Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 109
Dengan cepat Li Yuanying mendapatkan kabar tentang dunia luar. Mengetahui bahwa Li Tai sudah pergi menuju wilayah perdikannya, dia pun duduk diam dalam waktu lama.
Dia tidak yakin apakah merupakan hal yang benar baginya untuk masuk dan ikut campur dalam masalah ini namun dia tak bisa menahan diri dan tidak bilang apa-apa soal situasi ini. Mengingat ibunya yang ada di dalam istana, semua teman yang telah bertemu dengannya dan semua orang yang turut di bawahnya seperti Dai Ting, Li Yuanying menghela napas. Dia sedang berjudi, bertaruh bahwa cinta kakandanya untuk kestabilan negara lebih besar daripada cinta Beliau kepada putra keempatnya. Bertaruh bahwa kakandanya memiliki rasa cinta kepadanya. Dan untung saja, kali ini dia menang.
Namun tak ada yang perlu disenangkan soal memenangkan taruhan ini. Tidak ada satu pun pihak yang gembira dari seluruh insiden ini. Namun dengan pangeran keempat berada jauh, hari-hari yang akan datang semestinya menjadi tenang tanpa terlalu banyak hujan dan badai.
Li Yuanying merasa lebih baik dan bergabung dengan teman-temannya untuk menunggu hasil ujian bulanan mereka.
Tahun ini Akademi memperoleh hasil yang sangat bagus dan para guru menjadi lebih ketat untuk memastikan hasil tahun depan akan sebaik ini supaya reputasi sekolah tidak akan ternoda!
Restoran Fengthai kini memakai Akademi Kekaisaran sebagai sumber iklan utamanya dan karenanya tentu saja Li Yuanyigng peduli tentang performa akademisnya. Dia bukan hanya akan secara aktif mengawasi teman-temannya untuk beristirahat dan berlatih dengan baik, dia juga memengaruhi Asosiasi Siswa untuk mengatur kelompok-kelompok belajar. Selain menghadiri kelas dan makan tiap hari, dia mengumpulkan sekelompok siswa untuk melakukan diskusi khusus bersama-sama.
Akademi Kekaisaran penuh dengan muda-mudi berusia di bawah dua puluh tahun. Berada pada usia prima, para murid tentu saja bicara dengan bebas untuk mengekspresikan pendapat mereka. Dalam kurun dua bulan yang berisi debat dan diskusi yang konstan, banyak ide dan pendapat baru yang bermunculan.
Hal paling menakjubkan tentang Li Yuanying adalah hubungan-hubungannya yang sangat baik. Dia berteman dengan banyak murid dari semua bidang pelajaran dan menyatukan mereka untuk menjelajahi soal-soal yang sulit. Dengan demikian, masalah-masalah yang merepotkan terpecahkan secara cepat dengan menggabungkan orang-orang berbakat. Ide-ide dan pemikiran berbeda berbaur satu sama lain, menciptakan wawasan baru untuk mereka yang terlibat.
Kelompok Wei Shu juga bergabung dalam diskusi-diskusi ini namun mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk mencatat ide-ide baru dan membagi-bagi mereka dalam beberapa kelompok.
Perlahan, kelompok-kelompok itu jumlahnya jadi cukup besar dan terdiri dari anak-anak para pejabat pemerintah maupun murid-murid dari latar belakang yang lebih miskin dan murid wanita yang hanya empat orang di seluruh Akademi itu pun memperoleh banyak perhatian.
Kelompok ini juga menghasilkan nilai yang bagus pada ujian bulanan. Alasan utamanya adalah bahwa sang Kaisar lebih memilih untuk memiliki orang-orang yang punya bakat praktis yang bisa langsung dipakai. Mereka yang hanya pintar dalam hal buku dan memiliki ide-ide stagnan harus digeser ke belakang untuk memberi jalan bagi orang-orang dengan ide-ide hebat. Li Yuanying dan kelompoknya kebetulan seperti sebuah kolam air hidup dengan pemikiran-pemikiran yang luar biasa lincah!
