Fortunate To Meet You - Chapter 18
Setelah Liang Zheng pulang, dia merasa sedih untuk beberapa hari.
Meski di depan orang tuanya dia terlihat tersenyum, tapi karena itu adalah anaknya sendiri, sebagai orang tua mana mungkin tidak bisa melihatnya.
Malam itu, Liang Zheng sedang di dapur. Dia duduk di bangku untuk membantu ibunya memilih sayuran. Liang mama bertanya sambil memotong sayuran, “Apa terjadi sesuatu padamu di kampus? Kenapa kepulangan kali ini tidak terlihat senang?”
Liang Zheng sedikit terkejut, dia mengangkat kepalanya dan berkata dengan sungguh-sungguh, “Aku tidak merasa tidak senang.”
Liang Mama menoleh padanya sekilas, “Apa kamu masih ingin menyembunyikan perasaan itu dariku? Biasanya kamu selalu tersenyum bahagia. Kepulangan kali ini, sering kali kamu melamun. Apa kamu kira aku dan papamu tidak bisa melihatnya?”
Liang Zheng menjawab, “Aku bukannya tidak senang.”Dia berdiri sambil mengambil piring yang penuh dengan sayuran yang bagus, mencucinya di tempat cuci piring sambil berkata, “mungkin karena terlalu panas hingga tidak mau banyak beraktivitas.”
Liang Mama menatapnya dengan curiga, tidak terlalu percaya.
“Sungguh.” Liang Zheng menatap ibunya dan berkata serius, “aku benar-benar bukannya tidak senang. Setiap aku begitu bahagia. Hanya terkadang rasanya panas dan tidak ingin bicara.”
Liang Mama melihat putrinya berbicara begitu serius, tidak lagi meragukannya. Beberapa hari ini memang lumayan panas.
“Beberapa hari ini mungkin masih akan panas. Nanti setelah kuliahmu dimulai, baru agak sedikit sejuk.”
“Benar.”
Setelah mengatakan ini, Liang Mama tidak bisa menahan napas, “Dalam sekejap, kamu sudah mau mahasiswa tingkat dua. Waktu berlalu dengan begitu cepat.”
Liang Zheng mengangguk, “Benar sekali.”
Waktu memang berlalu dengan begitu cepat. Terutama saat musim panas, selesai begitu saja dalam sekejap mata.
Malam itu, Qin Song dan Yang Sheng bermain di arena biliar dekat SMA mereka.
Qin Song pergi ke bar untuk mengambil dua kaleng bir dan berkata, “Liburan musim panas masih belum melakukan apa-apa, dia sudah mau mulai kuliah lagi.”
Yang Sheng membungkukkan tubuh dan bermain biliar di sana pun menjawab, “Aku malah tidak sabar ingin kembali kuliah. Sudah dua bulan aku tidak bertemu kekasih tercintaku.”
Qin Song tertawa dan menyindir, “Otakmu yang penuh dengan cinta itu apa masih bisa diajak bicara.”
Dia berjalan ke sofa dan menyerahkan sekaleng bir untuk Zhou Xu.
Zhou Xu menerimanya, “Terima kasih.”
Qin Song menatapnya dan kemudian duduk di sampingnya. Dia agak penasaran dan tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Ada apa denganmu belakangan ini? Kelihatannya tidak fokus terus? Sedang memikirkan apa?”
Zhou Xu menunduk dan menarik cincin penarik kaleng bir. Dia tidak menjawab dan mendongak untuk menyesap dua teguk.
Qin Song bertanya, “Semenjak ulang tahunmu itu, kamu sudah agak aneh. Kamu baik-baik saja?”
Zhou Xu akhirnya melirik ke arahnya, “Matamu yang mana yang melihatku ada masalah?”
Qin Song, “…”
Qin Song tidak bisa mengungkapkannya. Meski dia tahu Zhou Xu biasanya juga dingin seperti ini dan mereka juga sudah biasa, tapi rasanya ada sesuatu yang aneh akhir-akhir ini.
Terlihat jelas Zhou Xu punya masalah hati.
Tapi Zhou Xu selalu seperti ini. Hal yang tidak ingin dia katakan, orang di sampingnya juga tidak bisa menebak apa yang dia pikirkan.
