Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 110
Kediaman Pangeran Wei tetap merupakan Kediaman Pangeran Wei namun Li Tai sudah tak lagi ada di Chang’an. Satu-satunya yang tersisa adalah Yan Wangfei yang mengurus tempat ini. Yan Wangfei kini sedang hamil tua dan tidak repot-repot melakukan banyak hal. Dengan banyaknya pelayan yang mengikuti Pangeran Yan ke wilayah perdikannya, kediaman itu pun ditinggal dalam kondisi kosong dan sunyi.
Ketika Li Yuanying berlari masuk, Bola Bundar Kecil sedang belajar puisi bersama ibunya. Puisi yang dia pelajari adalah <>. Suara Yan Wangfei begitu merdu serta lembut dan dia menyuruh Bola Bundar Kecil mengulang puisi itu mengikutinya. “Kau bisa memetik teratai di Jiang Nan, daun teratai he tian tian.”
Dengan patuh Bola Bundar Kecil mengikuti kata-kata ibunya dan kemudian bertanya: “Apa itu Tian tian?”
“Tian tian berarti lapis demi lapis saling bertumpang tindih. Lihatlah daun-daun teratai itu, beberapa tinggi dan beberapa lebih pendek dan mereka saling bertumpang tindih satu sama lain. Tian tian berarti bertumpang tindih dengan lebat.”
Bola Bundar Kecil menganggukkan kepalanya.
Li Yuanying berlari masuk sangat cepat dan ketika dia berada di kejauhan dia bisa mendengar ibu dan anak itu sedang bercakap-cakap. Orang-orang yang mengikutinya semuanya sudah kehabisan napas dan bergegas memberitahu Yan Wangfei bahwa Pangeran Teng ada di sini.
Yan Wangfei berbalik dan di sana berdirilah Li Yuanying.
Li Yuanying tak tahu apakah sang Wangfei akan bersikap memusuhi atau masih baik-baik saja dengannya. Bagaimanapun juga dia masih menyebutkan pada wanita itu bahwa Baginda Kaisar sedang menunggu di luar dan berniat mengajak Bola Bundar Kecil bersama-sama mengunjungi kediaman Jenderal Li Jing. Yuanying berjanji pada Yan Wangfei: “Aku janji akan membawa dia pulang dengan utuh dan tidak kurang sehelai rambut pun!”
Yan Wangfei bertanya apakah Bola Bundar Kecil apakah dia ingin pergi. Balita itu sudah lama tidak bertemu dengan Manman dan jika dia tidak sedang digendong oleh ibunda, dia pasti akan langsung berlari ke sisi Manman. Mendengar ibunda menanyakan pendapatnya, dengan gembira dia pun mengiyakan.
Dengan riang Li Yuanying membawa pergi Bola Bundar Kecil.
Yan Wangfei meminta orang-orangnya yang mengurus anaknya untuk ikut bersama mereka. Kemudian dia duduk dan menyentuh perutnya. Dengan kepergian Li Tai, kini Kediaman Pangeran Yan jadi benar-benar sepi. Para nyonya yang biasanya datang berkunjung kini tak lagi peduli untuk melakukannya. Namun ada baiknya jika tempat tempat ini sunyi, sekarang dia tak mengharapkan apa-apa selain kedua anaknya tumbuh besar dengan sehat dan damai.
Tepat di luar kediaman, Li Yuanying menggendong Bola Bundar Kecil dan mendapat omelan dari Baginda Kaisar karena menggendong balita itu.
Li Yuanying buru-buru mendorong Bola Bundar Kecil ke dalam pelukan Li Er untuk mendiamkan sang Kaisar. Sekarang usia Bola Bundar Kecil hampir tiga tahun dan dia gemuk seperti bola, benar-benar berat untuk digendong. Li Er adalah orang yang penuh kesombongan dan pasti akan menggendong anak itu dengan stabil. Beliau meletakkan anak itu ke dalam kereta tempat Li Xiang berada.
