Eternally Yearning For You / Lost You Forever / 長相思 - Chapter 8
- Home
- Eternally Yearning For You / Lost You Forever / 長相思
- Chapter 8 - Selarut Ini, Kenapa Kau Belum Juga Kembali
Setelah melepaskan serangga gu dari Xuan, Xiaoliu telah menghilangkan juga sebuah kecemasan dan tidur begitu nyenyak selama tiga hari.
Setelah dia punya waktu untuk memikirkannya, dia menyadari bahwa dia lupa menanyakan pada Xiang Liu apakah orang yang berusaha membunuh Xuan adalah tunangan Jing. Kenapa gadis itu mau membantu Xiang Liu membunuh Xuan? Apakah ada hubungan antara Keluarga Fangfeng dan pasukan perlawanan Shen Nong? Atau apakah kali ini Xiang Liu yang membantu Fangfeng Yiyang? Bukankah Xiang Liu bilang bahwa dirinya adalah pembunuh bayaran pada masa senggangnya?
Xiaoliu berpikir dan berpikir dan tak mampu makan ataupun tidur. Tetapi setelah beberapa hari, dia berhasil menyadarinya. Xuan sudah pergi, jadi tidak penting apakah Fangfeng Yiyang ingin membunuhnya. Pembalasan dendam dan konflik dari keluarga-keluarga besar itu bukan sesuatu yang ingin dimengerti oleh Xiaoliu. Semua yang dia perlu diketahuinya adalah bahwa bukan Jing yang ingin membunuh Xuan.
Xiaoliu mengesampingkan semuanya dan kembali menjalani hidup bermalas-malasannya.
Saat ini adalah pertengahan musim panas dan Xiaoliu sedang berbaring di atas dipan sambil mengipasi dirinya sendiri dan bermandikan keringat. Jing masuk lewat pintu belakang dan menemukan Xiaoliu sedang mengipasi dirinya di bawah emperan sambil menggumam, “Panas sekali! Panas sekali!”
Jing menghampiri dan menggantungkan sebuah lonceng angin kristal es berwarna biru di bawah emperan dan dalam sekejap angin sejuk menghembus turun dari atas dan menyingkirkan hawa panasnya. Xiaoliu menatap lonceng angin itu dan menimbang-nimbang apakah harus menerimanya. Dia sudah meminta dua, tidak menerima yang ketiga sepertinya agak munafik. Tetapi dua yang pertama dimaksudkan untuk menyelamatkan nyawa Xuan dan Xiaoliu merasa bahwa hal itu penting dan bukan untuk urusan pribadi. Sementara yang ini adalah untuk dirinya sendiri dan membuat dia merasa seakan sedang mengambil sesuatu.
Jing duduk di samping dipan dan menatap perubahan-perubahan pada ekspresi wajah Xiaoliu. Xiaoliu tiba-tiba duduk dan berteriak marah, “Ini adalah Kota Qing Shui, bukan Qing Qiu! Kenapa kau belum pergi juga?”
Jing menatap Xiaoliu. “Kau ada di sini, aku takkan pergi.”
Xiaoliu begitu marah sampai-sampai dia melemparkan kipasnya pada Jing. “Bukankah kau bilang kalau kau akan patuh padaku. Kalau begitu pergi! PErgilah sejauh mungkin dan berhenti mengganggu hidupku. Kau adalah Tushan Jing, bukan Ye Shiqi!”
Jing merundukkan matanya dan mengerutkan bibirnya rapat-rapat. Xiaoliu sangat mengenal pemandangan ini dan tak sampai hati untuk bersikap lebih kejam lagi. Dia mengalihkan kepalanya dan tak mau menatap pria itu.
Beberapa saat kemudian, suara Jing terdengar, “Kau telah membersihkan luka-lukaku dengan perlahan. Kau telah mencuci rambutku dengan seksama. Kau telah menyuapiku obat dan makanan dengan sabar. Kau telah memandikan tubuhku dengan lembut. Kau takut kalau aku kesakitan jadi kau bicara denganku. Kau takut aku merasa malu jadi kau mengatakan lelucon kepadaku. Kau takut kalau aku akan menyerah jadi kau menggambarkan pemandangan-pemandangan indah untukku. Kau takut kalau aku kesepian jadi kau menceritakan kisah-kisah menarik kepadaku. Kau bukan hanya menyembuhkan tubuhku, kau telah menyelamatkan jiwaku. Kau takkan pernah bisa membayangkan betapa aku berharap kalau aku adalah Ye Shiqi. Tapi aku tak punya pilihan selain menjadi Tushan Jing. Karena ini, aku membenci diriku sendiri lebih daripada dirimu. Aku tahu kalau kau membenci Tushan Jing, jadi aku mengendalikan diriku sendiri dupaya tak mengunjungimu. Tapi, aku takut untuk pergi. Kau telah memberi Ma Zi sebuah keluarga, kau menemukan Xian Tian’er untuk Chuan Zi, kau telah mengatur semuanya untuk Lao Mu. Kau sudah siap untuk meninggalkan semuanya dan melanjutkan berkelana. Aku takut kalau aku berbalik bahkan sedetik pun, aku takkan pernah bisa menemukanmu lagi.”
