Like Wind on A Dry Branch - Chapter 65
Wilayah barat ditangani dengan mulus.
Wabah berhasil dihentikan tanpa satu pun kebocoran, dan para pasien tinggal menunggu kesembuhan penuh.
Santa Tania tidak menetap di satu penampungan melainkan berkeliling ke seluruh wilayah barat dan mengobati para pasien yang kondisinya kurang bagus.
Tak ada seorang pun yang mampu mengikuti tingkat aktivitasnya, jadi Beliau pun bekerja sendirian.
Tentu saja Rietta ikut bersama Killian ke seluruh wilayah, secara alami menyesuaikan diri ke tempat kerja, dan mencari hal-hal yang perlu dilakukannya.
Dirinya dibicarakan di antara para pendeta penyuci karena terkadang menemukan iblis-iblis kecil dengan mata dewanya, iblis-iblis yang tak bisa mereka usir, dan dia berkeliling untuk memberkati para pendeta serta pasien. Dia juga memurnikan tempat-tempat penampungan unutk menggantikan para pendeta.
Dan, Rietta menjadi totem pemberkatan suci milik Killian.
“Berkati aku.”
“.…”
Killian duduk di kursi dengan kaki disilangkan dan mata terpancang pada dokumen-dokumen di tangannya ketika dia mengulurkan tangannya yang lain pada Rietta.
Dengan kikuk Rietta menghampiri Killian dan menekankan bibirnya ke dahi Killian. Killian selalu membuat Rietta tetap berada di sisinya, tebal muka meminta berkat.
Pada mulanya, mata para pendeta melebar pada apa yang mereka lakukan, tetapi kini mereka bahkan tidak berkedip saat Rietta mencium dahi Killian.
Ekspresi Rietta menjadi galau. Semua ini adalah pemberkatan yang tak diperlukan karena ada benda suci tergantung di leher Killian, namun sang Duke Agung berkata padanya bahwa pria itu membutuhkan berkat-berkat tersebut.
Rietta tak bisa mengatakan pada Killian bahwa Killian tidak benar-benar membutuhkannya.
Rietta berkeliling untuk memberkati semua orang bahkan tanpa bertanya kepada mereka, tetapi berkata bahwa dia tak bisa memberkati sang Duke Agung, pria yang dia layani? Bukankah itu berarti tidak setia?
Ada banyak pendeta suci, tetapi mereka semua fokus pada menyembuhkan dan menyucikan, jadi Rietta menjadi sukarelawan untuk melakukan pemberkatan dan pemurnian sebanyak yang dia bisa karena hanya itulah yang bisa dia lakukan.
Tentu saja dia berpikir kalau adalah cara untuk membantu meringankan sedikit beban orang lain.
Dan pemberkatan untuk sang Duke Agung tidak seperti pemberkatan biasa, dengan satu tangan di atas kepala atau bahunya….
Rietta selalu menggantungkan kalung itu ke leher Killian ketika mereka meninggalkan kastel, jadi pria itu tidak membutuhkan berkat, namun gejala-gejala Killian untuk meminta berkat menjadi semakin parah seiring dengan berlalunya waktu.
****
Akhir dari wabah perlahan mulai terlihat.
Pemeriksaan, yang dijalankan tiga kali seminggu, selesai kian dan kian cepat.
Killian dan Rietta mendapat lebih banyak waktu untuk fokus pada tugas-tugas mereka di kastel.
Wanita-wanita dari Gedung Timur semuanya sudah kembali sehat dan bebas dari karantina.
Gedung Timur Timur yang hancur ditetapkan tidak berbahaya lagi, dan pembangunan ulangnya pun dimulai.
****
Rietta berpapasan dengan Leonard dan Hasler di antara perpustakaan dan markas kesatria di sisi barat laut Kediaman Axias, membawa setumpukan buku.
“Salam, Tuan-tuan.”
“Salam, Nona Tristi. Izinkan saya membantu Anda.”
“Ah, terima kasih.”
Leonard dan Hasler masing-masing mengambil separuh dari tumpukan buku yang tadinya dibawa-bawa Rietta. Buku-buku itu sudah menumpuk hingga ke dagunya ketika tadi dia membawanya, namun ketika para kesatria mengambilnya, mereka dengan mudah menyelipkannya ke bawah satu lengan.
“Anda hendak menuju ke gedung utama, ya?”
“Ya.”
