Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 81
Tindakan berani Li Yuanying dalam mengumpulkan kelompok belajar menarik perhatian sang Kaisar. Li Er menghampiri bocah itu dan menanyakan apa yang sedang dia rencanakan.
Mendengar pertanyaan kakandanya, Yuanying merasa telah disalahi: “Memangnya saya tak boleh belajar bersama teman-teman saya?”
Baginda Kaisar menatap curiga kepadanya, tidak percaya kalau dia cuma belajar.
Kemudian Yuanying memberitahu kakandanya tentang muslihat yang dia rencanakan untuk hari penerimaan akademi. Dengan kukuh dia menyatakan bahwa kakak dari Adik Shu adalah orang berbakat yang menjanjikan, jadi dia pun memutuskan untuk membantu Wei Ying dengan menjadikannya sebagai target. Bagaimana bisa kita menjadi lebih baik kalau kita tak menghadapi kesulitan? Dia ingin membawa serta semua temannya untuk ujian itu. Siapa pun yang mendapatkan hasil buruk akan merasa malu. Dia pasti akan termotivasi untuk bekerja keras!
Dengan santai Li Er menjawab: “Lebih seperti kalau kau sedang membalas dendam kepadanya karena ingin membawa pergi adiknya dan tidak mengizinkanmu bermain dengan adiknya itu.”
“Memangnya aku orang sepicik itu?”
Li Er memicingkan mata para Li Yuanying. Maknanya adalah ‘kau memang orang yang picik’.
“Kakanda Kaisar, apa menurut Kakanda strategi saya tidak bagus?”
“Itu ide yang bagus.”
Memikirkan kembali pada dua tahun yang lalu ketika adik Beliau ini dimaki semua orang karena tidak berpendidikan dan tidak kompeten. Sekarang anak itu memiliki kepercayaan diri dan dasar untuk bertanding melawan Wei Ying yang dua tahun lebih tua.
Li Er mengangguk: “Baiklah, kembalilah belajar. Jangan sampai kau mendapat peringkat terakhir dalam ujian.”
Sepertinya Li Yuanying telah mendapat izin sang Kaisar mengenai urusan ini.
Yang paling mahir Li Yuanying lakukan adalah menjadikan bulu ayam sebagai anak panah. Begitu dia memperoleh persetujuan dari Kaisar, dia langsung menemui Kong Yingda untuk menyatakan bahwa dia akan membawa serta beberapa orang teman untuk mengikuti ujian penerimaan.
Kong Yingda dibuat kesal dengan omong kosong ini. Akademi Kekaisaran adalah sekolah paling kenamaan di seantero Dinasti Tang. Bagaimana dia bisa membiarkan bocah ini menjadikan akademi sebagai bahan mainan?
Dia mengernyit: “Omong kosong apa itu?!”
“Kakanda Kaisar sudah setuju. Apa salahnya? Anda hanya perlu menyiapkan beberapa kertas ujian tambahan.” Yuanying menggumam tidak senang. “AKu tak berencana belajar di akademimu, tidak bahkan meski aku diundang. Kelak aku akan membuka akademi besarku sendiri!”
Kong Yingda dibuat marah oleh pernyataan itu. “Kau terus mengoceh soal membuka akademi di usia semuda ini. Jangan sesatkan orang lain!”
Li Yuanying bukan pengecut dan langsung membalas. “Akademi yang kujalankan takkan jadi seperti akademimu. Bahkan tak mengizinkan orang lain ikut ujian.”
“Baiklah! Kalau kau mau ikut ujian, datang dan ikutlah. Jangan sampai gagal menjawab bahkan pertanyaan utama ketika waktunya tiba.”
Yuanying memanfaatkan kesempatan ini dan memberikan daftar anak-anak yang berencana mengikuti ujian kepada Kong Yingda.
Kong Yingda menerima daftar itu dan menyuruh bocah itu minggat. Kalau tidak dia benar-benar akan dipukul.
Li Yuanying mendapatkan keinginannya dan berlari pergi dengan gembira.