Qin Song hanya diam dan mendongakkan kepala untuk minum bir.
“Kalian masih lebih enak, perkuliahan baru dimulai bulan Oktober. Kami sudah mau sebulan.”
Zhou Xu tidak menjawabnya. Setelah beberapa saat, dia teringat sesuatu dan bertanya, “Hari ini tanggal berapa?”
“Tanggal 27, beberapa hari lagi perkuliahan akan segera dimulai.”
……
Perkuliahan Liang Zheng dimulai tanggal 3 September, dia dan teman sekamarnya telah sepakat untuk kembali ke kampus pada tanggal 1 September. Mereka berencana untuk makan malam bersama terlebih dulu.
Kali ini, ketika kembali ke kampus, dia tidak memberi tahu Bibi Zhou. Dia naik MRT dari bandara dan langsung kembali ke kampus.
Sesampainya dia, tiga teman lainnya belum sampai. Dia membersihkan asrama terlebih dulu dan merapikan tempat tidur.
Meski sekarang Bulan September, tapi cuaca masih sangat panas.
Begitu selesai bersih-bersih, rambutnya basah kuyup.
Dia membawa pakaian dan pergi ke kamar mandi untuk keramas dan mandi. Ketika dia keluar, Feng Qian melompat dari belakang pintu dan mengagetkannya, Liang Zheng kaget setengah mati.
Semua gadis di asrama telah sampai, semuanya tertawa senang.
Liang Zheng tersenyum tak berdaya dan berkata, “Kalian benar-benar pintar memilih waktu pulang. Setelah aku bersih-bersih, baru kalian pulang.”
Feng Qian mengangkat tangannya dan berkata, “Aku berinisiatif untuk membersihkan asrama selama seminggu!”
Liang Zheng tersenyum dan membungkuk untuk mengambil sampah yang belum dibuang ke bawah, “Baiklah, tolong kamu buang sampah ini terlebih dulu.”
“Baik!” Feng Qian mengangkut sampah itu keluar dan membuangnya. Beberapa gadis lainnya mulai membereskan tempat tidur dan lemari mereka.
Selesai Liang Zheng mengeringkan rambutnya, dia melihat waktu baru jam 12:30. Dia duduk bersila di bangku sambil mengambil ponselnya untuk memesan pesan antar.
Zhong Zhong masih merapikan tempat tidur di seberangnya, begitu mendengar makanan, matanya langsung berbinar-binar, “Pesan yang tumis-tumis! Aku ingin makan daging sapi rebus! Yang biasa kita makan itu.”
“Baiklah.” Liang Zheng memesan sambil berkata, “Cepat, ingin makan apa? Katakan nama hidangannya.”
Matahari bersinar terik di luar, beberapa gadis itu tinggal di kamar asrama ber-AC untuk makan siang. Berencana menunggu langit gelap baru makan malam di luar.
Semua orang mengobrol sejenak. Lewat tengah hari, semua mulai mengantuk dan satu per satu naik ke tempat tidur untuk tidur siang.
Hari pertama kembali ke kampus, semua orang sangat lelah dengan pesawat dan kereta api cepat. Mereka tidur sampai hampir jam 6 sore baru bangun.
Xiaoyu berbaring di tempat tidur dan menyentuh perutnya sambil berkata, “Aku lapar sekali, ayo bangun dan pergi makan.”
Liang Zheng terbangun sebentar dan melihat ke luar balkon, “Sepertinya matahari sudah terbenam.”
“Bangunlah, beres-beres sebentar dan sampai sana pas waktunya.”
Beberapa gadis itu bangun dan membersihkan diri, naik MRT untuk pergi ke tempat makan.
Saat itu, sudah hampir jam 7 malam, tepat jam makan malam. Di restoran itu sudah ada banyak orang.
Untungnya, lokasi itu sudah dipesan sebelumnya. Pelayan segera membawa mereka berempat ke lobi.
Tempat duduk yang diberikan oleh restoran cukup lumayan. Meski ada di sudut, tapi tenang dan juga menghadap ke jendela. Di luar jendela ada angin bertiup ke dalam, cukup sejuk.
Ketika Yang Sheng keluar dari kamar mandi dan hendak kembali ke ruangan VIP, kebetulan dia melewati meja Liang Zheng dan teman-temannya.
