Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 140
Li Yuanying mengetahui soal drama itu setelah bertemu dengan Gaoyang. Sang putri langsung lari menuju Kecamatan Hu setelah insiden itu terjadi. Ini adalah perjodohan yang tidak satu pihak pun menyukainya. Gaoyang tak mengerti kenapa dia harus menikahi Fang Jun. Ya, pemuda itu punya masa depan cerah tapi apa urusannya itu dengan dirinya?
Walaupun dia tak pernah lari dari rumah sebelumnya, Gaoyang tak takut melakukan perjalanan ke Kecamatan Hu karena ada banyak pelayan yang mengikuti dirinya.
Ketika bertemu paman kecil, dia pun mengeluarkan seluruh ceritanya dengan gaya mengibakan. Tampaknya walaupun Fang Jun sebelumnya tak berhasil merayu Su Qiniang, dia mendekati wanita lain. Karena dia sudah melakukan perjalanan ke Kekaisaran Tibet, insiden ini tidak diungkapkan namun kini karena dia sudah kembali, si wanita telah menulis surat kepadanya, berkata bahwa dirinya sakit. Lagi-lagi jiwa Fang Jun pun tergoda oleh wanita itu.
Ketika Gaoyang mendengar soal insiden ini, dia memperingatkan Fang Jun agar jangan begitu tak tahu malu tapi alih-alih bertobat, yang bersangkutan malah semakin sering mengunjungi wanita itu. Gaoyang tidak akan menelan perbuatan bejat ini dalam diam dan karenanya dia pun mengunjungi sendiri pemuda itu untuk memberinya peringatan lain!
“Paman Kecil, aku tidak akan menikah dengannya!” Gaoyang marah sekali sampai-sampai matanya memerah.
Melihat Gaoyang dengan mata merah, Yuanying juga ikut berpikir kalau orang itu tak bisa dimaafkan. Bahkan jika kau ingin bersenang-senang, kau harus mencari orang yang pantas. Ini bukan soal Li Yuanying memandang rendah para wanita di industri hiburan. Orang-orang seperti Su Erniang dan Su Qiniang berasal dari latar belakang serupa namun dia menghormati mereka sepenuhnya. Dia memandang rendah para wanita yang memakai trik untuk menempeli seseorang.
“Baiklah, aku akan beritahu Kakanda Kaisar agar membatalkan pernikahan ini.”
Yuanying pun membuat pengaturan dan memberi semangkuk es jus semangka pada Gaoyang. Kemudian dia meminta Gaoyang menceritakan lebih banyak tentang kejadian-kejadian terkini di Chang’an.
Ketika Yuanying menyambut Gaoyang, sang Kaisar menerima kabar kalau putrinya menghilang.
Mendengar soal seluruh insiden ini, Li Er tak yakin apakah dia harus marah pada Gaoyang atau Fang Jun. Lagipula Fang Xuanling sudah menghadap untuk mengakui kesalahan karena tidak membesarkan putranya dengan baik sampai-sampai menyebabkan pemuda itu menghasilkan drama semacam ini.
Kejadian ini memang dramatis dan seluruh kota membicarakannya. Beberapa bergosip bahwa Fang Jun sebagai calon menantu Kaisar seharusnya dilarang pergi ke Pingkang Fang sementara yang lain berpikir kalau Gaoyang kelewat agresif dan arogan karena sebagai wanita dia berani menghalangi jalan Fang Jun ke Pingkangi Fang, siapa pun yang menikah dengannya pasti bernyali besar!
Singkatnya, semua orang menonton lelucon dan drama keluarga istana dengan Klan Fang ini. Kalau latar belakang mereka tidak seterkenal ini, orang-orang mungkin akan mengabaikannya dan melupakannya!
Fang Jun si nyali besar dihukum oleh ayahnya dan kini berbaring di ranjang sambil merintih tanpa henti. Ketika ibunya, Lu-shi datang, tangisnya pun meledak.
“Ibu, aku tak mau menikah dengannya. Tidak bahkan jika aku harus mati!”