Rietta berkata, “Sa-saya juga akan bawa sebagian,” dengan sikap minta maaf, dan mengisyaratkan untuk membawa beberapa, namun Leonard menolaknya seraya menyeringai, berkata, “Tolong izinkan kami saja. Kami perlu sedikit melatih lengan kami.”
“Memangnya ini akan cukup untuk latihan?”
Dengan entengnya Hasler menenteng buku-buku di tangannya seperti sedang menenteng nampan, mengangkatnya naik turun.
Saat mereka dalam perjalanan pulang dari Kuil Havitas, Hasler menyamar sebagai kusir, jadi dia juga akrab dengan Rietta.
Mereka melakukannya sedemikian rupa hingga Rietta tak bisa menolak. Sekali lagi dia mengucapkan terima kasih kepada mereka dan menyeka keringat dari alisnya dengan lengan baju.
Kemudian dengan hati-hati dia menambahkan, “Apa saya sudah menghambat kalian saat kalian sedang sibuk? Saya diberitahu kalau upacara pengangkatan kesatria Axias akan digelar di musim gugur….”
Sebagian besar orde kesatria mengadakan ujian masuk bagi para kesatria baru pada bulan Agustus. Demikian halnya juga dengan orde kesatria Axias.
Killian sibuk luar biasa dengan pekerjaan dari wilayah kekuasaannya serta mengurus wabah, jadi dia mendelegasikan sebagian besar pekerjaan yang berhubungan dengan para kesatria baru kepada Leonard dan kesatria-kesatria yang dia percayai.
Para kesatria baru yang akan diangkat sebagian besarnya sudah dipilih, dan sekarang yang tersisa hanyalah upacara pengangkatan dan upacara inisiasi.
Hasler menjawab pertanyaan Rietta. “Tidak apa-apa. Semuanya sudah hampir selesai. Kami hanya perlu melakukan latihan terakhir, jadi saat ini wakil kapten tidak terlalu sibuk.”
Mata Rietta melebar sedikit, terkejut. “Wakil kapten?”
Hasler mengedikkan pelan kepalanya ke arah Leonard. Leonard tertawa agak kikuk.
Rietta tampak kelabakan. ‘Wa-Wakil Kapten Orde Kesatria. Saya sudah sangat lancang….”
“Lancang?”
“Sa-saya sudah membuat kesalahan dengan gelar Anda….”
Leonard terkekeh ramah.
“Anda tak membuat kesalahan. Anda bisa panggil saya Leonard saja, atau Tuan Kesatria, seperti biasanya.”
Orde Kesatria Axias adalah orde baru yang baru didirikan sepuluh tahun yang lalu.
Pada mulanya, hal ini dimulai ketika sang Duke Agung Axias diekori oleh para kesatria dan prajurit yang melayaninya, separuh bertentangan dengan keinginannya, dan separuh sesuai dengan keinginannya.
Dan seiring dengan Axias yang semakin besar pada suatu titik tertentu dengan semakin bertambahnya jumlah pengikutnya, Killian didorong oleh erangan dan keluhan penuh canda orang-orangnya agar mulai secara tidak resmi mengangkat mereka yang dia percaya dan punya keahlian.
Demikianlah cara Killian mengekspresikan kepercayaannya.
Terkadang, Killian mengatakan kepada orang-orang yang telah melakukan tindakan-tindakan menonjol atau akan bergabung dalam tugas penting agar memberitahunya apakah mereka menginginkan sesuatu sebagai hadiah.
Sesuai dengan kata-katanya, banyak dari mereka yang menunjuk diri mereka sendiri sebagai para kesatria dari Duke Agung Axias.
Orang-orang yang adalah para prajurit, pencuri, atau bahkan tak tahu bagaimana cara menggunakan pedang entah bagaimana telah menjadi para kesatrianya.
Jumlah orang-orang yang bersumpah setia sebagai kesatria kepada Killian bertumbuh dengan cara seperti itu, dan kebutuhan akan sebuah orde kesatria pun muncul pada suatu titik, dan entah bagaimana para kesatria Killian pun menjadi satu orde kesatria.
Bahkan meski orde ini dibuat dengan tak beraturan, Axias yang tandus penuh dengan para prajurit bayaran yang bisa segera bergabung hanya demi uang.
Tak ada gunanya bergaya angkuh. Dalam hal kekuatan, mereka berada pada tingkatan yang berbeda.
Tidak seperti wilayah-wilayah lain di mana pria-pria dari keturunan bangsawan menjadi squire sungguhan lalu menjadi kesatria, di Axias, mereka menerima para anak yatim piatu dari biara, menjadikan mereka calon kesatria, dan mengakui mereka sebagai kesatria hanya ketika kemampuan mereka sudah terbukti.
