God's Left Hand [Bahasa Indonesia] - Chapter 32
Pemain-pemain yang bergabung dengan klub Solo pun menyaksikan pertandingan tersebut dengan serius. Ketika dia duduk, seorang pria, yang duduk di sebelah kursi Solo, tiba-tiba menoleh dan tersenyum ramah padanya.
Ai Qing bertanya pada pria itu dengan suara rendah, “Apa aku melewatkan sesuatu?”
“All Si Sombong.”kata pria itu dengan nada bercanda dan membuat gerakan menembak, “Dia menembak, menembus enam dinding, dan membunuh lawannya.”
Ai Qing tidak bisa menahan senyumnya, “Aku bersumpah, itu terjadi karena 80% keberuntungannya.”
“Keberuntungan untuk menembus enam dinding?” Dia menghembuskan napas, “Selama dua detik terakhir, Tuhan pasti berdiri di belakangnya.”
Tuhan pasti berdiri di belakangnya.
Ai Qing selalu merasa kata-kata itu terdengar sangat akrab. Setelah dia mengingatnya sejenak, itu adalah kalimat favorit yang sering diucapkan klub Solo setiap kali mereka diwawancarai. Dia tidak banyak tahu tentang klub Solo. Dia hanya bertemu dengannya di dekat klubnya, ketika dia perlu berbicara dengannya, dan terkadang, dia akan bertemu dengan beberapa pemain terbaik di turnamen lain.
Sebagai klub terkuat di Tiongkok, SP merekrut banyak pemain terbaik dan menjadi legenda di lingkaran e-sports. Karena itu disebut legenda, ada banyak rumor tentang klub itu dan sulit untuk mendapatkan kebenarannya.
Para pemain terbaik SP akan menerima undangan dari berbagai turnamen besar di seluruh dunia setiap tahunnya. WCG adalah salah satunya.
Para pemain terbaik SP akan menggunakan ID alternatif mereka untuk bermain di tiga platform terbesar, yakni Battle.net, VS, dan CGA. Sehingga, siapa pun mempunyai kesempatan untuk bermain melawan pemain terbaik yang bersembunyi di balik layar.
“Menjelahi Misteri SP”, “Rahasia SP”, “Berbicara Tentang Hubungan Asmara SP”… Selama kalian mencantumkan judul-judul itu di postingan kalian, itu akan menjadi postingan terpanas di forum profesional.
“Aku Bao Na.” Pria yang berpenampilan biasa itu tiba-tiba memperkenalkan diri, “Aku adalah manajer klub SP Regional Tiongkok.”
Ai Qing terlihat terkejut dan tertawa, “Aku selalu berpikir bahwa ‘Bao Na’ adalah seorang wanita.”
“Itu normal.” Bao Na tertawa dan berkata dengan ramah, “Semua orang juga mengatakan itu.”
“Selain itu, kau adalah orang langka yang menggunakan nama Tionghoa sejauh yang aku tahu.”
“Terkadang, aku mendapatkan nama yang memalukan, setelah mereka menerjemahkannya dari bahasa Mandarin. Misalnya, aku sering dipanggil ‘bayi’.” Bao Na menunjuk ke arah Ai Qing, “Sebelumnya, kau sering disebut ‘anjing kecil'”
Ai Qing tertawa, “Mengapa kau menggunakan nama ini?”
“Ketika aku mulai bermain e-sports, aku selalu berteriak ‘bao ne, bao ne’ [1]. Sehingga, orang-orang mulai memanggilku seperti itu. Setelah menggunakannya untuk waktu yang lama, aku menjadi terbiasa.”
Ai Qing sangat terkejut, “Kau juga pemain CS?”
Hanya mereka yang bermain CS yang memahami darimana asal kata “bao” [2] dalam julukannya… kalian tidak akan pernah menyangka bahwa manajer klub terbaik Tiongkok ini mengawali kariernya sebagai pemain CS.
“Jangan khawatir. Kau tidak akan mengingatku, bahkan, jika kau ingin menguras otakmu. Aku mulai bermain pada tahun 2001 dan pensiun pada tahun 2003.” Bao Na berkata dengan lugas, “Saat itu, CS di Tiongkok tidak terlalu kuat. Karena itu, aku memilih untuk membantu di belakang layar. Timmu belum muncul sampai satu tahun kemudian..”
“Jadi, ketika kau mempunyai modal untuk mendirikan klub SP, hal pertama yang terlintas dalam benakmu adalah Solo?”
Tidak heran, jika Solo adalah pemain pertama yang menandatangani kontrak dengan SP Tiongkok.
“Sebenarnya, aku ingin merekrut kalian semua, terutama kau, Solo, dan Gun.”
***
Catatan:
[1] Bao Ne (包 呢), yang secara harfiah berarti “Di mana tasnya?”
[2] Bao dalam kalimat aslinya merupakan singkatan dari 炸药 包 (zhao yao bao) yang secara harfiah berarti “dinamit atau tas peledak”. Jika kalian bermain CS, kalian seharusnya tahu bahwa dia berbicara tentang bom yang harus ditanam oleh salah satu tim dan tim lain harus berusaha untuk menjinakkannya. Sehingga, pada saat itu, dia berteriak, “Di mana bomnya?” sepanjang waktu.