Kong Yingda terpacing dan langsung meminta agar daftar bukunya dikirim kepada murid-muridnya supaya mereka bisa mengidentifikasi topik-topik sulit dari buku-buku itu. Makin sulit makin bagus. Mari tunjukkan pada anak-anak yang tak tahu tingginya langit dan dalamnya bumi itu. Kita lihat saja apakah mereka masih bisa begitu pongah ketika mereka melihat soal-soalnya!
Setelah memberi perintah, Kong Yingda masih agak tidak senang. Dia pun pergi menemui sang Kaisar dengan harapan bahwa Beliau akan mendisiplinkan anak-anak Beliau. Jangan anggap semua tempat di kolong langit sebagai tempat untuk main-main!
“Karena akademi punya aturannya sendiri, kita ikuti aturan itu dengan ketat.” (Li Er)
Kong Yingda terkejut dan bertanya ragu: “Maksud Baginda adalah bahwa jika mereka lulus ujian, maka kita undang mereka untuk belajar di Akademi Kekaisaran?”
“Tentu saja. Karena mereka merasa bahwa tak ada lagi yang bisa dipelajari di istana, biarkan mereka pergi ke Akademi Kekaisaran untuk mempelajari sesuatu. Baru ketika mereka bisa lulus dari semua ujian, Menteri Kong akan melepaskan mereka.”
Ketika belajar di Akademi Kekaisaran, semua kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan transportasi disediakan. Tentu saja kondisinya tak sebaik yang ada di dalam lingkungan istana. Pemikiran-pemikiran indah tentang memiliki kamarmu sendiri serta pelayan yang menungguimu takkan pernah terjadi.
Tahun lalu, Akademi Kekaisaran meluaskan penerimaan siswanya dan merekrut sekelompok murid yang susah ditangani. Kong Yingda merasa cemas dan karenanya akan mengeluh kepada Kaisar dari waktu ke waktu, berkata bahwa orang-orang ini tidak mudah untuk diatur dan mengabaikan aturan-aturan Akademi. Beberapa akan diam-diam menyelinap pulang dan beberapa akan menyuap murid-murid yang lebih miskin untuk mengurus kehidupan harian mereka. Kalau kau memergoki mereka, mereka semua akan bilang kalau hal itu dilakukan secara sukarela. Tak ada alasan untuk menghukum mereka. Bagaimanapun juga, kau tak bisa bilang kalau tak diperbolehkan membantu teman sekelas.
Begitu Kong Yingda mendengar pernyataan sang Kaisar, dia pun mengerti niat Beliau. Sang Kaisar sangat menganggap penting Akademi ini dan karenanya akan mustahil membiarkannya menjadi taman bermain anak-anak keluarga istana. Kalau kau berniat menjadikan adik dan putra Kaisar sebagai siswa di sini serta memperlakukan mereka secara setara, tak ada seorang pun yang akan berani membuat masalah. Tak peduli seberkuasa apa pun ayahmu, bisakah dia lebih berkuasa ketimbang sang Kaisar sendiri?
“Baginda bijaksana.”
Setelah selesai bicara, Kong Yingda teringat bahwa ada tiga orang anak perempuan dalam daftar itu: Wei Shu, Putri Chengyang, dan mantan Cairen, Wu Mei.
Kong Yingda meminta klarifikasi: “Haruskah Putri Chengyang dan dua orang lainnya diperlakukan secara setara?”
“Zhen ingat kalau putri dari Silla juga belajar di Akademi Kekaisaran. Kalau mereka benar-benar bisa lulus ujian, kau bisa atur mereka agar menjadi teman sekelas putri-putri dari Silla.”
Saat ini Ratu dari Silla sedang berkuasa. Mereka yang dikirim untuk belajar di Tang termasuk adik sepupu sang Ratu, Jin Shengman. Ketika gadis itu pertama kali mendaftar untuk belajar di Akademi Kekaisaran, sudah tentu hal itu menyebabkan kontroversi. Akan tetapi, sang putri berhasil diterima berkat pengetahuan dan keahliannya. Sang Putri sudah belajar di sini selama lebih dari satu tahun dan merupakan gadis yang pintar serta bersemangat untuk belajar. Mulanya dia tak bicara dalam bahasa Tang tapi kini mampu menangkap dasar pengetahuan Tang. Bahkan Kong Yingda juga harus mengakui bahwa putri asing ini sangat pintar.