Namun tentu saja juga ada orang-orang yang tertinggal seperti Li Yuanying. Ide-idenya terlalu tidak biasa. Dia menulis dengan fasihnya, berkata bahwa pria dan wanita itu setara, dan menyarankan bahwa para gadis seharusnya juga diizinkan untuk ambil bagian dalam ujian negara; terutama para wanita yang sudah mendapat pendidikan. Mereka seharusnya diberi kesempatan untuk membuktikan diri dan memakai sepenuhnya semua bakat hebat yang tersedia.
Yuanying tidak percaya pada nilai-nilainya yang rendah, jadi dia pergi menemui Guru Ma, berniat untuk mendebat kasusnya.
“Apa yang salah dengan artikelku? Orang-orang seperti Mei Niang itu sangat pintar, bukankah mereka seharusnya diberi kesempatan yang setara? Ada berapa banyak pria yang bisa menyatakan dirinya sehebat dia dalam membaca ataupun membuat keputusan?”
“Mereka itu minoritas.”
“Kupikir pria-pria pintar juga minoritas. Setiap tahun kita cuma punya satu atau dua orang yang sepintar Mei Niang dan Wei Shu, jadi itu sudah cukup!”
“Apa kau yakin, setiap tahun akan ada satu atau dua orang yang seperti itu?”
Li Yuanying berpikir keras. Dia sudah hidup selama dua belas tahun dan baru bertemu dengan beberapa orang pintar saja. Jumlahnya memang tidak banyak. Tapi dia tetap pantang mundur: “Pokoknya ini sama seperti menyia-nyiakan orang-orang berbakat. Tidak baik! Tidak baik!”
“Bahkan jika aku mengizinkan wanita untuk mengikuti ujian, tetap saja takkan ada gunanya. Gadis-gadis dari keluarga miskin itu buta huruf. Lalu untuk mereka yang berasal dari keluarga-keluarga bangsawan, mengapa mereka mau mengikuti ujian negara? Mahar mereka setidaknya beberapa ratus ribu dan mereka menjalani kehidupan bebas yang penuh kemewahan, mengapa mereka mau datang kemari dan menderita? Bahkan jika kau berhasil lulus, kau akan mulai dari posisi paling bawah. Promosinya tidak pasti, apakah sepadan bagi mereka untuk meninggalkan kehidupan mewah mereka dan melakukan hal ini?”
“Adik Shu dan yang lainnya bersedia kok. Apa serunya tinggal di kediaman tua yang sama seumur hidup? Dunia luar itu sangat besar, jangan bilang padaku bahwa cuma anak laki-laki yang diperbolehkan untuk melihatnya tapi anak perempuan tidak?”
Guru Ma menggelengkan kepalanya. “Sejak zaman dahulu kala memang sudah begitu, bagaimana bisa kita membuat perubahan semudah itu?”
Li Yuanying berusaha amat ketas namun tetap tak bisa menang melawan argumen Guru Ma. Dia pun harus membawa pulang hasil ujiannya yang bernilai buruk.
***
Persis ketika Li Tai meninggalkan Chang’an, Dai Ting dan kelompoknya kembali. Mereka membawa pulang banyak hewan ternak, rempah-rempah, dan tanaman-tanaman obat. Sebuah kelompok mengesankan yang menarik banyak perhatian. Sebelum mereka tiba, di Luoyang dan Chang’an telah datang kabar bahwa teh telah terjual dengan baik dan mereka berhasil menukarkan banyak hewan ternak. Sapi-sapi itu tampak kuat dan kuda-kudanya tinggi! Yang lebih mengejutkan lagi, kelompok itu juga membawa pulang beberapa ekor yak dengan bulu tebal dan tanduk megah. Mereka tampak langka!
Kelompok itu berangkat dengan seratus orang rahib namun yang kembali hanya separuhnya. Hal ini terjadi bukan karena adanya kecelakaan, hanya saja mereka memutuskan untuk tetap tinggal untuk memberi pelajaran dan akan kembali pada perjalanan berikutnya. Dai Ting pulang bukan hanya dengan membawa barang-barang tetapi juga kabar tentang Wencheng. Dia menyerahkan barang-barangnya kepada Dong Xiaoyi lalu melanjutkan perjalanan menuju Akademi Kekaisaran untuk mengantarkan kabar kepada Pangeran Teng.