Begitu melihat Liang Zheng, dia terkejut, “Liang Zheng?!”
Liang Zheng awalnya sedang melihat Weibo dengan Xiaoyu, tiba-tiba merasa ada orang yang memanggil namanya. Dia tanpa sadar mendongak dan melihat Yang Sheng berdiri di depannya.
“Ternyata memang kamu! Kapan kamu pulang?” Yang Sheng cukup akrab, Liang Zheng pun tersenyum sopan, “Aku pulang hari ini.”
“Oh, oh!” Yang Sheng berkata dan seakan teringat sesuatu, dia berkata lagi, “Zhou Xu ada di dalam. Mau tidak kita satu meja saja? Kami juga belum mulai makan.”
Liang Zheng buru-buru berkata, “Tidak usah, kalian makan sendiri saja. Tidak usah pedulikan kami.”
“Ah? Begitu ya.” Yang Sheng sedikit malu saat keempat gadis itu menatapnya, dia menggaruk kepalanya, “Baiklah, aku ke sana dulu. Kalian nikmati makanannya.”
Liang Zheng tersenyum menanggapi.
Yang Sheng kembali ke ruangan VIP dan langsung berteriak begitu buka pintu, “Kalian tebak siapa yang aku temui tadi!”
Qin Song bersandar di kursi dan menertawakannya, “Ayahmu?”
“Pergi!” Yang Sheng kembali duduk dan menatap Zhou Xu di seberangnya, “Liang Zheng, aku bertemu Liang Zheng.”
Zhou Xu awalnya sedang bersandar di kursinya dan menundukkan mata untuk melihat ponselnya.
Begitu mendengar ini, bulu matanya sedikit bergerak dan mengangkat matanya untuk melihat ke arah Yang Sheng.
Yang Sheng berkata, “Sepertinya dia baru pulang hari ini, sedang makan dengan teman-teman asramanya. Aku pikir kita bertiga begini, ingin ajak mereka untuk makan bersama kita. Tapi dia tidak mau kemari.”
Zhou Xu mendengarkan dengan tenang, tidak ada gejolak di mata itu dan dia kembali menundukkan kepala untuk melihat ponsel.
“Mungkin tidak enak hati.” Qin Song berkata, “lagi pula, dia tidak terlalu akrab dengan kita.”
Yang Sheng berkata, “Tapi dia dan A Xu kan cukup akrab.”
Qin Song mencemooh, “Mana akrab. Apa kamu pernah liat Tuan Muda Zhou kita ini peduli padanya?”
Setelah mendengar ini, Zhou Xu tanpa terasa mengerutkan keningnya.
Makan malam dihabiskan selama hampir satu jam. Ketika mereka keluar dari ruangan VIP, kebetulan bertemu dengan Liang Zheng dan teman-temannya juga sudah selesai makan dan bersiap untuk pergi.
Yang Sheng menyapa dengan antusias, “Sudah selesai makan?”
Liang Zheng tersenyum dan mengangguk.
“Ayo pergi bersama.” Yang Sheng mendekat dengan ramah dan sekelompok orang itu keluar bersama.
Liang Zheng dan Zhou Xu berjalan di paling belakang. Keduanya diam dan tidak ada yang bicara.
Setelah beberapa saat dan sudah hampir sampai di luar, Zhou Xu tiba-tiba bertanya dengan suara rendah, “Kapan pulang?”
Liang Zheng sedikit terkejut dan menjawab, “Pagi tadi.”
Sambil bicara, mereka sudah berjalan sampai luar.
Liang Zheng mendengar Qianqian dan Xiaoyu berkata di depan kalau mereka akan pergi nonton bioskop, dia juga ikut. Mereka berdiskusi untuk nonton film jam 8:30, Feng Qian mengeluarkan ponselnya untuk membeli tiket. Sambil membeli tiket dia berkata, “Kita pulang naik taksi saja dulu. Nanti saat ke sana waktunya pas.”
“Baik, baik. Ayo pergi.” Zhong Zhong dan Xiaoyu pergi untuk mencegat taksi di depan.
Qin Song berkata, “Kalian mau kembali ke kampus? A Xu bawa mobil, kita pergi bersama saja.”
Liang Zheng seketika menolak, “Tidak usah, kami naik taksi saja.”