Tidak banyak kesatria Axias yang berasal dari kalangan bangsawan, dan sebagian besar dari orang-orang yang mengikuti Killian adalah para pemburu hewan buas atau bergabung selama perang melawan kaum barbar, sehingga mereka memiliki budaya horizontal yang unik.
Pada akhirnya, mereka semua memberikan penghormatan kepada satu orang.
Rietta tidak terbiasa dengan budaya itu, dan memikirkan kembali pada wakil kapten kesatria waktu dirinya berada di Sevitas, di mana budayanya begitu otoritatif dan hirarkis sehingga dia bahkan takkan berani menatap mata sang wakil kapten, dia pun menjadi takut-takut bahkan tanpa menyadarinya.
Kapten dari para kesatria menendang tanpa ragu atau menampar wajah para kesatria kalau mereka membuat kesalahan sekecil apa pun atau bahkan jika menunjukkan sikap tidak hormat, bahkan meski para kesatria itu adalah kaum bangsawan.
Secara otomatis tubuh Rietta mengerut.
“Saya juga akan segera bergabung dengan orde….”
Kali ini giliran mata Hasler dan Leonard yang melebar.
“Anda akan bergabung dengan orde?”
Rietta menangkupkan tangan ke mulutnya. Dia sudah kelepasan.
Kukira mereka pasti sudah tahu. Tapi ternyata tidak. Mereka tak tahu kalau Yang Mulia telah menawarkan tempat kepadaku. Apa aku barusan sudah mengoceh dengan sembarangan?
Tentu saja, mereka sudah tahu tentang rahasia Gedung Timur, tetapi bahkan meski mereka akan bekerja bersama begitu masa tenggat Rietta berakhir, saat ini, penawaran sang Duke Agung baru antara dirinya dan Rietta saja.
Rietta begitu gugup, mencemaskan tentang apakah dirinya sudah membuat kesalahan besar, tetapi segera kedua kesatria tersenyum lebar dan menenangkan kecemasannya.
“Jadi, Anda akan bergabung ke dalam Gedung Timur? Selamat datang! Karena kami belum tahu, berarti Anda sedang dalam masa tenggat, kan? Apa Anda sudah membuat keputusan?”
Barulah Rietta merasa sedikit tenang dan mengangguk perlahan.
Leonard bersiul girang, dan Hasler mengepalkan tangannya, mengguncangkannya satu atau dua kali ke bawah dan bersorak.
Rietta merona dan menundukkan kepalanya.
Dia berpikir kalau untung saja kedua pria ini teramat gembira dan penuh penyambutan, dia pun merasa sangat berterima kasih.
Jalan melandai menuju lapangan latihan terlihat begitu mereka berbelok ke sudut markas para kesatria.
Rietta mengikuti arah pandangan kedua pria itu, dan dirinya juga berhenti.
Para calon kesatria muda sedang berkumpul di lapangan latihan yang luas di sebelah markas mereka, berbaris, dan mengikuti kesatria yang berdiri di depan mereka ketika mereka memberi salam membentuk formasi dengan pedang mereka.
Ini adalah latihan dari upacara pengangkatan.
Mereka berpakaian santai, tetapi postur tubuh mereka yang tegak dan sikap yang kaku membuat para kesatria muda itu tampak mengesankan dan disiplin.
Kesatria yang meraung pada mereka adalah kesatria yang pernah Rietta lihat satu kali di aula perjamuan, penyedot makanan.
Sejujurnya saja, dia tampak seperti orang yang berbeda.
Para kesatria muda meyelesaikan salam militer mereka dengan ketepatan luar biasa, dan masing-masing dari mereka melangkah maju untuk dilantik, berlutut dengan kedua lengan berada di depan dada.
Ini adalah suatu pemandangan yang cukup mengesankan.
Seluruh staf yang bekerja di kastel sepertinya sudah keluar untuk menonton pertunjukan itu karena jumlah orang yang telah berkumpul lumayan banyak.
Rietta menatap terbengong-bengong dan mengamatinya.
“Apa Anda mau menontonnya?”
“Supaya Anda tahu saja, kami sedang senggang, dan kami juga ingin menonton.”
Leonard dan Hasler menawarkan seraya tersenyum.
Rietta tertawa sejenak dan mengangguk.
“Berlakulah dengan penuh keberanian, kejujuran, dan keadilan. Kulantik kalian sebagai kesatriaku.”