Ini adalah kali pertama Jing bicara begitu banyak dan atmosfernya begitu serius. Tanpa suara dia menatap Xiaoliu tetapi Xiaoliu tak pernah berbalik. Jing akhirnya bangkit dan pergi dalam diam.
Xiaoliu tiba-tiba roboh di atas dipan dan menatap lonceng angin tersebut. Shiqi melihat melaluinya , bahwa Xiaoliu berencana untuk pergi. Seseorang berjalan masuk ke halaman dan Xiaoliu menutupi matanya lalu berkata jengkel, “Aku sedang istirahat, jangan ganggu aku!”
Orang itu tak bicara dan hanya duduk di atas dipan, begitu diam sehingga bila bukan karena tubuhnya tak memiliki aroma tanaman obat, Xiaoliu nyaris berpikir bahwa orang itu adalah Jing yang tadi telah pergi dan kembali.
Xiaoliu memindahkan tangannya dan memicing, kemudian matanya membelalak lebar. Dia Xuan!
Xiaoliu terbata-bata, “Kau… apa yang kau lakukan di sini? Aku sudah melepaskan serangganya. Kau seharusnya bisa merasakannya. Kalau kau tak percaya, aku akan menusuk diriku sendiri saat ini juga.” Xiaoliu melihat ke sekeliling demi mencari sesuatu untuk menusuk dirinya sendiri, tetapi Xuan menghentikannya dengan seulas senyum.
“Aku tahu kalau serangganya sudah dilepaskan. Aku kemari untuk alasan lain.”
“Alasan lain.”
Guruku ingin menemuimu.”
Jantung Xiaoliu berdegup kencang dan tubuhnya melemah, namun dia memaksa dirinya untuk tersenyum. “Kenapa tuanmu ingin bertemu denganku? Dan siapa bilang bila dia ingin bertemu denganku, maka aku akan pergi menemuinya.”
Xuan berdiri. “Nama asliku adalah Zhuanxu. Xuan Yuan Zhuanxu. Aku adalah cucu tertua dari Huang Di dari Kerajaan Xuan Yuan. Guruku adalah Jun Di dari Kerajaan Gao Xing.”
Xiaoliu tak tahu bagaimana harus bereaksi, jadi dia pura-pura ketakutan. “Sungguh orang yang sangat agung! Aku dari Kota Qing Shui dan bukan warga baik dari Kerajaan Xuan Yuan ataupun Gao Xing.”
Xuan berkata, “Saat aku sedang menyembuhkan diri di Lembah Yang, Guruku datang untuk menjumpaiku. Kukatakan kepadanya tentang dirimu dan untuk beberapa alasan dia sangat tertarik dan memintaku mengatakan padanya setiap rincian mengenai interaksiku denganmu. Setelah dia mendengar semua itu, dia minta bertemu denganmu. Secara khusus dia memerintahkanku untuk datang menjemputmu ke Kerajaan Gao Xing untuk menemuinya.”
Xiaoliu langsung berkata, “Aku tak mau!”
Xuan mendesah. “Ini adalah panggilan resmi Kerajaan, kau tak bisa menolak. Xiaoliu, jangan menyulitkanku, aku tak mau melukaimu.”
Xiaoliu langsung mengubah taktik dan tersenyum, “baiklah, aku akan pergi denganmu ke Gao Xing, tapi kau harus memberiku setengah hari untuk berkemas dan berpamitan.” Xuan sudah tahu sifat Xiaoliu yang licik dan licin, dan dia juga tahu bahwa ada banyak orang di Kota Qing Shui yang sudah tahu identitas aslinya, jadi Xuan juga tak bisa tinggal lama.
Xiaoliu memohon, “Aku telah menyelamatkanmu dua kali. Kau adalah seorang Pangeran Xuan Yuan, bagaimana kau bisa memperlakukan seorang penyelamat dengan cara seperti ini?”
