Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 87
Li Yuanying tidur dengan nyenyak di malam hari dan ketika dia terbangun, matahari sudah bersinar terang di luar. Dia berpakaian dengan bantuan para pelayannya lalu berlari keluar untuk melihat pohon linden tinggi yang tumbuh di halamannya. Semua daunnya sudah gugur, hanya menyisakan batang meranggas berdiri di tengah halaman.
Li Yuanying berdiri di bawahnya dan mencari-cari di sekitarnya. Dia menemukan sebuah sarang tersembunyi di dalamnya tapi sudah rusak dan jelas tak ada burungnya.
Tak ada burung di dalam istana. Ini karena kelompok khusus telah ditugaskan untuk mengusir burung-burung yang berusaha membangun sarang di dalam lingkungan istana.
Li Yuanying belum pernah melihat sarang burung sebelumnya tapi ketika dia melihat benda bundar itu, dia tahu kalau itu adalah sarang burung. Tanpa pikir panjang, dia pun menggulung lengan baju dan memanjat pohon itu untuk melihat lebih dekat!
Yuanying adalah orang terakhir yang bangun di antara semua kepala lobak kecil (anak-anak). Semua anak lainnya sedang menunggu dirinya dengan sia-sia dan mereka telah memutuskan untuk datang demi membangunkannya. Ketika mereka tiba, Sizi langsung membuat isyarat tanpa suara dan mengarahkan mereka agar berjalan ke bawah pohon lalu mendongak. Mereka melihat paman kecil sedang menyentuh sebuah sarang bundar dan memeganginya dengan santai.
Yuanying menunduk dan melihat selingkaran orang berada di bawah pohon! Dengan penuh semangat dia membawa sarang burung itu untuk berbagi keunikan tersebut bersama mereka.
“Sekarang sudah musim dingin dan sarang ini tampak cukup kokoh. Tapi sarang ini dingin dan semua burungnya sudah terbang pergi.”
Kelompok itu berkerumun di sekitar sarang dan memeriksanya. Kau menyodok dan aku menyodok, kau melihat dan aku melihat. Mereka semua mendapatinya sangat aneh. Ketika mereka sedang separuh jalan memeriksanya, mereka mendengar teriakan dari arah luar.
“Manman!”
Yuanying berbalik untuk melongok dan melihat Bola Bundar Kecil dengan wajah penuh air mata berlari ke arahnya lalu melemparkan diri ke dalam pelukannya lalu terisak tanpa henti.
“Ada apa? Siapa yang sudah mengganggumu?” (Li Yuanying)
“Papa jahat, Papa marahin aku.” (Bola Bundar Kecil)
Dengan sabar Yuanying membujuk balita itu dan mengetahui keseluruhan ceritanya dari yang bersangkutan. Bola Bundar Kecil sedang bermain dengan papa di pagi hari, Li Tai yang sedang dalam suasana hati buruk memarahinya dan menyuruhnya main sendiri. Anak itu merasa sangat sedih dan karenanya dia pun berlari ke sini.
Yuanying melirik pada para pelayan dan dayang istana yang tetap berada di kejauhan. Dia tak berkomentar tentang tindakan Li Tai namun membujuk: “Mama akan sedih kalau kau berlari pergi sendirian, apa kau sudah memberitahu dia kalau kau ada di sini?”
Bola Bundar Kecil menahan air matanya dan menggelengkan kepalanya.
“Kau itu laki-laki, jadi kau tak boleh membuat wanita menangis. Lain kali kau harus memberitahu mama lebih dulu. Mengerti?”
Bola Bundar Kecil berpikir sejenak, kemudian mengangguk sungguh-sungguh.
Yuanying menginstruksikan pada para pelayan agar memberitahu Yan Wangfei bahwa Bola Bundar Kecil sedang bersamanya dan kemudian membawa anak itu mengamati sarang burung bersama-sama. Kemudian dia menjelaskan pada kelompok itu bahwa kelompok burung punya kebiasaan untuk terbang ke selatan di musim dingin.
Bahkan burung-burung juga tahu harus terbang ke tempat yang hangat untuk berlindung dan bertahan hidup dari dinginnya musim dingin. Hal yang sama juga berlaku pada manusia. Bola Bundar Kecil menempel gembira dalam pelukan Yuanying dan mendengarkan ceritanya tentang burung-burung yang berpindah. Dia berencana untuk membagi cerita ini dengan Mama ketika nanti dia pulang untuk membuat Mama senang.