“Keadilanmu adalah keadilanku. Kehormatanmu adalah kehormatanku. Nyawamu adalah nyawaku. Aku adalah pedangmu, sepenuhnya. Aku bersumpah setia kepadamu.”
Kesatria terakhir memberi penghormatan dan berdiri.
Orang-orang yang setia kepada Duke Agung Axias. Apakah karena mereka melayani orang yang baik, makanya mereka semua adalah orang yang baik?
Rietta merenungkan kata ‘setia’ yang tadi terlintas.
Dan tanpa sadar dia mengusap cincin yang menggantung dari rantai di lehernya, membayangkan wajah pria yang telah berjasa kepadanya, pria yang kepadanya dia telah berhutang budi.
Cahaya mentari musim panas nan terik menyinari rambut, zirah, dan pedang para kesatria yang berkilauan.
Dengan hati-hati Rietta mendongak melewati puncak kepala mereka, menatap pada kediaman Axias.
Mentari tengah hari yang menyilaukan menyirami kastel yang tegak dan penuh martabat, kastel yang telah bertahan melewati masa-masa penuh kesukaran. Kastel yang begitu kokoh, menjulang, dan indah.
Angin yang berhembus dalam sorotan mentari nan panas bermain dengan rambut Rietta dan mengacaknya.
Rietta menyibak rambut yang mengenai wajahnya dan kembali menatap ke depan.
Cahaya matahari yang benderang mengubah jalan batu kelabu menuju kastel menjadi keperakan.
****
Rietta membawa laporan yang telah diminta Killian untuk dituliskannya dalam waktu sepuluh hari.
Killian mengulurkan tangannya dan mengambil tumpukan kertas yang Rietta berikan kepadanya.
Dia cepat. Padahal dia tak mungkin punya terlalu banyak waktu karena mereka telah mengelilingi wilayah barat bersama-sama.
Laporan itu cukup tebal jika dibandingkan dengan apa yang Killian minta.
merupakan cara pembuatan coba-coba tipikal yang muncul ketika antusiasme dan kegugupan melanda.
Mengoceh tak beraturan tentang ini dan itu.
Killian mulai memeriksa cepat supaya bisa segera memberitahu Rietta apa yang perlu wanita itu perbaiki atau tambahkan tepat di depan yang bersangkutan.
Dengan sikap sopan Rietta menautkan kedua tangannya di depan tubuh dan menunggu, tampak gugup.
Tanpa suara Killian mulai membalikkan halaman demi halaman.
Srek. Srek. Srek.
Hm. Ini….
Pada suatu titik tertentu, tangan Killian mulai melambat.
Srek. Srek. Srek.
Tangan Killian membeku di tengah jalan, lalu dia kembali ke halaman pertama untuk melihat daftar isinya.
Perlahan ekspresi Killian berubah ketika dengan hati-hati dia membaca daftar isinya, tidak seperti sebelumnya.
Lalu dengan wajah kaku dia kembali ke bagian yang dibacanya tadi.
Dengan cepat Killian membaca hingga ke bagian akhir laporan.
“… Bukankah kau bilang kau belum pernah menulis laporan?”
“Ya, Tuan…. Kalau Anda memberitahu saya apa yang telah saya lewatkan, lain kali, saya akan….”
Killian mengangkat kepalanya dan menyela. “Ini.”
Dan dia mengguncang laporan buatan Rietta.
“Ini tak kelihatan seperti hasil kerja dari seseorang yang belum pernah melakukannya.”
Killian tampak tercengang ketika dia membalikkan halaman dan menunjuk pada diagram dan formula di dalam laporan itu.
“Dan apa ini? Apa kau juga telah mempelajari matematika?”
Dalam rangkuman dari laporan yang teratur dan tertata rapi itu, sebuah diagram yang menandai biaya-biaya untuk setiap situasi, apakah mereka membeli barang-barang yang dibutuhkan untuk pemakaman dari pasar, atau membuatnya di rumah, apakah mereka memilih untuk menggantikan beberapa di antaranya dengan benda-benda lain, atau apakah mereka memutuskan untuk menyisihkan sesuatu, tergambar pada halaman itu.
Rietta telah menjumlahkan berbagai pilihan yang tak bisa dia jelaskan dalam laporannya.
Biaya-biaya untuk pemakaman berubah menurut kayu jenis apa yang mereka pilih, siapa yang mereka upah untuk membuatnya, seorang tukang kayu atau seniman, pakaian apa yang mereka putuskan untuk dikenakan mendiang, dengan kain kafan, atau baju yang mendiang kenakan ketika masih hidup, dan apakah mereka meminta seorang ahli agar mendandani jenazah untuk penguburan atau mereka hanya melakukannya sendiri.