Xuan terlalu cerdas untuk itu dan tertawa, “Kali pertama kau menyelamatkanku, terjadi setelah kau berkomplot dengan Xiang Liu untuk mengepungku. Aku membiarkannya saja berarti aku telah melepaskanmu saat itu. Kalau kau tak menanamkan serangga gu pada diriku, maka kali kedua takkan pernah terjadi dan kau takkan perlu menyelamatkanku. Ah Nian adalah Putri dari Gao Xing, dan kau telah menghina serta mempermalukan dirinya berkali-kali. Kau tahu kalau dia amat sangat ingin membunuhmu dan akulah yang telah menahannya. Kali ini pergi ke Gao Xing, kalau kau jatuh ke tangannya dan dia berusaha membunuhmu, apa kau tak mau aku melindungimu? Siapa yang menjadi penyelamat siapa tidak jelas di sini.”
Xiaoliu berseikeras, “Kalau sejak awal aku tak pergi ke Gao Xing, maka aku takkan takkan membutuhkan perlindunganmu.”
Xuan berkata, “Ada dua jam lagi hingga matahari terbenam dan aku memberimu waktu hingga saat itu untuk mengemasi barangmu dan berpamitan. Kita akan pergi sebelum hari gelap, dan kalau kau coba-coba melakukan sesuatu….” Xuan melambaikan tangannya dan seluruh dipan pun hancur menjadi serpihan dan Xiaoliu terjatuh ke lantai.
Kali terakhir ketika Xuan berada di Kota Qing Shui, dia selalu berusaha memakai sisi Xuan-nya untuk memecahkan masalah. Kali ini dia berada di sini sebagai Zhuanxu, dan dia adalah seorang Pangeran Xuan Yuan. Xiaoliu menatap Zhuanxu saat pria itu berdiri di sana dengan tangan di belakang punggungnya, sebuah otoritas tak tergoyahkan tampak di matanya. Xiaoliu tiba-tiba merasakan suatu rasa nyaman. Baguslah kalau Zhuanxu seperti ini – sesekali hangat dan menarik, tetapi kemudian mampu berubah sepenuhnya dan menjadi dingin serta kejam. Hanya dengan demikianlah dia bisa bertahan dalam posisi rawan yang ditempatinya.
Xiaoliu berdiri dan pergi menuju kamarnya untuk berkemas, namun benaknya bekerja keras. Tak mungkin dia menemui Jun Di. Dia bisa menipu Zhuanxu, namun mustahil baginya untuk membodohi Jun Di. Tetapi bagaimana caranya kabur saat Zhuanxu datang secara khusus untuk menjemputnya dan membawa begitu banyak orang. Ditambah lagi, pria itu berada di bawah perintah Gao Xing dan bisa langsung memanggil pasukan Gao Xing di luar kota. Dan kalau diperlukan, dia bisa memakai identitasnya sebagai Pangeran Xuan Yuan dan memakai pasukan Xuan Yuan terdekat juga.
Meski Xiaoliu bisa mengubah wajah dan sosoknya, tetapi kini dia berada di bawah pengawasan seorang Dewa dan bila tak ada siapapun yang mampu menutupi dirinya untuk mengalihkan perhatian mereka, maka bahkan bila dia mengubah bentuk, dia tak bisa kabur.
Xiaoliu memutuskan bahwa dia tak bisa kabur hanya dengan kemampuannya sendiri, dia butuh bantuan. Saat ini dia sungguh merindukan Xiang Liu. Hanya Xiang Liu yang bisa begitu tak memedulikan otoritas Xuan Yuan dan Gao Xing, ditambah lagi dia bisa bersembunyi di markas pasukan Shen Nong untuk kabur dari Zhuanxu. Tetapi setelah perjalanan mereka ke Gao Xing, Xiaoliu belum melihat Xiang Liu lagi dan tak ada waktu untuk memanggil pria itu untuk munta bantuan.
Satu-satunya jalan yang tersisa adalah Tushan Jing. Bisnis Klan Tushan melingkupi rimba raya, termasuk menjual pada pasukan perlawanan Shen Nong. Mereka semestinya punya jalan-jalan rahasia untuk memindahkan barang-barang masuk dan keluar kota. Tetapi saat ini Jun Di dari Gao Xing dan Pangeran Xuan Yuan sama-sama menginginkan dirinya. Bila Tushan Jing membantunya, maka dia akan menajdi musuh dari seluruh dunia. Akankah Tushan Jing bersedia menjadi musuh bagi baik Xuan Yuan dan Gao Xing hanya demi seorang Wen Xiaoliu kecil?
Begitu pemikiran ini muncul di kepalanya, Xiaoliu tiba-tiba malah lebih ingin tahu tentang pilihan Jing ketimbang keinginannya untuk kabur dari Kota Qing Shui. Xiaoliu menatap lonceng angin dari kristal es itu dan tersenyum dingin. Apapun yang akan dipilih oleh Jing, begitu Xiaoliu bertanya maka dia akan tahu.