Li Jing memiliki segala jenis binatang di kediamannya akan berarti bahwa dia tinggal cukup jauh dari kota utama. Ketika para pejabat datang untuk memberitahunya bahwa sang Kaisar berkunjung, dia pun mengurung semua binatangnya dengan baik dan menginstruksikan pada para pelayannya tentang etiket yang benar dalam melayani Kaisar.
Begitu Li Jing tiba di depan gerbang, Li Yuanying maju untuk mengawal setiap kepala lobak kecil turun dari kereta dan kemudian memimpin mereka di depan Kaisar. Karena mereka keluar untuk bersenang-senang, Kaisar tidak mencari-cari kesalahan dalam perilaku Li Yuanying. Beliau menolehkan kepala dan bertanya pada Chengqian, “Apa kau sudah pernah melihat yak?”
Chengqian jarang dapat kesempatan untuk bicara dengan santai kepada Kaisar dan tak tahu bagaimana harus bereaksi. Segera dia memperoleh kembali ketenangannya dan menggelengkan kepala. “Tidak, tak pernah lihat sebelumnya.”
Walaupun dia suka bersenang-senang, dia belum pernah melihat makhluk yang tinggal di padang bergunung-gunung yang dingin itu.
“Zhen juga belum pernah melihatnya. Tapi Pangeran Jiang Xia pernah memberitahu zhen bahwa ketika dia mengantar Wencheng untuk dinikahkan, dia pernah melihat satu yang memiliki kepala besar dan sangat galak serta dagingnya lezat. Ketika mereka tiba, Songtsen Gampo mengumpulkan sekelompok yak untuk pertempuran.”
Ketika mereka sedang mengobrol, Li Jing dan Hong Fu keluar untuk menyambut kelompok itu. Kondisi kaki Li Jing sedang kurang baik dan jalannya pelan-pelan. Melihat sang Kaisar, dia pun menghaturkan hormat.
Li Er meminta mereka untuk santai saja. Merekalah yang memutuskan untuk berkunjung tanpa pemberitahuan lebih awal. Ketika para orang dewasa masuk pelan-pelan, Li Yuanying sudah memimpin kelompoknya untuk melihat yak. Hanya ada dua ekor yak, yang satu memiliki bulu putih dan satunya lagi berbulu hitam. Bulunya tumbuh lebat dan tanduknya begitu megah, persis seperti yang telah dideskripsikan Dai Ting tentang mereka.
Kelompok anak-anak itu mengobrol riuh, berkata bahwa tamu dari pegunungannya benar-benar cantik. Yuanying menunggu Li Jing dan Kaisar lalu bertanya: “Apa kami bisa menungganginya? Mereka punya bulu yang panjang, pasti akan sangat nyaman duduk di atasnya!”
Dahulu Li Jing sudah pernah pergi berperang dengan Kekaisaran Tibet dan memiliki sejumlah pengetahuan tentang yak. “Orang-orang Tubo dan Tibet menernakkan mereka dan jadi tentu saja mereka bisa ditunggangi. Hanya saja dua yak ini baru saja dibeli dan kita belum mengenal temperamen mereka. Untuk saat ini, tak boleh ditunggangi untuk mencegah terjadinya cidera.”
Li Yuanying kecewa.
“Berani sekali, kau itu ingin menunggangi semuanya huh?” (Li Er)
“Saat kuda belum dijinakkan, mereka juga ganas. Begitu sudah dijinakkan, maka kau bisa bisa menungganginya!”
Yuanying mengarahkan percakapan pada Li Jing: “Kapan aku bisa menunggangi mereka? Saat waktu itu tiba, aku akan datang lagi!”
“Mereka mungkin tak mampu bertahan hidup dengan baik di sini.”
