereka berdua menginap di hotel, mereka pun bermain kartu sepanjang malam. Setelah bermain beberapa jam, Sun Tiantian tidak pernah menang sekali pun. Akhirnya dia sangat marah dan meletakkan semua kartu itu di tangan Shen Nianshen, “Kamu main sendiri saja! Aku tidak mau lagi!”
Dia bangkit berdiri dan berjalan ke sisi tempat tidur.
Shen Nianshen tersenyum dan bertanya, “Kenapa?”
Sun Tiantian kesal, “Kamu jahat sekali, tidak bisa mengalah sedikit pun padaku.”
Shen Nianshen merasa bersalah, “Bukankah kamu yang minta supaya tidak mengalah padamu?”
Sun Tiantian melemparkan bantal ke arahnya, “Shen Nianshen, kamu bodoh!”
Sedikit pun tidak paham perasaan perempuan!
Shen Nianshen mengambil bantal, bangkit berdiri sambil tersenyum dan berjalan ke sisi tempat tidur Sun Tiantian.
Ketika Sun Tiantian melihatnya mendekat, dia menarik selimut dan menguburkan dirinya di dalamnya. Tidak lupa membalikkan badannya dan membelakanginya.
Shen Nianshen duduk di sisi tempat tidur, kedua tangannya memeluk tubuh Sun Tiantian, membungkuk dan mencium pipinya. Dia bertanya sambil tersenyum pelan, “Benar-benar marah?”
Sun Tiantian mendengus kesal.
Shen Nianshen memasukkan tangannya ke dalam selimut, meraih tangan Sun Tiantian dan berkata dengan serius, “Aku salah, nantinya aku pasti akan mengalah padamu.”
Barulah saat ini Sun Tiantian merasa senang, dia berbalik dan menghadap Shen Nianshen, “Benarkah?”
Shen Nianshen mengangguk, “Jaminan.”
Sun Tiantian akhirnya tersenyum, mengangkat dagunya, dan berkata, “Terpaksa, untuk sementara tidak marah padamu lagi.”
Sun Tiantian senang, memandang Shen Nianshen dengan mata berbinar, “Kamu sudah mau tidur?”
Shen Nianshen mengiyakan, “Aku akan pergi mandi dan segera tidur.”
Setelah itu, dia mencubit pipi Sun Tiantian, “Kamu tidur dulu.”
Shen Nianshen pergi ke kamar mandi untuk mandi, mengganti bajunya dengan kaos tidur dan langsung menuju ke tempat tidurnya begitu keluar kamar mandi.
Sun Tiantian berbalik ke samping dan menatapnya tanpa berkedip.
Shen Nianshen mematikan semua lampu di ruangan itu, hanya menyisakan lampu koridor redup.
Ruangan itu tiba-tiba menjadi redup.
Setelah Shen Nianshen berbaring, dia mendapati Sun Tiantian masih menatapnya dan berkata, “Cepat tidur. Besok masih harus kembali ke kampus.”
Dalam cahaya redup, Sun Tiantian mengerjapkan mata dan tiba-tiba berkata, “Ah Nian, aku kedinginan di dalam selimut.”
Shen Nianshen membeku sesaat, “Dingin ya? Tunggu sebentar.”
Dia bangkit sambil berbicara, menaikkan sedikit pemanas ruangan dan bertanya, “Sudah mendingan?”
Sun Tiantian, “…masih sedikit dingin.”Dia berhenti sesaat sebelum bertanya, “Di dalam selimutmu hangat tidak?”
Shen Nianshen: “….Tidak, sangat dingin.”
Mata Sun Tiantian berbinar, “Kalau begitu kita berhimpitan, nantinya akan jadi hangat.”
Shen Nianshen akhirnya tidak bisa menahan diri lagi dan tertawa keras, “Sun Tiantian, kamu ini…”
Setengah bagian akhir dari kalimat itu tidak dia katakan, berubah menjadi seringai tidak berdaya dan berkata, “Cepat tidur, jangan iseng.”
Setelah selesai berbicara, dia berbalik ke samping dan berbaring telentang, menutup matanya.
Dalam kegelapan, Sun Tiantian tersenyum hingga matanya melengkung. Dia menatap Shen Nian dalam waktu yang lama, di dalam hatinya seperti dipenuhi dengan sesuatu, kebahagiaan yang tak terkatakan.
Setelah sekian lama, dia akhirnya memejamkan matanya dan bahkan dengan senyum di bibirnya.
Keesokan harinya kembali ke kampus, Sun Tiantian dan Shen Nianshen cek out pada jam 9 pagi. Mereka naik mobil selama hampir tiga jam sebelum akhirnya tiba di sekolah.
Sejak turun dari mobil, Sun Tiantian kelelahan dan bersandar pada Shen Nianshen.
Shen Nianshen menatapnya dan tersenyum padanya, “Sun Tiantian, kamu tidak punya tulang?”
Sun Tiantian, “Tidak.”
Shen Nianshen tersenyum dalam dan meraih tangannya, “Ayo makan siang dulu. Setelah itu kembali ke asrama untuk istirahat.”
“Baik.”
Shen Nianshen membawa Sun Tiantian untuk menyeberang jalan, di belakangnya terdengar suara lelaki bernada rendah, “Tiantian.”
Sun Tiantian baru saja keluar dari mobil dan masih agak mengantuk. Mendengar suara ini, dia kembali bersemangat dan berbalik. Dia melihat kakaknya berdiri di depan mobil, mengenakan setelan hitam, dan dia sangat galak.
Mata Lin Jing melirik Shen Nianshen dan akhirnya mendarat di Sun Tiantian, “Kemari.”
Sun Tiantian menggigit bibirnya dan kemudian menarik Shen Nianshen untuk mendekat ke sana, “Kak, ini Shen Nianshen.”
Kemudian dia juga memperkenalkan, “Ah Nian, ini kakakku.”
Shen Nianshen menatap Lin Jing dengan tenang, “Sudah lama ingin bertemu denganmu.”
Sun Tiantian tertegun, “Hah? Kamu kenal kakakku?”
“Legenda dalam industri real estat, sepuluh anak muda yang luar biasa, secara alami mengenalnya.”Nada bicara Shen Nianshen sangat lembut, tidak rendah diri atau pun berlebihan.
Lin Jing tampak menimbang-nimbang Shen Nianshen dan tidak berbicara untuk waktu yang lama.
Suasananya menjadi sedikit aneh, Sun Tiantian segera menggandeng lengan kakaknya, “Kak, kenapa kamu kemari?”
Lin Jing menunduk untuk melihat adiknya sekilas dan berkata, “Ibu membuatkan sedikit makanan untukmu, aku sekalian membawanya kemari untukmu.”