Xiaoliu berjalan keluar dan melihat Tian’er sedang menghapalkan ramuan tanaman obat. Dia berkata pada wanita itu, “Aku akan meninggalkan Klinik Hui Chun dalam tanganmu. Kalau Lao Mu sedih, katakan padanya bahwa orang datang dan pergi dan bisa menempuh perjalanan sejauh ini, sudahlah cukup.”
Air mata merebak di mata Tian’er dan dia berlutut tanpa suara kepada Xiaoliu.
“Berbaktilah kepada Lao Mu, kau adalah seorang gadis yang cerdas, jadi sesekali abaikan saja kepicikan Chuntao. Hidup itu tak bisa diperkirakan dan Ma Zi serta Chuntao hanya bisa mengandalkan dirimu dan Chuan Zi, dan kau serta Chuan Zi hanya bisa mengandalkan Ma ZI dan Chuntao.”
Xiaoliu berbalik dan berjalan keluar dengan cepat. Meninggalkan Klinik Hui Chun, entah apakah dia bisa kabur dari kota dengan sukses, dirinya takkan pernah bisa kembali kemari lagi. Persahabatan hampir selama tiga puluh tahun telah berakhir. Mungkin lain kali jalan mereka akan bersimpangan adalah berada di depan makam Ma Zi dan Chuan Zi.
Xiaoliu menyusuri jalan dan menyalami semua tetangga. Dalam dua puluh tahun lebih terakhir ini, dia adalah orang yang cukup disukai dan semua orang tersenyum balik kepadanya. Seseorang memanggil “Kak Liu, ada pie daging panas yang baru keluar dari panggangan, makanlah satu!” Lainnya lagi memanggil, “Kak Liu, terima kasih untuk obat pereda sakit kepala yang sebelumnya.” Xiaoliu balas tersenyum dan merespon masing-masing orang satu-persatu.
Bahkan bila dia melangkah di jalan yang sama ini sepuluh tahun kemudian, bahkan bila tempatnya tak berubah, tak seorang pun yang akan menyalaminya pada saat itu.
Xiaoliu tiba di kediaman Jing dan masuk lewat pintu belakang dan langsung memberitahukan kepada para penjaga siapa dirinya. Seorang penjaga datang untuk memanggil Jing Ye yang datang dengan marah-marah dengan tatapan ‘kau lagi!’.
Xiaoliu menyeringai. “Maaf mengganggumu, aku di sini untuk menemui tuan mudamu.” Jing Ye memutar matanya dan berbalik untuk pergi dan Xiaoliu mengikuti. Rasanya persis seperti tahun lalu, dengan bunga-bunga mekar di mana-mana dan banyak lonceng kristal es menggantung di sepanjang koridor untuk menyejukkan udara.
Jing Ye membawa Xiaoliu ke ruang belajar dan di dalamnya duduklah Jing di belakang meja sambil mendengarkan dua orang pembantu menyampaikan laporan. Xiaoliu mundur dan menikmati bebungaan sementara percakap di dalam berakhir. Jing Ye masuk ke dalam untuk mengumumkan kedatangan Xiaoliu dan Jing pun keluar lalu bertanya, “Ada apa?”
Xiaoliu tersenyum hambar karena Jing tahu bahwa dia takkan berada di sini bila tak ada sesuatu yang dia inginkan. Xiaoliu berbalik, “Pangeran dari Xuan Yuan, Zhuanxu, sedang menungguku di Klinik Hui Chun untuk membawaku menemui Jun Di dari Kerajaan Gao Xing.”
Jing berkata lamat-lamat, “Aku akan menemanimu ke Gao Xing. Jun Di adalah seorang penguasa bijak, dia takkan ingin mencelakaimu.”
“Tidak penting bagiku apakah dia seorang penguasa bijak atau tidak. Aku tak mau bertemu dengannya!”
Jing bertanya, “Kau ingin kabur?”
Xiaoliu tersenyum, “Ya aku ingin kabur.”
Jing menjawab “Akan sangat sulit.”
Xiaoliu mengangguk dengan lebih banyak senyum, “Memang sangat sulit, kalau tidak sulit aku takkan berada di sini bersamamu. Klan Tushan pastinya punya jalan-jalan rahasia untuk keluar dari kota. Kau bantulah aku melarikan diri.”
“Baik!”
Senyum Xiaoliu membeku dan dia menatap Jing. “Begitu kabur, maka itu artinya melawan sebuah Panggilan Resmi Kerajaan dari Jun Di. Zhuanxu akan mengirim orang untuk melacak kita, dan bila kita terus melawan maka dia takkan ragu membunuh. Jalan di depan akan berbahaya, dan bahkan bila kita berahsil kabur, kau akan menjadi musuh bagi Kerajaan Gao Xing sekaligus Xuan Yuan.”