Saat berbicara, Xiaoyu sudah mendapatkan taksi dan melambai padanya dari pinggir jalan, “Zhengzheng, Qianqian, ayo.”
“Kami datang!” Feng Qian menyahutnya.
Liang Zheng berpikir sejenak dan menatap Zhou Xu tanpa sadar, berkata dengan sopan, “Kami pergi dulu.”
Setelah selesai bicara, dia berbalik dan berjalan ke pinggir jalan bersama dengan Feng Qian.
Taksi melaju dengan cepat.
Yang Sheng dan Qin Song juga kembali ke kampus, Zhou Xu mengendarai mobilnya pulang ke rumah.
Dalam perjalanan pulang, benaknya penuh dengan nada bicara sopan Liang Zheng saat tadi bicara dengannya.
Tanpa bisa dijelaskan, dia merasa jengkel. Seperti ada sesuatu yang menyangkut dalam hatinya, membuat dadanya terasa sesak.
Ketika tiba di rumah, Zhou Yuzhi dan suaminya sedang menonton TV di ruang tamu.
Melihat Zhou Xu masuk, dia bertanya, “Kamu sudah makan?”
Suasana hati Zhou Xu sedang tidak terlalu baik, dia mengiyakan dan berganti sandal untuk masuk ke dalam rumah.
“Ngomong-ngomong, Qin Song dan yang lainnya sudah mulai masuk kuliah, kan? Entah Zhengzheng tanggal berapa baru mulai.” Begitu dia mengatakannya, dia langsung teringat dan mengambil ponselnya di atas meja untuk menelepon Liang Zheng.
Zhou Xu tidak mengatakan apa-apa, juga tidak mengatakan kalau malam ini mereka bertemu Liang Zheng. Dia langsung pergi ke dapur dan mengeluarkan sekaleng bir dari lemari es.
Ketika keluar, Zhou Yuzhi sedang berbicara dengan Liang Zheng di telepon, “Sudah sampai? Kamu ini, bukankah sudah kubilang agar memberitahuku terlebih dulu sebelum pulang ke Beijing dan aku akan menjemputmu? Kapan kamu sampai hari ini? Sudah makan belum?”
Zhou Yuzhi dan Liang Zheng berbincang beberapa saat sebelum ponsel dimatikan. Dia menghela napas, “Zhengzheng ini, kembali ke Beijing juga tidak memberitahuku. Aku tidak pergi menjemputnya.”
Zhou Papa berkata, “Akhir pekan nanti ajak Zhengzheng untuk makan malam bersama, A Xu juga masih di sini.”
“Boleh juga.” Zhou Yuzhi menjawabnya dan menoleh kepada Zhou Xu yang sedang berjalan ke atas, “A Xu, nanti akhir pekan kamu pergi jemput Zhengzheng kemari.”
Zhou Xu mengiyakan dan naik ke lantai atas.
Banyak yang harus dilakukan saat perkuliahan dimulai, untung sekarang Liang Zheng dan teman-temannya sudah mahasiswa tingkat dua, mereka juga sudah termasuk senior. Tidak seperti mahasiswa baru yang masih bingung dan tidak tahu apa-apa.
Kelas di tahun kedua ini jauh lebih banyak daripada tahun pertama, studi Liang Zheng menjadi sangat menegangkan. Setiap hari, selain pergi kelas, dia hanya berkeliaran di asrama atau di perpustakaan.
Pada Sabtu pagi, Bibi Zhou meneleponnya dan memintanya untuk makan malam di rumah.
Liang Zheng saat itu masih di tempat tidur. Dia tertegun dan terduduk di tempat tidurnya, “Bibi, aku tidak ke sana. Semester ini ada banyak sekali kelas, aku sibuk sekali.”
“Ah? Baru mulai kuliah sudah begitu sibuk?” Kediaman Zhou memang agak jauh dari kampus Liang Zheng, di jalan pasti akan membuang-buang waktu juga. Kalau memang sibuk, tidak baik juga meminta gadis itu untuk bolak-balik. Zhou Yuzhi tidak enak untuk membujuknya lagi dan berkata, “Baiklah, kalau begitu minggu depan saja. Minggu depan aku telepon kamu lagi.”