Ini adalah kali kedua putranya dihajar gara-gara Putri Gaoyang. Lu-shi merasa sangat tertekan. Kalau hal ini sudah terjadi sebelum pernikahan, bagaimana mereka akan bisa akur setelah menikah? Dia pun duduk dan menenangkan putranya: “Ayahmu sudah pulang, ibu akan bicara kepadanya!”
Barulah pada saat itu Fang Jun berhenti menangis.
Orang lain berkata bahwa merupakan hal baik jika punya aspirasi untuk memanjat naik, tapi keluarga mereka tidak berkekurangan. Kenapa aku harus menikahi wanita yang galak? Fang Jun lebih suka seseorang yang lemah lembut dan menyenangkan, BUKAN orang macam Gaoyang!
Ibu dan anak pun membuat rencana. Fang Jun beristirahat sementara dia akan menunggu Fang Xuanling pulang.
Pada saat yang sama, Baginda Kaisar mengirim orang ke Kecamatan Hu untuk menjemput Gaoyang dan memberitahu Li Yuanying bahwa sudah tiba waktunya bagi anak itu untuk menyelesaikan tugasnya dan kembali ke Ibu Kota karena murid-murid lain yang pergi untuk magang semuanya sudah kembali ke Akademi.
Li Yuaying tak keberatan. Dia toh sudah selesai bermain di Kecamatan Hu dan telah membuat rencana untuk mengunjungi Li Zhi di Taiyuan. Dia tak membiarkan orang-orang Kaisar mengawal Putri Gaoyang pulang dan alih-alih menyuruh mereka mengantar surat kepada Kaisar. Mereka semua akan kembali ke Chang’an bersama-sama dalam beberapa hari lagi setelah menyerahkan urusan-urusan yang ada.
Walaupun Li Er marah pada Gaoyang, Beliau menyetujui persyaratan Li Yuanying dan tidak mengirim lebih banyak pengawal untuk mengejar Gaoyang.
Yuanying menyerahkan semua urusan penting kepada Wu Mei dan Di Renjie sementara dia membawa para putri pergi untuk main. Dia juga meminta pendapat Gaoyang mengenai siapa yang lebih ingin gadis itu nikahi jika bukan Fang Jun. Usia Gaoyang hampir sama dengan Yuanying dan kakaknya Changle sudah menjadi istri orang selama tiga tahun ketika menginjak usia ini. Karenanya, jika dia tak bersedia menikah dengan Fang Jun, dia harus punya calon cadangan.
Gaoyangg berpikir sejenak lalu menggumam: “Aku nggak mau menikah!”
“Kenapa? Begitu kau menikah, kau bisa pindah ke kediamanmu sendiri, bukanlah itu lebih baik daripada tinggal di Istana?”
“Tapi aku nggak suka siapa-siapa. Kalau aku tak suka siapa-siapa, kenapa aku harus menikah?” Dia menggenggam tangan Yuanying dan menggoyangkannya. “Paman Kecil, Paman harus membantuku memikirkan rencana!”
Kata-kata Gaoyang masuk akal. “Yah, bukannya aku tak punya rencana sih. Kau bisa jadi rahib lebih dulu kemudian aku akan membawamu ke wilayah perdikanku. Lalu kau bisa melakukan apa pun yang kau mau.”
Mata Gaoyang membulat: “Paman ingin aku jadi rahib?”
“Nggak juga, kau bisa jadi pendeta Tao wanita.”
Sejak kecil Li Yuanying selalu suka mendengar cerita. Cerita-cerita kesukaannya tak diragukan lagi berhubungan dengan Buddhisme dan Taoisme.
“Ini adalah sesuatu yang sudah terjadi sejak masa kuno. Contohnya saja, pada masa Dinasti Jin, ada seorang wanita bernama Nanyue yang merupakan seorang pendeta Tao wanita. Aku akan membantumu mencari alasan unntuk menjadi seorang Nu Guan. Kau takkan perlu mencukur rambutmu ataupun menjadi vegetarian. Kau cuma akan perlu mengubah pakaianmu selama beberapa hari. Ketika kelak kau menemukan orang yang yang benar-benar kau sukai, maka tidak terlambat untuk kembali ke kehidupan sekuler dan menikahi orang itu.” Li Yuanying percaya diri soal ini karena Sun Simiao dan Li Chunfeng sama-sama pendeta Tao, jadi seharusnya takkan jadi masalah jika meminta mereka membantu membuat pengaturan.