Jing meraih tangan Xiaoliu dan menariknya ke ruang belajar lalu berkata pada Jing Ye, “Siapkan pakaian, aku akan membawa Xiaoliu dan meninggalkan Kota Qing Shui.”
Jing Ye pasti sudah mendengar apa yang mereka katakan dan memelotot marah pada Xiaoliu namun menahan diri. “Tuan, Anda tak perlu membahayakan diri, saya akan menyuruh dua orang untuk menemani Tuan Liu keluar dari kota. Saya akan mempertaruhkan nyawa saya untuk melindungi dia.”
Jing berkata lembut, “Siapkan pakaian untuk kami.”
Jing Ye tahu bahwa Jing telah membuat keputusan, jadi dia tak berani bicara lagi dan pergi untuk menyiapkan pakaian.
Jing Ye membawakan dua set pakaian dan keduanya pun berganti baju dengan itu dan menata rambut mereka sehingga mereka terlihat seperti kurir yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Jing Ye mengeluarkan sebuah kotak dan di dalamnya terdapat dua buah boneka. Boneka-boneka itu tak terbuat dari kayu dan alih-alih berbulu seperi ekor binatang. Xiaoliu penasaran dan ingin menyentuhnya, tetapi Jing Ye menampar tangannya jauh-jauh. “Ini adalah boneka yang dibuat dari ekor rubah berekor sembilan berumur sepuluh ribu tahun. Boneka ini amat sangat langka. Rubah berekor sembilan paling hebat dalam perubahan wujud dan ekornya adalah tempat di mana semua kekuatannya berkumpul. Kedua buah ekor ini memiliki kekuatan sepuluh ribu tahun. Memakainya untuk meniru orang, bahkan bila para Kaisar sebelumnya yang sudah wafat hidup kembali berserta dengan kekuatan mereka, mereka takkan mampu menyebutkan perbedaannya.”
Jing menusuk jari tengahnya dan menyentuh boneka itu. Boneka itu pun berubah menjadi tiruan tepat dari Jing. Jing palsu menyerahkan boneka lainnya dan berkata lembut kepada Xiaoliu, “Dia butuh setetes darahmu.”
Kalau Xiaoliu barusan tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri, dia akan mengira kalau Jing palsu adalah yang asli dan Jing asli yang sedang duduk adalah palsu. Dia pun menusuk jarinya pada boneka itu yang dengan cepat membesar dan berukuran sama dengan Xiaoliu, tetapi fiturnya sama sekali kosong.
Jing Ye terpana. “Mana mungkin ini bisa terjadi, ini adalah harta yang ditinggalkan oleh leluhur Tushan dan aku tak pernah mendengar boneka ini bisa berubah jadi seperti ini.”
Xiaoliu tertawa gugup. “Mungkin karena aku tampak begitu biasa, jadi boneka itu tak bisa mengenalinya.” Jing berdiri dan menyemtuh wajah Xiaoliu palsu lalu mengatur fiturnya hingga tampak persis seperti Xiaoliu.
Xiaoliu menghela napas lega. “Baik, baik, sudah baik-baik saja sekarang.”
Boneka Xiaoliu palsu tertawa seperti seperti Xiaoliu dan bicara dalam suara yang sama persis dengan dirinya. “Kau bahkan tak tahu seperti apa rupamu sendiri, kenapa menyalahkanku?”
Wajah Xiaoliu menjadi putih dan dengan marah dia mengancam, “Kau adalah bangkai rubah, jadi diamlah sebelum aku membakarmu!”
Xiaoliu palsu mendengus dan berjalan menghampiri Jing palsu, yang benar-benar menepuk-nepuk tangannya untuk menenangkannya. Xiaoliu menatap syok dan Jing Ye berkata bangga, “Kalau tidak sedemikian miripnya, maka boneka itu takkan menjadi pusaka langka, bukankah begitu.”
Xiaoliu lalu bertanya pada Jing apa rencananya.
“Biarkan mereka berpura-pura menjadi dua orang pelayan dan pergi dengan sejumlah barang. Kita akan mengubah rupa kita dan berpura-pura menjadi kurir dan meninggalkan kota menuju arah lain bersama dengan sekelompok kurir yang berangkat.”
Jing Ye langsung memperingatkan, “Itu terlalu berbahaya. Kalau Pangeran Zhuanxu menemukan kalian telah menghilang, dia akan menempatkan orang-orang di segala tempat untuk mencari orang yang memakai kekuatan dewa. Kekuatan Tuan saya sudah pulih sepenuhnya dan mampu menutupinya, tetapi Tuan Liu tidak.”
Jing memerintahkan, “Kau bawa mereka untuk menukar pakaian.”
Jing Ye tahu kalau sang majikan telah membuat keputusan dan pergi bersama dengan kedua boneka itu.