“……” Liang Zheng tidak tahu harus berkata apa, dia berkata dengan tulus, “Bibi, Bibi dan paman harus jaga diri baik-baik.”
Zhou Yuzhi tersenyum penuh syukur, “Iya, kamu juga. Jaga dirimu baik-baik di kampus.”
“Baik.”
Zhou Yuzhi mengobrol beberapa saat dengan Liang Zheng. Setelah menutup telepon, dia pergi ke pantry dan berkata pada Zhou Xu yang sedang menyeduh kopi, “Zhengzheng sepertinya sangat sibuk dengan kuliahnya. Dia tidak makan di sini lagi, tidak usah pergi menjemputnya.”
Gerakan Zhou Xu saat mengaduk kopi jadi agak terhenti. Dia menundukkan kepalanya cukup lama sebelum mengiyakan dengan sangat pelan.
Dari September hingga Oktober, Liang Zheng tidak pernah sekali pun pergi ke Kediaman Zhou lagi semenjak kembali ke Beijing.
Bibi Zhou hampir setiap minggu meneleponnya dan menyuruhkan main ke rumah, dia menolak dengan alasan sibuk.
Liang Zheng sudah begitu lama tidak datang, Zhou Yuzhi merasa tidak terbiasa. Dia selalu merasa di rumahnya kekurangan satu orang.
Tapi karena gadis itu tidak bersedia datang, dia tidak bisa memaksanya.
Malam itu, saat Keluarga Zhou sedang makan sekeluarga bertiga, Zhou Yuzhi bertanya dengan aneh pada Zhou Xu, “A Xu, kamu belum kembali ke kampus? Perkuliahanmu akan segera dimulai dalam dua atau tiga hari lagi, kamu tidak kembali ke sana lebih awal untuk mempersiapkannya?”
Zhou Xu menundukkan kepalanya dan mengiyakan.
Zhou Yuzhi tertawa, “Ada apa denganmu tahun ini? Kenapa tinggal begitu lama dan tidak pergi. Tidak rela meninggalkan aku dan ayahmu?”
Zhou Xu tidak menjawab. Setelah dia makan, dia bangkit berdiri dan berkata, “Aku naik dulu untuk mengemasi barang-barang, kalian makan saja pelan-pelan.”
Setelah selesai bicara, dia berjalan pergi.
Zhou Xu sendiri saja tidak tahu kenapa dia mau tetap tinggal begitu lama di sini.
Apa yang sedang dia tunggu?
Zhou Xu membeli tiket pesawat untuk lusa. Keesokan harinya, dia mengajak Qin Song dan lainnya untuk makan bersama.
Tempat makannya sangat dekat dengan kampus Qin Song. Sepanjang malam Zhou Xu terus tidak fokus, bersandar pada kursinya dan menatap ke luar jendela dengan mata dinginnya.
“Kami kira kamus udah akan pergi akhir September. Kenapa tahun ini perginya begitu lambat?” Qin Song menuangkan teh untuk Zhou Xu. Karena merasa bosan, dia pun bertanya.
Zhou Xu masih melihat ke luar jendela, tidak menjawab.
Dia melihat Liang Zheng, gadis itu membawa bukunya dan berlari keluar dari kampusnya.
Semenjak gadis itu kembali ke Beijing dan mereka bertemu di restoran, sampai hari ini, dia sudah satu bulan tidak melihat gadis itu.
Gadis itu tampak melewatinya dengan baik. Entah apa yang membuatnya senang, di wajahnya tersungging senyum yang lebar.
Rambut panjangnya tertiup angin ke belakang, roknya juga tertiup oleh angin.
Liang Zheng berlari keluar gerbang kampus dan berlari ke seberang jalan arah sini.
Zhou Xu menatapnya dan tanpa sadar melamun.
Sampai Zhou Xu tidak bisa lagi melihat gadis itu.
Ada dorongan tak terkendali dalam hatinya. Tiba-tiba dia bangkit berdiri, mengambil ponselnya dan berjalan keluar.
Qin Song dan Yang Sheng tertegun, mendongak secara bersamaan, “Mau ke mana?”
“Pergi dulu.” Zhou Xu melontarkan kalimat ini dan langsung berjalan keluar.
Liang Zheng keluar untuk mengambil kue ulang tahun.