Li Er telah memerintahkan agar makanan vegetarian disiapkan. Beliau menunggu namun tak melihat satu orang pun yang datang jadi Beliau meminta orang-orangnya mencari anak-anaknya. Li Yuanying harus meletakkan sarang burung itu dan membawa teman-temannya sarapan bersama dengan sang Kaisar.
Sizi tak menahan diri dan langsung bercerita tentang melihat sarang burung kepada Li Er.
Bola Bundar Kecil mengangguk dan menggambarkan dengan gerakan tangan: “Besar sekali!’
Li Er langsung menangkap intinya: “Di mana sarang burungnya?”
Ketika Sizi mendengarnya, dia menyadari bahwa mereka sudah ketahuan dan buru-buru membekap mulutnya, tak mau bicara lebih banyak lagi.
Walaupun Bola Bundar Kecil tak tahu cara berbohong, dia tak tahu kalau Li Yuanying mengambil sarang burung itu dengan cara memanjat pohon, jadi dia ikut menggelengkan kepalanya.
Meski demikian, Li Er bisa menebaknya dengan tepat.
Li Yuanying adalah satu-satunya orang yang suka melakukan hal-hal semacam itu. Tak peduli setinggi apa pun pohonnya, dia akan memanjatinya dan setelah itu dia akan menuduh orang lain menakuti dirinya di bawah pohon!
Li Er berpaling pada Li Yuanying.
Merasakan datangnya masalah, Li Yuanying buru-buru berkata: “Kakanda, saya sudah kenyang!”
Setelah bicara dan sebelum Li Er bisa bereaksi, bocah itu sudah berlari kabur. Dia tak berani lagi mendekati sang Kaisar.
Kelompok itu beristirahat selama setengah bulan lagi dan akhirnya tibalah saat untuk kembali ke Chang’an. Ketika Li Yuanying datang ke Luoyang, dia datang dengan tangan kosong. Tapi kini ketika dia pulang, dia membawa serta beberapa kereta penuh barang. Beberapa adalah kaligrafi dan lukisan yang bagus yang dia dapat dari Chu Suiliang dan beberapa adalah oleh-oleh yang telah dia kumpulkan untuk para kerabat dan teman yang harus tetap tinggal di Ibu Kota namun sebagian besarnya adalah barang untuk ibunya. Yah, dia punya beberapa barang untuk keponakan pertamanya tapi jumlahnya jauh lebih sedikit. Lagipula Chengqian adalah orang dewasa, dia hanya memberikan oleh-oleh sebagai ungkapan sopan-santun kepadanya!
Sejak Yuanying mendapatkan tanggal keberangkatan, dia pun jadi terobsesi dengan menimbun barang-barang besar maupun kecil. Yang ini enak, yang itu lucu. Yuanying tak rela meninggalkan apa pun dan karenanya dia membawa semuanya pulang. Dia jadi tahu bahwa varian terbaik dari bunga-bunga Peoni ada di Luoyang, jadi dia membawa pulang beberapa di antaranya ke Chang’an! Setelah menginstruksikan orang-orangnya untuk berkemas, kemudian dia berlari untuk menemui Li Er.
“Kakanda, bisakah saya membawa sesuatu kembali ke Chang’an?”
“Bawalah apa pun yang kau mau. Kenapa tanya pada zhen?”
Li Yuanying berlari pergi dengan gembira.
Pada hari keberangkatan, Li Er langsung menyesali kata-katanya.
Karena adiknya telah mengemasi barang-barang hingga sebanyak beberapa kereta. Bersama dengan anak-anak lain, mereka menempati kereta satu lagi. Mengikuti di belakang sang Kaisar, kelihatannya jadi seperti kalau sang Kaisar kemari bukan untuk melawat melaikan untuk merampok orang!
Tapi janji tetap janji. Walaupun Li Er tergoda untuk memukul adiknya, Beliau tidak membuang barang-barang anak itu.
Ketika iring-iringan keluarga istana melakukan perjalanan pulang, mereka menarik banyak perhatian dan beberapa orang mulai mendiskusikan tentang banyaknya kereta yang mengangkut barang-barang Li Yuanying. Beberapa bertanya-tanya apakah sang Kaisar telah menemukan harta karun tersembunyi dan sedang membawanya pulang. Seorang pedagang merasa tidak puas dengan diskusi ini jadi dia buru-buru mengklarifikasi: “Tentu saja tidak! Kesemuanya itu adalah barang-barang yang telah dibeli oleh Pangeran Teng. Kalian tidak melihatnya, tapi Beliau membawa para putri pergi berbelanja dan mengeluarkan uang dengan murah hati. Beliau bahkan membeli beberapa kincir angin dariku! Lihat lihat, itu dia. Lihatlah kincir anginku sedang berputar.”