Gaoyang terpengaruh oleh rencana Yuanying tetapi ketika dia memikirkan tenang temperamen Ayahanda Kaisar, dia pun jadi agak cemas. “Apa Ayahanda akan setuju?”
“Beliau menyetujuinya atau tidak, mari coba dulu sebelum memutuskan. Jangan menyerah tanpa mencoba.”
Gaoyang mengangguk serius. Walaupun dirinya belum sepenuhnya dewasa, dia yakin kalau dia tak mau menikah dengan Fang Jun.
Setelah memahami lebih jauh, Yuanying pun tahu apa yang sedang dia lakukan. Dia mengemasi barang-barangnya dan membuat persiapan untuk kembali ke Ibu Kota. Jumlah barang bawaan yang sama ketika berangkat ke sini dan jumlah yang sama saat pulang ke rumah. Dia tak membawa apa pun lebih banyak kecuali beberapa surat tanah baru.
Kelompok itu belum pergi terlalu jauh dari kediaman resmi ketika para penduduk datang satu persatu untuk mengucapkan perpisahan. Mengetahui kalau Yuanying tak kekurangan suatu apa pun, orang-orang tidak memberi banyak barang kepadanya kecuali satu karung beras gendut dari perwakilan.
Yuanying tak malu kelihatan kumuh dan bertanya penasaran: “Apa kalian takut kalau aku akan kelaparan?”
Si perwakilan adalah pria yang pintar bicara, dan langsung mengklarifikasi keraguannya: “Kami tahu Yang Mulia tidak suka menerima barang-barang dari kami, jadi kami mempersiapkan ini. Ini tidak dihasilkan oleh satu keluarga, melainkan dikumpulkan oleh semua orang di sini dengan satu cangkir beras dari setiap rumah tangga. Kalau Anda masih ingin memakan nasi yang dihasikan oleh Kecamatan Hu, kembalilah kapan saja.”
Dengan demikian, ini bisa disebut sebagai ‘beras dari seratus rumah’ – atau bahkan ‘beras dari seribu rumah’!
Hadiah ini sangat cocok untuk Yuanying. “Bagus sekali!”
Pria itu menambahkan: “Dalam beberapa bulan lagi, Chang Chu akan siap, tapi Anda belum mencicipinya!”
Chang Chu tumbuh di area Gunung Zhongnan. Di bagian luar, kelihatan jelek dan berbulu, tetapi cukup cantik ketika kau memotong-motongnya. Dagingnya hijau dan rasa buahnya asam manis. Walaupun ini bukan barang langka, keunggulannya adalah segar. (Pada dasarnya ini adalah tanaman yang disebutkan dalam Kitab Lagu, dengan tidak pasti diidentifikasi sebagai carambola atau buah bintang (Aberrhoa carambola); buah kiwi.
“Kalau begitu aku akan datang dan mencicipinya. Kalau aku sibuk, aku akan suruh orang datang kemari dan mengambil beberapa buah untuk dibawa pulang!”
Begitu saja sudah cukup. Bicara lebih banyak lagi akan mendatangkan air mata. Li Yuanying menaiki kudanya, dengan gembira melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan lalu berangkat menuju Ibu Kota.
Wu Mei duduk di dalam kereta dan mengangkat tirai untuk melongok keluar. Dia melihat mata orang-orang yang mengikuti kereta mereka bahkan setelah mereka berjalan cukup jauh. Dia menurunkan tirai dan berkata pada Wei Shu serta yang lainnya: “Lain kali, aku juga ingin menunggang kuda.” Tak perlu ada tirai atau penutup, dia ingin duduk tegak dan menerima perhatian dari semua orang, persis seperti ketika dirinya berada di Kecamatan Hu – tegap dan tenang.