Mengetahui bahwa Dai Ting sudah pulang, Yuanying pun meminta izin absen dari Kong Yingda. Perjalanannya panjang dan butuh waktu setengah tahun bagi Dai Ting hanya untuk bolak-balik. Dai Ting juga menghabiskan waktu untuk berbisnis dan mengumpulkan informasi, jadi perpisahan mereka berlangsung hampir satu tahun.
Yuanying meminta Dai Ting duduk dan menceritakan perjalanannya secara mendetil.
Dai Ting memilih untuk menceritakan kabar yang baik dulu. Ketika kami memulai perjalanan kami, terjadi pemberontakan di Tuyuhun dan Putri Honghua dibuat ketakutan. Dengan cepat sang Putri pulih setelah mendapat penghiburan dan simpati dari Chang’an. Setelah itu perjalanannya cukup mulus. Mereka memang bertemu dengan beberapa perampok, namun kelompok itu punya senjata bagus dan pelatihan yang memadai. Beberapa orang rahib yang melakukan perjalanan bersama mereka juga mahir dalam beladiri sehingga korban jiwa yang timbul tidak banyak.
Setelah itu, Dai Ting menceritakan masalah-masalah yang telah dia hadapi. Kelompok itu terdiri dari mereka yang sehat dan seharusnya baik-baik saja meski telah melakukan perjalanan panjang. Akan tetapi, semakin jauh mereka melakukan perjalanan menuju Kota Luoxie, semakin dan semakin banyak orang yang jatuh sakit gara-gara tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Semakin banyak orang yang wajahnya mulai merona dengan tubuh lemah serta napas pendek, beberapa bahkan jatuh pingsan. Walaupun mereka memiliki sekelompok tabib yang ditugaskan oleh Sun Simiao untuk melakukan perjalanan bersama mereka, tetap saja dua orang pria nyaris mati.
Wei Shu memiliki hipotesis awal bahwa Kekaisaran Tibet memiliki obat untuk menyembuhkan penyakit ini, dan Dai Ting telah melakukan penyelidikannya. Dia mendapati bahwa penduduk setempat sering memakai sejenis herbal dan para tabib mengkonfirmasi bahwa tanaman obat ini membantu meningkatkan peredaran darah. Membawa pulang herba-herba ini ke Chang’an untuk ditanam akan memiliki kegunaan sangat besar dan Dai Ting telah mengumpulkan sejumlah biji dan akar lalu membawanya pulang bersama tanahnya sekalian.
Yuanying mendengarkan dengan sabar. “Bagaimana dengan Wencheng?”
Dai Ting sengaja meninggalkan kabar tentang Putri Wencheng sebagai topik terakhir.
Dia terdiam sejenak sebelum mengekspresikan penilaiannya: “Songtsen Gampo dan Lu Dongzan sama-sama merupakan pria yang ambisius.” Yang pertama mewarisi tahta di usia muda dan yang kedua bekerja keras hingga bisa sampai pada posisinya yang sekarang. Tanpa ambisi, bagaimana bisa mereka membawa kedamaian pada suku-suku yang berbeda di tanah mereka?
Orang-orang yang ambisius akan selalu meninggalkan jejak dari tindakan-tindakan mereka. Dai Ting menunggu selama beberapa hari di Kota Luoxie sebelum bertemu dengan Putri Wencheng. Pada saat ini, Putri Wencheng sudah berada di sini selama hampir setengah tahun. Walaupun dirinya jadi sedikit lebih kurus, semangatnya tinggi.