Semua pedagang lain buru-buru membela diri dan mengambil kesempatan ini untuk melakukan promosi sendiri. Barangku sangat bagus sehingga bahkan sang pangeran dan para putri memujinya!
Para penjaga toko yang cerdik ini untung banyak. Walaupun orang-orang merasa ragu, mereka masih membeli barang-barang murah itu dengan penasaran demi memeriksa apakah barangnya memang cukup bagus sehingga para bangsawan menyukainya!
Kemudian seseorang menunjuk pada beberapa orang tukang bunga yang mengikuti di belakang kelompok itu dan babak diskusi baru pun dimulai –
“Bukankah dia dari desa kita? Dia itu punya keahlian terbaik di desa kita!”
“Kudengar Pangeran Teng telah merekrut beberapa orang tukang kebun yang bagus kembali ke Chang’an. Beliau bahkan mengizinkan mereka membawa serta keluarga mereka!”
“Mendapatkan perhatian seorang bangsawan! Kelak mereka akan jadi kaya dan berkuasa!”
“Kudengar Yang Mulia Pangeran Teng murah hati dalam segala hal yang Beliau lakukan. Dia bukan hanya mencari tukang kebun tapi juga mencari orang yang pandai memelihara hewan ternak!”
“Sayang sekali Yang Mulia sudah kembali ke Chang’an. Kaalu tidak aku juga akan ikut pergi bersamanya! Lihatlah betapa tegap cara jalan orang-orang itu, seakan mereka takut kalau tak ada orang yang akan mengenalinya!”
“Masih belum terlambat, memangnya kau belum membaca pengumuman yang dipasang di kota? Siapa pun yang punya keahlian bisa mengunjungi Istana Xiangcheng untuk mencoba peruntungan!”
Walaupun Li Yuanying sudah dalam perjalanan kembali ke Chang’an, diskusi tentang dirinnya tidak memudar melainkan malah jadi semakin panas seiring dengan Tahun Baru yang semakin dekat dan keluarga serta teman-teman yang lebih sering bertemu.
Dalam waktu yang sangat lama, anggota keluarga istana berada jauh dari rakyat jelata dan rakyat tak tahu apa-apa soal mereka. Sungguh langka bisa bertemu dengan seorang pangeran kecil yang begitu ramah sehingga antusiasme untuk mendiskusikan tentangnya takkan memudar semudah itu terutama bagi mereka yang telah berkontak secara langsung dengannya. Kejadian yang begitu membanggakan, tentu saja orang perlu menyombongkannya selama satu atau dua tahun!
Yuanying sudah menaruh semua hal itu di belakangnya karena sekarang dia menghadapi sebuah masalah serius: Menurut Wei Shu sang mata-mata, Wei Ying akhir-akhir ini telah belajar dengan sangat keras! Hal ini mungkin akan merusak rencana mereka untuk membuat Wei Ying menjadi peringkat terakhir dalam ujian!
Li Yuanying punya dorongan tak tergoyahkan untuk mengalahkan Wei Ying dalam ujian. Bagaimana dia bisa gagal dalam ujian?! Mempertimbangkan bahwa Kong Yingda akan memulai ujian setelah mereka kembali, Yuanying pun memutuskan untuk melakukan sesi pelajaran di dalam kereta yang hangat bersama teman-temannya!
Walaupun angin dingin berhembus, suara orang membaca bisa terdengar dari kereta yang berisikan kelompok kepala lobak kecil. Kadang-kadang, Bola Bundar Kecil juga akan bergabung dengan mereka. Tampaknya generasi berikutnya dari keluarga istana punya antusiasme tinggi untuk belajar.
Sementara kelompok mereka sedang dalam perjalanan, berita-berita dari Luoyang telah mencapai Chang’an. Orang yang dititipi oleh sang Kaisar untuk mengawasi urusan Ibu Kota adalah Kanselir Gao Shilian. Dia adalah paman dari Permaisuri Zhangsun dan Zhangsun Wuji serta seorang tetua bagi Li Chengqian dan yang lainnya.