Perbedaan-perbedaannya lebih mencolok daripada yang telah Killian kira, jadi diagram ini tak bisa dibilang tidak berguna. Tetap saja, kalau harus jujur, sungguh gila kalau sampai memperhitungkan biaya-biayanya dengan mengatur hal-hal yang dibutuhkan hingga yang terkecil, sedemikian rupa hingga Killian bisa merasakan kegigihan Rietta dalam memasukkan semuanya, tak peduli apa jenis pemakaman yang diputuskan.
Bahkan rumus untuk menghitung secara mudah biaya-biaya pemakaman sesuai dengan yang ada dalam diagram sudah ditulis di bawahnya.
Killian membaca lagi daftar isinya dan hampir merasa kalau hal ini sungguh konyol.
Standar perhitungan untuk biaya pemakaman. Jenis-jenis pemakaman dan semua pengeluaran untuk semua jenis fasilitas.
Terutama ketika biaya khusus ditagihkan atas kematian yang disebabkan oleh wabah.
Biaya-biaya dalam mempersiapkan jenazah dan untuk pemakaman, serta biaya dalam menggunakan fasilitas pemakaman dan menerima pelayat.
Ketika ada kaum bangsawan biasa di antara para sepupu, atau di antara para sepupu tingkat tiga.
Kecenderungan atas pengeluaran dalam hal ukuran pemakaman dan barang-barang yang dibutuhkan menyesuaikan dengan kekayaan keluarga mendiang, serta jumlah pelayat.
Pemakaman-pemakaman unik sesuai dengan budaya wilayah. Perkiraan distribusi populasi rata-rata warga sesuai dengan budaya di Axias.
Sebagai pemanisnya adalah bahwa Rietta telah menambahkan tanda bintang, memberitahukan bahwa data populasinya berasal dari data dua tahun yang lalu dan mungkin sudah berubah.
Killian dibuat benar-benar melongo. Dia melihat bolak-balik antara laporan itu dan Rietta.
Dia tahu cara melakukan hal semacam ini?
Laporan ini begitu luas sampai berlebihan, namun pada akhirnya, ini merupakan sumber yang sempurna untuk melihat sebanyak apa biaya yang dibutuhkan untuk pemakaman menurut tingkat ekonomi masing-masing penduduk dan apa yang akan jadi paling efektif jika mereka memutuskan untuk berusaha meminimalisir biaya.
Kualitas dari laporan ini jelas jauh lebih tinggi daripada laporan-laporan yang Killian tunjukkan pada Rietta sebagai acuan.
Tampak jelas kalau Rietta pernah mempelajari sesuatu yang berbeda, alih-alih sekedar punya bakat alami dalam menulis laporan.
“Apa kau pernah mempelajari hal yang lain selain teologi atau demonologi?”
Dengan hati-hati Rietta menjawab, “Saya dulu pernah membantu pembukuan…. Saat saya masih tinggal di biara.”
Dan dia sedikit menundukkan kepalanya lalu menambahkan, “Dan saya mengadakan upacara pemakaman sendiri tahun lalu….”
Mulut Killian mengatup rapat pada kata-kata terakhir Rietta.
Killian sudah memberengut pada Rietta selama beberapa saat, namun dia lalu berkata dengan sedikit lebih lembut, tapi masih bernada tidak setuju, “Apa kau sempat tidur saat mengerjakan ini?”
“Tentu saja, Tuan.”
Dengan curiga Killian mengamati rona wajah Rietta. Wajah wanita itu tampak agak lelah, atau mungkin tidak. Biasanya Rietta memang tidak terlalu tampak bersemangat, jadi Killian tidak yakin.
Sejenak Killian mengamatinya.
“… Kerja bagus.” Itulah semua yang Killian katakan, lalu dia mulai membuka-buka laporan yang diberikan Rietta.
“Lain kali, tak perlu melakukannya sampai sejauh ini…. Sampai di sini bagian ini saja. Sampai di sini saja sudah cukup.”
Dan dengan hati-hati Killian mengambil beberapa laporan dari tumpukan laporan di atas mejanya lalu memberikannya pada Rietta.
“… Laporan-laporan ini. Apa kau mau membacanya dan merangkumnya? Termasuk apakah kau meyakini bahwa laporan-laporan ini punya kredibilitas atau tidak dan jaga jangan lebih dari lima halaman.”