God's Left Hand [Bahasa Indonesia] - Chapter 31
“Tim Solo adalah ‘sepuluh hal yang tak terbayangkan’ dalam lingkaran CS Tiongkok. Dua pemain terbaiknya, Solo dan Gun, menempati peringkat sepuluh besar selama dua tahun berturut-turut. Tentu saja, ada juga Gou Gou, ahli quick scope [1] dan no scope…” Komentator pria itu tidak berhenti berbicara, setelah video itu selesai diputar. Dipengaruhi oleh kemeriahan para penonton, dia mulai menceritakan prestasi gemilang tim nomor satu Tiongkok tahun itu, “Pemain paling stabil kedua, pemain terbaik keempat yang mendapat first blood [2] dalam game, pemain terbaik kedua pada kontrol peta, pemain terbaik keempat pada pertandingan khusus pistol, dan dinominasikan sebanyak tiga kali pada kategoti MVP [3].”
“Dan, semua ini adalah peringkat dunia.” Komentator wanita itu menambahkannya sambil tersenyum.
Sorak-sorai yang nyaring itu seperti membawa kehangatan ke lingkaran CS yang tengah berada dalam kondisi beku.
Game e-sports nomor satu, Warcraft, mempunyai lebih dari 30.000 pemain profesional maupun semi profesional.
Sedangkan untuk CS, hanya ada segelintir pemain yang masih bisa bertahan hidup dengan gaji mereka. Di setiap turnamen besar CS, kebanyakan dari mereka adalah para veteran yang mengandalkan kecintaan mereka untuk bertahan pada game tersebut.
Karena semua orang percaya bahwa tidak peduli seberapa lama musim dingin ini berlangsung, akan ada hari di mana salju akan mencair.
Pembukaan semacam ini berhasil mengangkat antusiasme para penonton.
Kemudian, kedelapan tim teratas muncul di layar lebar. Babak pertama pada turnamen final resmi dimulai.
Beberapa orang duduk di sebelah Solo. Setelah perkenalan singkat, Ai Qing menyadari bahwa mereka adalah orang-orang yang telah bergabung dengan klub Solo saat ini. Di antara hiruk-pikuk baku tembak yang sengit, dia melihat arlojinya dan berkata, “Aku akan bersiap-siap dulu.”
Ai Qing mengangguk dan melihat Solo yang memasuki area pertandingan.
Seperti biasanya, pria itu mengenakan kemeja polo lengan pendek berwarna putih, jeans, dan jam tangan tua.
Itu adalah jam tangan yang diberikan Ai Qing, setelah dia menerima hadiah dari suatu turnamen.
Ai Qing tiba-tiba merasa bahwa suara tembakan itu sangat berisik, dia mengambil lencana VIP Solo dan berjalan menuju lobi. Dia berdiri di depan mesin penjual otomatis dan memikirkan dengan serius apakah dia akan membeli teh hijau atau teh hitam.
Di belakangnya, seseorang tiba-tiba memasukkan uang kertas 5 yuan dan memilih minuman untuknya.
Dt memberinya sekaleng es teh hitam.
Ai Qing mengucapkan terima kasih, kemudian dia memasukkan sedotan dan menyesapnya.
Tidak banyak orang yang berada di lobi karena persaingan yang sangat intens tengah berlangsung di dalam. Hanya ada beberapa anggota staf yang tidak ada hubungannya dengan pertandingan itu yang mengobrol di lobi. Ai Qing meneguk setengah kaleng es tehnya dalam satu napas, “Menurutmu, siapa di antara mereka berdua yang akan memenangkan pertandingan?”
Dt berpikir sejenak, “Seharusnya Solo.”
Ai Qing menatapnya dengan tidak percaya, “Jika Grunt mendengar jawabanmu ini, dia akan berhenti menjadi temanmu.”
“Aku selalu menjawab seperti itu.”kata Dt, “Masih ada jarak di antara Grunt dan Solo.”
Ai Qing mengigit sedotannya dan mau tidak mau menyetujui perkataan Dt, “Aku juga berpikir begitu. Aku tidak bisa mengatakan alasannya, tapi itu hanya firasatku saja. Jika orang itu adalah kau dan Solo… mungkin akan ada keraguan.”
“Sebelumnya, aku kalah dari Solo.” Dia memberitahunya dengan serius.
“Aku tahu.” Ai Qing menatapnya dengan misterius, “Aku tahu game apa yang kalian mainkan saat itu. Aku bahkan mengingat skor kalian.” Setelah dia selesai berbicara, dia menatap pria itu dalam-dalam.
Sayangnya, Dt tidak menunjukkan ekspresi terkejut, “Maksudmu, game di Battle.net itu?”
Gadis itu menjawab dengan “Hm”. Ketika dia hendak menggodanya, Dt tidak mempunyai sedikit pun rasa humor di dalam dirinya…
Tidak ada yang bisa dia lakukan lagi, selain mendengar suara baku tembak yang kacau dari dalam stadion. Dia melihat sekeliling, kemudian kembali menatap Dt, dan menyadari bahwa pria itu masih menatapnya, seolah-olah dia sedang menunggunya untuk melanjutkan percakapan.
Mata mereka bertemu selama beberapa detik dan itu mengingatkannya pada masa lalu.
Ingatan tentang mereka yang saling memandang dengan canggung di tengah suara ombak di Singapura… Dt melihat wajah Ai Qing yang mulai memerah dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi, “Wajahmu memerah. Apa kau kepanasan?”
“Sepertinya.” Dia bergumam dengan samat sambil menggigit sedotan dan menunjuk ke dalam stadion, “Aku akan masuk duluan.”
***
Catatan:
[1] Quick Scope (QS) merupakan istilah yang sangat populer di kalangan pemain game FPS, terutama bagi para pemegang senapan runduk. QS terjadi ketika seorang pemain membidik lawannya dengan mengunakan alat bantu yang ada pada senjata (scope), namun di saat yang hampir bersamaan langsung melepaskan tembakan. Dalam praktiknya, tidak semua pemain bisa mengeksekusi QS dengan sempurna. Penggunaan QS secara asal-asalan justru menjadi bumerang bagi para penggunanya karena hanya menghabiskan stok amunisi. Hal ini disebabkan karena pemakaian teknik QS harus mampu membayangkan posisi crosshair (titik tembak atau titik bidik berwarna hijau), meski tidak terlihat di layar.
[2] First Blood (darah pertama) merupakan istilah yang merepresentasikan pada keberhasilan seorang pemain menjadi pemain pertama yang berhasil membunuh musuh dalam suatu permainan yang sedang berlangsung.
[3] MVP (Most Valuable Player) adalah sebuah sebutan kehormatan yang biasanya ditunjukan kepada pemain yang mempunyai performa terbaik dalam suatu liga, baik dalam pertandingan atau pada tim spesifik.