Jing menghampiri Xiaoliu, “Kalau kau mengubah wijudmu, apakah itu bisa menghindarkan semua pelacakan?” Xiaoliu ragu-ragu dan kemudian mengangguk. Jing tersenyum. “Kalau begitu, kita akan jalankan sesuai rencananya.”
—–
Jantung Xiaoliu berdebar gila-gilaan. “Kau… kau selalu tahu kalau aku bisa mengubah wajahku?”
Kemampuan perubahan wujud bukanlah kemampuan yang terlalu sulit untuk dipelajari, namun hanya mereka yang memiliki kekuatan besar yang bisa benar-beanr berubah dan menghindari deteksi. Dengan kekuatan Xiaoliu, tak seorang pun yang akan percaya bahwa dia yang menggunakan keahlian tersebut mampu menghindari deteksi dengan memakai pendeteksi obyek sihir.
Jing berkata, “Klan Tushan bukan hanya berasal dari suku Dewa. Salah satu leluhur jauh kami adalah rubah berekor sembilan yang sebenarnya. Jadi garis keturunan Keluarga Tushan semuanya bisa berubah. Aku punya mata spiritual dan biasanya bisa melihat melalui semua perubahan dan mantra serta kekuatan yang disembunyikan. Itulah sebabnya aku bisa melihat wajah asli Ah Nian dan tahu kalau harus menghindari dia. Tapi semua tentangmu terlihat nyata bahkan bagiku, kecuali instingku yang mengatakan padaku bahwa wajahmu itu palsu. Jadi… itulah sebabnya aku tak bisa meninggalkanmu. Kalau aku meninggalkanmu dan kau menghilang, hilangnya dirimu takkan meninggalkan jejak.”
Xiaoliu terpana. Selama ini Jing sudah tahu bahwa dirinya adalah palsu.
Jing Ye kembali. “Semua orang sudah bersiap tapi ada rang-orang yang sudah ditempatkan di luar untuk terus mengawasi kediaman, sespertinya dikirim oleh Pangeran Zhuanxu.”
Jing Ye memembawa sebuah kereta dan dia telah berubah menjadi seorang pria tua. Boneka-boneka tiruan itu naik ke dalam kereta terlebih dahulu, dan kemudian Jing Ye membuka sebuah kompartemen rahasia di bawahnya yang bisa dimasuki oleh dua orang. Xiaoliu dan Shiqi berjejalan masuk dan ketika Jing Ye menunduk untuk menutupnya, gadis itu berbisik, “Tuan, dia hanya membiarkanmu tinggal selama enam tahun. Klan Tushan bisa membayar jasanya dengan cara lain. Kenapa Anda menaruh diri Anda dalam bahaya?”
Jing berkata kalem, “Dalam tiga hari kemudian kau kembalilah ke Qing Qiu, kalau aku berhasil lolos maka aku akan menemuimu di sana. Kalau tidak, kau dan Lan Xiang carilah seorang laki-laki dan menikahlah.” Dia lalu menutup kompartemen rahasianya.
Jing Ye mengerutkan bibirnya untuk menahan isakannya.
Kereta mulai bergerak dan hari sudah gelap dan Xiaoliu serta Jing berjejalan rapat akibat tempatnya yang sempit. Saat Xiaoliu pergi mencari Jing, hal itu hanyalah sebuah dorongan sesaat. Dia ingin melihat Jing berada pada situasi terjepit, dia ingin mendengar Jing berusaha membujuknya menemui Jun Di dan itu bukan masalah besar. Xiaoliu ingin mendengar semua ini dengan telinganya sendiri, supaya dia bisa pergi tanpa peduli, supaya dia bisa membiarkan Wen Xiaoliu menghilang selamanya tanpa sedikit pun kesedihan.
Namun saat Xiaoliu berkata bahwa dia tak ingin pergi, Jing tak pernah bertanya kenapa dia lebih memilih merisikokan kematian demi bisa kabur daripada pergi, juga tak berhenti untuk memikirkan tentang bahaya yang harus Jing sendiri hadapi sebelum setuju membantu dia melarikan diri. Pendambaan dalam hati Xiaoliu jadi semakin meluas alih-alih terputus.
Kereta itu mengalami kecelakaan yang membuat Jing dan Xiaoliu bisa menyelinap pergi dengan menyamar ke dalam kelompok kurir dari kota. Jing dan Xiaoliu palsu melanjutkan perjalanan dengan kereta sementara Jing dan Xiaoliu kembali ke Lota Qing Shui bersama dengan kelompok kurir.