Putri Wencheng bercerita bahwa Songtsen Gampo bukan pria hidung belang dan mulanya tidak banyak berinteraksi dengannya. Barulah setelah rombongan yang terdiri dari perajin, tabib, dan penyulam yang mengikuti sang Putri menunjukkan kegunaan mereka, sang Raja mulai lebih sering bicara dengan Putri Wencheng. Pasangan itu tidak bicara dengan bahasa yang sama dan walaupun Wencheng telah menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari bahasanya, komunikasi merupakan tantangan bagi mereka. Wencheng menemukan tempat untuk menanam biji-biji bunga matahari yang Yuanying berikan kepadanya dan sering memakai hal itu sebagai alasan untuk bicara pada orang-orang yang melayani dirinya. Tak pernah berkecil hati bahkan setelah melakukan kesalahan dalam ucapannya dan seiring dengan berlalunya waktu dia pun berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan di sana.
“Itu bagus sekali!”
Dai Ting meneruskan ceritanya.
Menerima daftar panjang hadiah dari Chang’an, tangis Putri Wencheng pun meledak. Dia sangat merindukan orang-orang yang dicintainya di Chang’an dan menulis sebuah puisi untuk mengekspresikannya. Dai Ting membawa pulang puisi ini, beserta kabar bahwa sebelum Songtsen Gampo melamar untuk menikahi seorang putri Tang, dia sudah menikah dengan seorang putri Licchavi saat remaja dan mereka memiliki hubungan yang baik walaupun belum punya anak. Ditambah lagi, sang penguasa juga memiliki beberapa istri dari berbagai suku di Tibet.
Hanya dari sudut pandang ini saja, kau bisa melihat sifat dari Songtsen Gampo: Dia hanya menginginkan mereka yang berguna, mau itu putri dari Tang atau putri dari Licchavi ataupun seorang wanita dari berbagai suku lainnya. Semuanya adalah demi memantapkan otoritas mutlaknya!
Yuanying tumbuh besar di dalam istana yang punya Istana Belakang dan karenanya tidak terlalu memikirkan soal bagian informasi yang ini. Dia hanya peduli tentang bagaimana keadaan Wencheng.
Yuanying mengangkat sebelah alisnya. “Apa ada orang yang mempersulit Wencheng?”
“Tidak, Beliau hanya merindukan Chang’an.”
Bahkan dengan sekelompok pelayan yang mengiringinya, tetap saja kejam bagi seorang anak perempuan yang mulanya hidup bebas untuk harus menyesuaikan diri ke dalam sebuah lingkungan yang benar-benar asing dan menerimanya.
Yuanying mengambil puisi itu dan menatap tulisan tangan yang indah tersebut. Hanya dengan membacanya saja, sudah bisa merasakan kesepian dan kerinduan mendalam dari sang Putri.
Berikutnya, dia membaca surat dari Wencheng. Wencheng tak menyebutkan apa-apa soal rindu rumah namun bercerita bahwa semuanya baik-baik saja. Tak ada seorang pun yang menelantarkan dirinya dan bahwa suaminya memperlakukan dirinya dengan penuh hormat. Tak usah cemas soal keadaannya. Di antara hadiah-hadiah balasan dari Wencheng, beberapa dipersiapkan untuk Gaoyang dan yang lainnya.
Yuanying menghela napas.
Bukanlah hal baik ketika orang tumbuh dewasa, ada begitu banyak hal yang tidak menyenangkan, entah itu perselisihan ataupun perpisahan, pasti masih ada lebih banyak lagi.
Dia menyimpan surat dan puisinya: “Apa kau akan keluar lagi?”
Dai Ting mengangguk.
Li Yuanying berpikir sejenak: “Apa kau sudah menemukan orang yang unik di perjalanan?”
Dai Ting menyebutkan beberapa nama.
“Lain kali, kita bisa menambahkan rutenya. Jika ada karavan yang bersedia pergi bersama-sama, kau bisa memilih seseorang yang lain untuk memimpin mereka. Cukup beritahu mereka apa saja yang kurang di Kekaisaran Tibet, barang-barang apa yang perlu dibawa untuk diperdagangkan dan apa yang bisa dibawa pulang. Kemudian kau bisa memimpin sendiri kelompok lainnya. Seiring dengan kita melakukan lebih banyak perjalanan, kita akan jadi semakin mengenal kondisi geografis dari area itu. Ketika karavan-karavan Dinasti Tang melakukan perjalanan, maka akan jadi seperti melakukan perjalanan di wilayah mereka sendiri dan kabar-kabar dari Kota Luoxie akan lebih cepat sampai pada kita.”