Mendengar bahwa sang Kaisar berada di Yique untuk berburu dan mengunjungi Gua Buddha, Gao Shilian merasa agak cemas. Merupakan hal baik kalau Li Tai berbakti, tapi kalau kau mengamati tindakan-tindakannya pada beberapa tahun terakhir, tampak jelas kalau yang bersangkutan ingin menantang Li Chengqian. Banyak pejabat mahkamah yang entah diam-diam telah berpihak ke satu sisi atau sudah membuat taruhan atas mereka. Siapa pun yang punya mata jeli bisa melihat tanda-tanda perang mulai berkobar di antara kedua bersaudara itu.
Kedua anak tersebut adalah keturunan langsung dari Permaisuri Zhangsun dan cucu keponakan bagi Gao Shilian. Apakah dia ingin menyaksikan mereka mengulang kesalahan dari ayahanda mereka dan bertarung satu sama lain?
Gao Shilian mengernyit ketika dia memasuki istana dengan membawa berita itu.
Li Chengqian merasa kalau Yu Zhining dan yang lainnya menyebalkan, tapi dia menghormati Gao Shilian yang dia panggil ‘paman’ secara pribadi.
Ketika Gao Shilian datang berkunjung, Chengqian sedang bermain dengan balok-balok kayu bersama Li Xiang. Ini adalah hadiah dari Li Yuanying. Kau mengatur balok-balok itu pada jarak tertentu dan akhirnya mendorong jatuh semuanya, menghasilkan efek domino.
Li Xiang sangat menyukainya. Setiap kali ayahanda sedang senggang, dia menarik yang bersangkutan untuk main bersama.
Chengqian mengundang Gao Shilian masuk. Melihat ayah dan anak sedang bermain dengan gembira, Gao Shilian menjadi santai dan menyampaikan salamnya.
Li Xiang menatap pria berambut kelabu itu dengan penasaran dan dengan suara lembut mengikuti instruksi Chengqian untuk menyapa si pria tua yang belum pernah dia temu sebelumnya. Kemudian dia mengajaknya main bersama. Anak itu baru pergi untuk mencari Wangfei setelah bermain dua rode. Akhirnya Li Chengqian dan Gao Shilian bisa bicara.
Melihat Chengqian bermain dengan begitu sabar bersama Li Xiang, Gao berpikir bahwa Chengqian tak tahu tentang Kaisar yang pergi ke Yique, jadi dia pun menyampaikan kabar itu.
“Paman Kecil sudah mengirimiku surat tentang hal ini beberapa hari yang lalu.”
Memikirkan kembali tentang apa yang telah Li Yuanying tulis dalam suratnya, Chengqian rasanya ingin tertawa keras-keras.
Mulanya, Yuanying melaporkan bahwa mereka pergi ke Kuil Buddhis Yique karena Li Tai telah membayar orang untuk membuat rupang Buddha demi mendiang ibunda mereka. Chengqian bertanya-tanya apakah adiknya melakukan hal ini demi mengenang mendiang ibundanya ataukah sebagai kesempatan untuk menyebarkan namanya. Tetapi ketika membaca apa yang telah paman kecil tulis berikutnya, semua keraguan Chengqian pun langsung lenyap. Tak peduli apa pun yang telah adik keempatnya pikirkan, dengan gangguan dari Li Yuanying, Li Tai akan jadi sangat marah sampai dia akan jadi setengah mati.
Jadi Chengqian tidak merasa cemas dan menghabiskan waktunya untuk bermain bersama anaknya dengan satu set balok kayu cantik yang paman kecil kirimkan bersama surat itu.
Li Chengqian menjelaskan: “Qingque begitu berbakti, arwah Ibunda di Langit pasti akan gembira.”
Gao Shilian melihat kalau ekspresi Chengqian tampak bebas. Dia memuji yang bersangkutan karena telah menjadi kakak yang baik, gembira bukan kepalang karena cucu keponakan pertamanya perlahan-lahan bersikap semakin seperti seorang Putra Mahkota. Kini karena dia sudah melihat cucu keponakannya memiliki hati yang besar, Gao Shilian pun berhenti bicara tentang topik serius dan memuji: “Menurutku Xiang’er semakin lama semakin tumbuh sebagai anak yang penurut.”
Chengqian mencintai putranya. Sungguh langka bisa bertemu seorang tetua yang memuji putranya dan Chengqian pun langsung mulai menceritakan hal-hal menarik tentang putranya itu. Rasa cinta untuk putranya melimpah-ruah dalam setiap perkataannya.
————
Catatan Pengarang:
Pangeran Kecil: Masa depan adalah milik generasi berikutnya!
Pangeran Kecil: Generasi berikutnya adalah milikku!
Baginda Kaisar Li Er: Keluar!