Kelompok itu meneruskan perjalanan hingga hari gelap ketika mereka kembali ke penginapan untuk makan malam sebelum tidur di luar untuk menjaga barang-barang antaran. Saat ini musim panas, jadi pada malam hari hawanya tidak dingin. Seluruh kota tertidur dan bintang-bintang yang bertaburan di langit sangat terang. Xiaoliu menengadahkan kepalanya untuk menatap bintang-bintang dan mengharapkan leher bebek untuk digerogoti demi membuat semua ini lebih terasa seperti jalan-jalan ketimbang melarikan diri.
Jing berkata, “Kalau kau lelah, tidurlah.”
Xiaoliu menjawab, “Di luar kota keadaannya gila-gilaan, kan?” Zhuanxu mengira dia telah meninggalkan kota jadi sedang mencari di luar, namun sebenarnya Xiaoliu masih ada di dalam kota.
Jing menjelaskan, “Besok kelompok kurir akan berangkat ke Gao Xing.” Xiaoliu tertawa, Zhuanxu takkan pernah berpikir bahwa Xiaoliu yang melarikan diri dari pergi ke Gao Xing kemudian malah menuju ke Gao Xing. Xiaoliu berkata pada Jing, “Kukira kau sangat jujur, siapa sangka kalau kau ternyata selihai ini.”
Jing berkata, “Besok akan melelahkan, kau beristirahatlah dengan menyandar padaku.” Xiaoliu menengadah menatap bintang-bintang dan tak mengatakan apa-apa. Sebuah suara serak bernata, “Aku. Adalah Shiqi.”
Xiaoliu masih mendongak menatap bintang-bintang dan tak mengatakan apa-apa, tetapi setelah beberapa saat kepalanya perlahan miring dan agak disandarkan ke bahu Shiqi. Shiqi tak berani bergerak seakan takut akan menakuti Xiaoliu. Hingga didengarnya Xiaoliu tertidur, barulah dia sedikit menolehkan kepalanya untuk menunduk dan menatap lembut pada Xiaoliu yang tertidur.
Pada saat fajar, Shiqi dan Xiaoliu mengukuti kelompok itu keluar dari kota dan menuju ke Selatan. Ada sebuah titik pemeriksaan yang diatur dengan pemeriksaan ketat dan barisannya begitu panjang untuk dilewati. Obrolan tentang penyebabnya berubah menjadi diskusi bahwa para prajurit baik dari Xuan Yuan dan Gao Xing bergabung dalam suatu pencarian.
Sekarang tiba giliran Xiaoliu dan Shiqi, dan ada seorang wanita yang menggenggam cermin sihir pusaka yang kemudian menyinarkannya pada wajah mereka untuk menampakkan wujud asli semua orang. Mereka yang mengubah wujud ditarik ke samping untuk ditanyai lebih lanjut. Xiaoliu berjalan maju untuk menjalani pemeriksaannya dan cermin itu tak menunjukkan apa-apa, jadi dia lolos. Shiqi juga sama.
Setelah melewati pemeriksaan, Shiqi dan Xiaoliu saling berpandangan dan melanjutkan perjalanan. Akibat pemeriksaan itu, iring-iringannya sudha menjadi sangat terlambat sehingga sang pemimpin mengatakan pada semua orang untuk mempercepat langkah mereka. Begitu malam tiba, mereka telah sampai di dalam perbatasan Kerajaan Gao Xing. Dua buah gunung tinggi mengapit sebuah gerbang dengan titik pemeriksaan masuk. Karena Zhuanxu tak menyangka bahwa Xiaoliu akan datang ke Gao Xing, titik pemeriksaan itu tak diberi pasukan tambahan sehingga Xiaoliu dan Shiqi bisa masuk dengan mudah.
Malam itu iring-iringannya memasuki sebuah kota dan kelompok itu pun masuk ke penginapan. Xiaoliu meminta mandi air panas dan setelah dia berjalan keluar serta mengganti baju dengan yang bersih, dia melihat Shiqi sudah selesai mandi. Shiqi mengambil handuk untuk mengeringkan rambutnya. Xiaoliu bertanya, “jadi apa kita sudah berhasil kabur?”
Shiqi menjawab, “Saat kita masuk, ada sebuah keberadaan yang sangat kuat di dekat sini, jadi aku pun menutupi aura kekuatanku sepenuhnya. Aku tak tahu apakah dia mengenali kita.”
Xiaoliu berkata, “Mungkin itu adalah seorang jenderal berperingkat tinggi dari Gao Xing yang ditempatkan di sini.” Namun dia sendiri sama sekali tidak merasa tenang.
Shiqi berkata, “Tak peduli siapapun itu, kita harus waspada. Beristirahatlah dengan baik malam ini.”
Di tengah malam, Xiaoliu mendengar suatu ribut-ribut dan langsung terduduk. DIlihatnya Shiqi menuangkan semua air dalam ruangan ke tanah di sekitar mereka sebelum berkata, “Pasukan Dewa telah mengepung penginapan, dan di antaranya ada dua orang Dewa yang sangat kuat. Aku bahkan tak bisa mengalahkan salah satu dari mereka.”