“Tetapi juga, jangan terlalu berani. Berikan saja uang jika kau benar-benar berada dalam bahaya. Mundurlah ketika kau takut. Jangan pelit karena nyawa manusia adalah yang paling penting.”
Dai Ting mengangguk setuju.
Dong Xiaoyi bertanggungjawab menanam tanaman-tanaman obat yang dibawa pulang oleh Dai Ting dan melakukan kerja bagus dalam merawatnya. Dai Ting juga membawa beberapa orang ahli dari Kekaisaran Tibet yang bertanggungjawab dalam mempelajari tanaman-tanaman ini dan sebaik apa pertumbuhannya di Chang’an.
Yuanying berpikir bahwa karena dia sudah memperoleh izin untuk cuti sehari, dia pun tak tergesa-gesa untuk kembali ke Akademi Kekaisaran. Dia mengambil bingkisan-bingkisan itu dan mengirimkannya sesuai dengan daftar bingkisan. Karena bingkisan-bingkisan yang dikirim oleh Li Yuanying jumlahnya banyak, bingkisan-bingkisan balasan yang dipersiapkan Wencheng juga sangat banyak dan kesemuanya merupakan kumala-kumala halus, rempah-rempah, dan kuda-kuda liar.
Sang Kaisar juga menerima bingkisan, dan Yuanying sendiri yang mengantarkannya kepada Beliau. Dia juga bertanya apakah Beliau mau mengunjungi rumah Li Jing untuk melihat yak-yaknya.
Ketika Li Er melihat Li Yuanying berlari datang dengan riang, Beliau pun tak bisa menahan diri untuk bertanya: “Kenapa zhen tidak diberitahu bahwa hari ini Akademi sedang libur?”
“Saya izin tidak masuk. Jika para pejabat bisa ambil cuti, lantas kenapa saya tidak? Kakanda sudah sibuk dalam waktu lama dan pasti sudah lelah. Mari kita memanfaatkan fakta bahwa Wei dan yang lainnya sedang tidak ada di sini untuk mengganggu Anda. Ayo cepat kita pergi melihat yak!”
Baginda Kaisar mendengarkannya dengan penuh konsentrasi.
Li Yuanying melanjutkan upayanya: “Saya dengar dari Dai Ting bahwa yak itu kuat dan galak, dengan bulu yang panjang. Saya tak pernah melihat sapi berbulu panjang. Dai Ting hanya membawa dua ekor pulang ke Chang’an karena dia pikir mereka bisa cukup berbahaya lalu mengirim mereka ke kediaman Li. Li bisa memelihara apa saja, jadi memelihara yak semestinya tak jadi masalah.”
Baginda Kaisar merasa jengkel dan akhirnya setuju untuk pergi.
Begitu Li Er setuju, Li Yuanying langsung mengerahkan segenap daya upaya untuk mengajak anak-anak perempuan. Dia juga meminta Chengqian mengajak Li Xiang.
Ketika melewati Kediaman Pangeran Wei, Li Yuanying lagi-lagi menyarankan: “Ayo kita ajak Bola Bundar Kecil juga!”
Ketika Li Er melihat Kediaman Pangeran Wei dari kejauhan, Beliau jadi memikirkan tentang putra keempatnya dan menjadi agak sendu. Mendengar soal ‘Bola Bundar Kecil’, semua kesedihan Beliau pun lenyap dan memberi lirikan samping pada Li Yuanying.
Tentu saja Li Yuanying tak peduli. Melihat bahwa Baginda Kaisar tidak bilang untuk tidak menjemput anak itu, dia pun menganggapnya sebagai persetujuan dan berlari memasuki Kediaman Pangeran Wei untuk mencari Yan Wangfei demi memohon agar bisa membawa anaknya.
———
Catatan Pengarang:
Pangeran Kecil: Hari ini aku adalah Pangeran Kecil yang ceria lagi!