Tadi dia belajar di perpustakaan, pemilik toko kue meneleponnya dan mengatakan kalau kue sudah bisa diambil.
Barulah ini dia bergegas untuk berlari keluar.
Liang Zheng membuka pintu tirai dan bertanya dengan gembira, “Bos, aku kemari untuk mengambil kue ulang tahun.”
“Hei, tunggu sebentar. Aku ambilkan untukmu.” Bos pemilik berkata sambil mengambilkan kue yang sudah jatuh untuk Liang Zheng, bertanya padanya, “mau berapa banyak lilin? Berapa banyak piring kue?”
Liang Zheng membelikan kue ulang tahun ini untuk Li Xi. Dia berpikir sejenak, di asramanya ada 4 orang, Li Xi dan teman asramanya ada 4 orang, setidaknya butuh delapan 8 piring kue, kan? Tapi kalau ada orang lain, 8 saja tidak cukup.
Dia tersenyum manis dan berdiskusi dengan bos pemilik, “Bos, berikan aku dua bungkus lagi. Orangnya cukup banyak, terima kasih.”
Bos itu juga mudah untuk diajak berdiskusi, selain itu Liang Zheng juga berbicara dengan sangat sopan. Dia tersenyum dan berkata, “Baik, baik. Berikan kamu dua bungkus lagi. Kamu mau berapa banyak lilinnya?”
Liang Zheng berkata, “19 tahun.”
“Aku berikan kamu satu yang besar dan sembilan yang kecil saja.”
“Oke. Terima kasih, Bos!”
Liang Zheng mengambil kue itu, membayarnya dan berjalan keluar dengan gembira.
Baru saja dia keluar, dia bertemu dengan Li Xi yang datang mencarinya.
Li Xi sangat membesar-besarkan, “Astaga, kamu benar-benar membelikan aku kue?”
Liang Zheng berkata, “Omong kosong, mana ada orang ulang tahun yang tidak mau kue ulang tahun.”
Li Xi sangat senang, mengambil alih kue itu, “Ayo, ayo. Kita pergi makan. Hanya menunggumu seorang.”
Keduanya mengobrol sambil tertawa dan berjalan pergi berdampingan.
Zhou Xu berdiri di belakang mereka, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Dia menatap punggung Liang Zheng dan Li Xi untuk beberapa saat. Sampai kedua orang itu semakin jauh, dia berbalik dan berjalan ke seberang jalan.
……
Zhou Xu membeli tiket pesawat untuk keesokan paginya, dia tiba di bandara pagi-pagi sekali.
Sambil menunggu waktu penerbangan, dia duduk di area lounge bandara.
Dia duduk di sofa dan matanya gelap dan dalam. Dia menatap tempat parkir pesawat di luar jendela, tidak terlihat apa yang dia pikirkan.
Setelah beberapa saat, mamanya menelepon kemari dan bertanya kapan dia naik ke atas pesawat.
“Setengah jam lagi.” jawabnya.
Zhou Yuzhi mengingatkan dia, “Baiklah, setelah sampai kamu telepon aku. Perhatikan keselamatan.”
“Hmm.”
Setelah ucapan singkat itu, dia menutup telepon.
Zhou Xu menundukkan kepalanya dan menatap layar ponsel. Pikirannya penuh dengan wajah Liang Zheng, jari-jarinya tidak bisa dia kendalikan dan meluncur ke aplikasi WeChat dan membukanya.
Dia membuka gambar profil WeChat Liang Zheng, tanpa sadar pergi melihat Moments-nya.
Foto teratas adalah makan malam ulang tahun sekelompok orang itu tadi malam.
Zhou Xu tidak ingin melihatnya. Dia melihat ke bawah dan tidak melihat banyak, jarinya seketika berhenti.
Sebuah kalimat ditampilkan di bagian bawah antarmuka WeChat: Bukan teman hanya dapat ditampilkan hingga sepuluh foto.
Jari-jari Zhou Xu berhenti di sana, terdiam untuk waktu yang lama. Sampai layar ponselnya otomatis menjadi gelap, barulah dia menolehkan kepalanya dan melihat ke luar jendela.
Mata itu sangat hitam pekat, seolah-olah ada berbagai macam gejolak emosi yang tersembunyi di dalamnya. Tapi ditahan olehnya hingga tidak ada yang bisa terlihat.