Li Jing menjelaskan lebih banyak lagi bahwa ketika binatang-binatang ini dibawa dari kampung halaman mereka, mereka mungkin tak mampu beradaptasi dan dengan cepat akan jadi kurus dan beberapa di antaranya mungkin bahkan akan mati. Lihatlah kedua yak ini, sudah sangat jelas kalau sekarang mereka lebih kurus dan makannya tidak banyak.
Kalau tidak, begitu sudah dijinakkan, yak memiliki ketahanan yang bagus dan kekuatan yang besar. Terlebih lagi, bulu mereka tebal dan bisa dipakai untuk membuat baju musim dingin. Bahkan kotoran mereka berguna sebagai bahan bakar dan beberapa orang bahkan memakainya untuk membangun rumah.
Anak-anak duduk-duduk di samping kandang untuk memandangi kedua yak itu. Mungkin terpengaruh oleh kata-kata Li Jing, mereka jadi mendapati kedua yak itu memiliki semangat yang lemah, seakan kedua binatang itu sedang merindukan kampung halaman mereka di pegunungan.
Padang rumput nan luas, jajaran pegunungan berselimut salju, langit biru, dunia tampak begitu luas.
Yuanying sudah selesai melihat binatang-binatang itu dan berpaling pada Baginda Kaisar: “Bahkan yak-yak ini tahu kalau sulit untuk meninggalkan kampung halaman mereka. Wencheng dan yang lainnya pasti akan lebih sedih lagi karena berada amat jauh dari Chang’an.”
Li Er terdiam sejenak sebelum meminta adiknya itu berbagi kabar tentang Kota Louxie.
Kelompok kepala lobak kecil itu tak pernah meninggalkan Chang’an. Ketika mereka mendengar Li Yuanying hendak bicara tentang Kekaisaran Tibet, mereka semua pun duduk dan mendengarkan dengan penuh minat.
Yuanying merangkum semua kabar yang dia dengar dari Dai Ting, dan memberitahu mereka tentang adat-istiadat di Kekaisaran Tibet serta situasi Wencheng saat ini. Sungguh sulit bagi seorang gadis dengan penghalang bahasa untuk berusaha membaur ke dalam tempat asing. Dalam suratnya Wencheng juga menyebutkan bahwa meskipun ada masa-masa sulit, dia merasa bersemangat ketika dia melihat bunga-bunga mataharinya mekar ke arah matahari. Dia akan memenuhi tanggungjawabnya sebagai seorang putri dari Tang dan memberitahu mereka agar tak perlu mencemaskan dirinya.
Ketika Li Yuanying membacakan puisi yang ditulis oleh Wencheng, baik Sizi maupun Hengshan menangis. Mereka membayangkan diri mereka sendiri harus pergi ke tempat yang amat jauh dan pasti akan sangat merindukan Chang’an! Sizi melemparkan dirinya sendiri ke dalam pelukan Li Er, tercekat dengan isakan: “Ayahanda, mohon kirim orang untuk membawa pulang Kakak Wencheng. Tempat itu terlalu jauh dan tak ada seorang pun yang dia kenal. Kakak Wencheng amat kesepian!”
Li Er memelototi Li Yuanying.
Sizi dan gadis-gadis lainnya ada di sini, kenapa kau tak bisa membicarakan hal-hal yang menyenangkan saja? Kenapa kau membacakan puisi?
Seketika itu juga Li Yuanying menutup mulutnya rapat-rapat.
Li Er tak punya pilihan selain berusaha menghibur putri-putrinya: “Songtsen Gampo masih muda dan mampu, dia adalah menantu yang baik. Wencheng tersayang takkan menjalani kehidupan yang berat saat pindah ke sana.”
Sizi dan Hengshan sama-sama mengangguk dengan agak bingung.
Karena ayahanda berkata demikian, maka mereka akan memercayainya.
Pada perjalanan pulang mereka, Li Yuanying terpikirkan sebuah ide baru. Dia menunggangi kudanya ke samping kuda sang Kaisar.
“Kakanda Kaisar, saya punya ide baru, apa Kakanda bisa mendengarkannya?!”