Wei Shu tertegun sejenak namun menjawab: “Bahkan jika ingin menunggang kuda sekarang, kau bisa.”
Wu Mei kembali mengangkat tirai, hanya untuk melihat Li Yuanying masih melambai-lambai pada orang-orang. Anak itu merasa kalau melambai saja tidak cukup. Melihat Di Renjie agak bengong, Yuanying pun menyenggolnya untuk bersikap baik. Karena dia datang dengan sikap ceria, dia harus pulan dengan sikap ceria juga!
Wu Mei menatap Li Yuanying, yang memegangi Di Renjie dan melambai pada orang-orang, matanya pun sarat dengan senyuman. Jawabnya lembut: “Ya, kita bisa melakukan apa pun yang kita mau.”
Walaupun acara perpisahan itu butuh waktu lebih lama dari yang diharapkan, kelompok itu kembali ke Chang’an seperti rencana semula. Kecamatan Hhu bukan tempat besar, tapi Li Yuanying sudah menjelajahi sebagian besarnya dan merasa santai tak peduli petak tanah mana pun yang dia pijak.
Sekarang ketika melihat Kota Chang’an yang ramai, dalam hati Yuaying merasa ganjil.
Sebenarnya sudah sejak lama, dia telah merasa kalau Chang’an bukanlah tempat yang akan lama ditinggalinya. Seperti saudara-saudara lainnya, dia akan diatur untuk pergi bersama ibunya ketika dirinya menginjak usia 12 atau 13 tahun untuk pindah ke wilayah perdikannya demi menjalani kehidupan yang baik.
Akan tetapi, tanpa disadari banyak hal yang telah berubah.
Sikap diam Li Yuanying menarik perhatian Di Renjie, dan dia pun berhenti untuk bertanya: “Ada apa?”
“Nggak ada apa-apa. Aku cuma terpikirkan sesuatu.” Manusia memang punya ketamakan semacam itu, begitu kau tahu kau bisa melakukan satu hal, kau menginginkan lebih banyak.
Dia tak punya banyak kepercayaan diri untuk menjalankan rencananya bagi Gaoyang tapi dia bersedia mencobanya. Kalau dia menyerah tanpa mencoba maka dia pantas menjalani kehidupan penakut yang membosankan selamanya!
“Renjie, bantu aku mengantar Wu Mei dan Manman kembali ke Akademi. Aku akan antar Wei Shu dan para putri kembali ke Istana.”
Renjie mengangguk setuju.
Kelompok pun berpencar jadi dua. Dengan sangat cepat mereka sampai di tempat Wei Shu dan Yuanying tentu saja meminta teh untuk dirinya serta para keponakannya, lalu mereka pun menceritakan kisah-kisah menarik kepada Pei-shi sebelum pergi.
Pada saat ini juga, Li Er sudah jadi tak sabar karena menunggu.
Li Yuanying sudah menulis surat yang mengatakan kalau dia akan berangkat pagi ini dan akan pulang. Kabar tentang dirinya yang berangkat dan orang-orang yang mengantar kepergiannya serta tentang kelompok itu yang mencapai Chang’an sudah disampaikan namun kelompok itu masih saja tak kelihatan di mana-mana. Sang Kaisar meminta pengkinian kabar dan diberitahu bahwa: Li Yuanying pergi ke rumah Wei Zheng untuk minum teh!
Li Er sudah marah karena insiden Gaoyang. Ketika Beliau mendengar kalau Yuanying sudah pulang tapi tidak langsung kembali ke istana gara-gara teh, Beliau pun murka.
“Nanti saat dia ada di sini, jangan izinkan dia masuk!”
Orang-orang yang melayani Beliau menjawab takut-takut, tak berani menyela Kaisar yang murka.
————–
Catatan Pengarang:
Baginda Kaisar Li Er: Sungguh tak tahu diri, malah pergi menemui orang lain lebih dulu!
Pangeran Kecil: ??