Kalau Putri dari Silla bisa bersekolah, alasan apa bagi Putri dari Tang untuk tidak mampu melakukannya?
Lalu mengenai Wei Shu dan Wu Mei, anggap saja mereka sebagai pendampingnya.
Kong Yingda selalu ingin membereskan anak-anak bangsawan badung yang sudah tak terkendali. Karena itu, dia tak berdebat dengan sang Kaisar dan menerima usulan itu. Lagipula, lulus ujian adalah tantangan besar, mari kita baru diskusikan ini setelah mereka berhasil lulus ujian!
Karena sudah ada kesepakatan di antara mereka berdua, Kong Yingda pun pergi dan mengubah pengaturannya. Karena rencananya adalah mengakali Li Yuanying dan Li Zhi agar masuk ke dalam akademi sebagai ‘tolok ukur pembenahan’, soal-soalnya tentu saja tak boleh terlalu sulit. Sudah cukup jika memukul mereka dengan beberapa soal sulit tapi pada akhirnya mereka harus lulus ujian.
Sejak saat itu, setiap kali Kong Yingda melihat Li Yuanying datang untuk mengajukan pertanyaan, dia jadi sangat penyabar, seakan nyaris memperlakukan bocah itu sebagai keponakannya sendiri.
Li Yuanying merasa aneh dan berbisik pada Li Zhi, “Menurutku si Kong Tua itu sedang berusaha mengerjaiku.”
Li Zhi tak beranggapan kalau ada yang salah. “Guru Kong memang selalu seperti ini. Dia itu selalu baik kepada kita!”
“Kepadamu.”
Li Zhi berkata jujur: “Kalau Paman tidak selalu membuat dia marah, dia takkan selalu menghardik Paman.”
Kedengarannya masuk akal. Mungkin Kong Yingda menyadari bahwa kini dia punya niat belajar dan karenanya mengubah sikap kepadanya. Tak perlu meributkannya. Li Yuanying segera mengesampingkan kecurigaan awalnya dan lanjut memimpin teman-temannya untuk belajar setengah hari dan bermain setengah hari setiap harinya. Kadang-kadang dia akan mengunjungi Wei Ying untuk memprovokasinya dengan berkata: “Kami sudah membaca buku ini dan itu, bagaimana kemajuanmu?” Hal ini membuat Wei Ying membakar minyak tengah malam di malam hari, karena takut dirinya akan benar-benar dikalahkan oleh Li Yuanying, yang sebelumnya pernah dia pandang rendah!
Dalam sekejap mata, pertengahan bulan lima sudah datang. Ahli perbintangan kekaisaran mengamati langit dan menemukan sebuah bintang yang tampak lemah di malam hari. Ini adalah pertanda ‘bintang sapu’ yang sangat membawa sial. Ahli perbintangan kekaisaran memikirkannya dan menyimpulkan bahwa hal ini adalah karena keputusan untuk melakukan ritual Feng dan Shan* di Gunung Tai pada bulan lalu yang menentang takdir. Dia berharap tahun depan Baginda Li Er tidak akan melakukan ritual yang sama di Gunung Tai.
(T/N: Sebuah ritual resmi yang dilakukan oleh Putra Langit untuk memberikan penghormatan kepada langit dan bumi)
Li Yuanying tak pernah peduli untuk menghadiri sesi mahkamah dan karenanya dia tak tahu kalau Li Er akan mengunjungi Gunung Tai. Mendengar bahwa semalam bintang sapu telah muncul, dia menyesali dirinya yang tidur terlalu nyenyak semalam dan jadi tak bisa melihat bintang sapu yang kenamaan itu. Dia mengumumkan bahwa sesi belajar hari ini akan dibatalkan dan semua orang harus ikut dengannya mencari Li Chunfeng demi mempelajari lebih banyak tentang bintang sapu. Terutama dia ingin mencari tahu seperti apa bentuk bintang sapu yang legendaris itu.
Li Chunfeng adalah ahli dalam bidang ini dan dengan mudah dia memberitahu lobak-lobak kecil itu semua tentang komet pembawa sial ini. Dia memberitahu kepada mereka semua catatan lampau dari masa kuno hingga saat ini dan bahkan menggambarkan penampakan bintang itu seperti yang terlihat dengan mata telanjang kepada mereka.
Li Yuanying mendengarkan dengan penuh minat.
Kemudian, dia mempelajari semua tentang ‘teori bencana’. Kabarnya bencana-bencana itu termasuk serangga, wabah, banjir, kekeringan, dan sebagainya sementara ‘abnormalitas’ termasuk hal-hal seperti gerhana matahari dan bulan, meteorit, komet, dan sebagainya. Menurut Konfusianisme, terjadinya fenomena langit atau bencana semacam itu adalah musibah yang sangat serius. Karenanya, mahkamah kekaiasaran harus mengambil langkah pencegahan demi menghindarkan warga dari kepanikan.
Pada umumnya, yang disebut sebagai langkah pencegahan ini adalah entah dengan sang Kaisar merenungkan perbuatan-perbuatannya atau sang Perdana Menteri mengundurkan diri. Kali ini, semuanya berada dalam kendali karena ada sebuah alasan yang siap untuk dijadikan kambing hitam – Kaisar tak boleh mengunjungi Gunung Tai untuk melakukan ritual Feng dan Shan.
Li Yuanying tak senang mendengar hal ini. Dia sudah pernah membaca tentang hal-hal semacam ini dalam buku-buku sejarah tapi tak pernah terlalu memerhatikannya. Dia inga bahwa di dalam buku-buku sejarah, Kaisar Wu dari Dinasti Han akan pergi mengunjungi Gunung Tai setiap lima tahun sejak diadakannya ritual Feng dan Shan. Totalnya, dia pergi ke sana untuk bersantai selama lima hingga enam kali, bebas sekali!
Kakanda sudah berada di tahta selama lima belas tahun dan tak pernah pergi ke Gunung Tai! Hal paling pentingnya adalah bahwa dia juga belum pernah pergi ke Gunung Tai sejak lahir!
Bocah itu merasa kecewa: “Jadi benar kalau tahun depan kita takkan bisa mengunjungi Gunung Tai?”
“Permintaan dari ahli perbintangan kekaisaran sudah dituliskan dan maka semua pejabat mahkamah lainnya juga akan mencegah sang Kaisar.” (Li Chunfeng)
Li Chunfenf menjelaskan alasannya. Selama lebih dari dua puluh tahun sejak Tang berdiri, warga telah dikenai pajak yang ringan supaya mereka bisa memulihkan keadaan. Karena itu, perbendaharaan negara belum terisi dan kalah jauh dari kekayaan Dinasti Sui yang sebelumnya. Sekarang sebagian besar kekayaan ada di tangan keluarga-keluarga bangsawan dan mahkamah kekaisaran berusaha mati-matian untuk menerapkan lebih banyak pajak. Di bawah situasi semacam itu, Wei Zheng dan menteri-menteri lainnya takkan mau bekerja keras untuk menjalankan ritual seperti Feng dan Shan.
Singkatnya, tak ada uang sehingga tak ada seorang pun yang mendukung sang Kaisar dalam rencana Beliau untuk mengunjungi Gunung Tai.
Li Yuanying tertegun. “Sepertinya Kakanda Kaisar benar-benar miskin.”
“Bukannya Ayahanda yang miskin. Ini adalah soal pihak Mahkamah harus melakukan terlalu banyak hal.” (Li Zhi)
Li Yuanying tak peduli dengan beban kerja mahkamah. Li Yuanying hanya peduli tentang apakah dirinya bisa mengunjungi Gunung Tai.
“Tunggulah hingga tehku mulai terjual, kemudian aku akan meminjamkan uang kepada Kakanda. Kemudian Kakanda bisa mengajakku ke Gunung Tai untuk bermain!”
Li Zhi mengingatkannya: “Wilayah perdikan Paman mungkin tidak jauh dari Gunung Tai. Paman bisa main ke sana sesering yang Paman mau.”
Yuanying teringat bahwa Gunung Tai ada di sebelah Timur, dan wilayah perdkannya, Tengzhou, juga ada di Timur. Jarak antara keduanya memang tidak jauh!
Li Yuanying berkata tanpa tekanan psikologis: “Kalau begitu aku takkan meminjamkan uang.” Kakanda itu sangat licik dan cerdik, bagaimana kalau dia tak mau mengembalikan uangku?
Li Zhi tak mampu berkata-kata.
Sorenya, Sizi menjual Li Yuanying dan Li Zhi tanpa mereka ketahui. Dia memberitahu ayahanda Kaisarnya semua tentang pengetahuan astronomi yang telah dia pelajari dari Li Chunfeng dan kemudian tentang percakapan antara Li Yuanying dan Li Zhi.
“Mulanya Paman Kecil bilang kalau dia akan meminjamkan uang pada Ayahanda untuk melakukan perjalanan ke Gunung Tai. Tapi kemudian kakak mengingatkan paman kalau Tengzhou letaknya sangat dekat dengan Gunung Tai. Kemudian Paman bilang tidak meminjamkan uang!”
Semenjak Beliau mengetahui tentang bintang sapu, Li Er berada dalam suasana hati yang buruk. Siapa pun yang mengungkit masalah ini akan mendapat sikap busuknya. Namun hal ini berbeda bagi Sizi karena gadis itu adalah putri kesayangan Beliau. Beliau tidak marah melainkan hanya melirik pada Li Yuanying yang sedang bersantap di sisinya.
Kemudian Beliau mengangkat alis dan berkata: “Bukan sikap seorang pria sejati kalau menarik balik perkataannya.”
Li Yuanying meletakkan sumpitnya dan membalas: “Sekarang ini uang saya cuma sedikit, seperti setetes air di lautan bagi Kakanda. Jadi tak ada gunanya meminjamkan uang kepada Kakanda untuk saat ini!”
Dengan sangat bertanggungjawab dia menenangkan Li Er. “Kakanda, jangan cemas. Saat saya pergi ke wilayah perdikan saya, saya akan membangunkan jalan dari Chang’an menuju Gunung Tai untuk Kakanda dan memberi Kakanda kediaman yang nyaman di sepanjang perjalanan. Saya akan pastikan bahwa Kakanda mengunjungi Gunung Tai tanpa mengeluarkan sepeser uang pun dari perbendaharaan negara. Tak usah bicarakan tentang pergi satu kali saja, Kakanda bisa pergi setiap tahun kalau itulah yang Kakanda inginkan!”
“Baiklah, zhen akan ingat ini. Kalau kau gagal melakukannya maka zhen akan menghukummu karena telah menipu Kaisar lalu membuangmu ke Yazhou.”
Yuanying berbalik untuk bertanya kepada Li Zhi, “Yazhou itu di mana?”
Li Zhi berpikir sejenak lalu menjawab: “Ada di pulau yang letaknya paling selatan, sebelah utara menghadap Jalan Lingnan melintasi laut dan sebelah barat menghadap Jiaozhou melintasi laut. Laut di mana-mana, sangat jauh dari Chang’an.”
Yuanying mengangguk dan berkata antusias: “Sepertinya seru. Buang saja aku! Jangan cemas, aku akan membangun kapal dan menyusuri pantai untuk kembali kemari. Aku akan kembali untuk menjenguk Kakanda setiap delapan atau sepuluh tahun.”
Li Er menghardik: “Bukankah kau berencana menemani seseorang untuk mengikuti ujian Akademi Kekaisaran? Sana pulang dan belajar setelah kau selesai makan.”
Li Yuanying membawa anak-anak pergi dan berbisik pada Li Zhi saat mereka pergi: “Kan bukan aku yang memulainya. Kakanda sendiri yang ingin membuangku ke sana dan kemudian jadi marah. Kakanda itu benar-benar plin-plan. Tak heran orang bilang kalau ‘menemani Kaisar sama seperti menemani harimau’!”
Li Zhi: “….”