Xiaoliu terkekeh. “Kalau kita berhasil kabur, maka aku akan kecewa pada Zhuanxu. Dia itu cukup hebat.”
Shiqi berkata, “Telah mengecewakanmu.”
“Tidak kok, tidak! Zhuanxu memakai kekuatan dari dua Kerajaan untuk mengejar kita. Kau sudah membantuku dengan upayamu sendiri. Merupakan keajaiban kita bisa kabur sejauh ini.”
Shiqi bertanya, “Seberapa besar kau tak ingin bertemu dengan Jun Di?”
Xiaoliu berpikir, “Aku lebih pilih mati ketimbang bertemu dengan dia.”
Shiqi meletakkan sebuah kantong berbentuk rubah ke dalam tangan Xiaoliu. “Aku tak mampu mengalahkan mereka tapi aku bisa menahan mereka. Tunggangan bersayapku ada di Baratlaut. Kau berlarilah ke arah itu lalu naikkan kantong ini dan berseru seperti rubah. Tungganganku itu akan datang menjemputmu.”
Xiaoliu mencengkeram tangan Shiqi. “Apakah mereka akan membunuhmu?”
“Aku adalah Tushan Jing, bahkan bila Jun Di sendiri yang berada di sini, dia akan harus mempertimbangkan sebelum membunuhku. Jenderal-jenderal saja bahkan takkan pernah berani.”
Xiaoliu tertawa. “Kalau begitu aku akan meninggalkanmu dan kabur.”
Shiqi meraih bahunya dan berkata dengan suara sedikit bergetar, “Biarkan aku melihat wajah aslimu.”
Xiaoliu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Tidak.”
Shiqi menatap Xiaoliu dengan kepedihan tak terkatakan di matanya. Begitu dia melangkah keluar dari sini, Xiaoliu bisa menjadi siapa saja. Begitu Xiaoliu berhenti menjadi Xiaoliu, maka Shiqi takkan pernah mampu menemukannya lagi.
Xiaoliu menatapnya. “Apa kau masih bersedia mengambil risiko memancing amarah Jun Di dan membantuku kabur?”
Shiqi mengangguk.
suara menggelegar Zhuanxu mencapai telinga mereka, “Wen Xiaoliu, cepat keluarkan bokong sialanmu itu kemari! Kalau kau kabur lagi, akan kupatahkan kedua kaki kurus keringmu itu!”
“Berubahlah menjadi salah satu prajurit mereka dan kaburlah,” ujar Shiqi kepadanya.
Shiqi mengubah air menjadi uap dan kemudian menjadi kabut yang mengelilingi dirinya. Dia berubah wujud menjadi Wen Xiaoliu dan berjalan ke arah jendela lalu membukanya. Zhuan Xu berkata, “Sekarang kau keluarlah kemari dengan patuh dan aku akan mempertimbangkan untuk tidak membuatmu menderita terlalu banyak.”
Kabut itu perlahan-lahan menyebar dari dalam kamar dan mengapung ke luar serta menjadi amat pekat dan tebal hingga membentuk labirin. Zhuanxu begitu murka dan memerintahkan supaya labirin kabut itu segera dihentikan.
Xiaoliu bisa melihat di dalam labirin berkat kantong rubah yang diberikan Shiqi kepadanya. Dia mengubah wujud menjadi salah satu pelayan Zhuan Xu dan diam-diam menyelinap keluar dari penginapan.
Xiaoliu berlari ke arah Baratlaut dan mengangkat kantong rubah itu tinggi-tinggi. Seekor bangau besar pun turun. Xiaoliu memanjat naik ke atas punggung sang bangau dan tunggangan itu pun terbang menruskan perjalanan ke Baratlaut. Xiaoliu melihat ke belakang dan tidak merasa lega.
Suara marah membahana dari Zhuanxu mencapai telinganya. “Wen Xiaoliu, orang yang bersamamu adalah sekarang adalah Ye Shiqi. Aku tak punya masalah dengan membunuh seorang Ye Shiqi.”
Xiaoliu mengesah – Zhuanxu benar-benar mampu menjadi dingin dan tak berperasaan dalam sekejap mata, sepenuhnya dan pantang menyerah. Tak heran kalau Huang Di menyukai Zhuanxu.
Xiaoliu berubah kembali menjadi Wen Xiaoliu dan berputar balik. Beberapa saat kemudian, dia melihat Zhuanxu terbang ke arahnya dan di belakang pria itu terdapat Shiqi yang dimasukkan dalam kurungan.
Seorang pelayan menghampiri dan Xiaoliu membiarkan dirinya ditangkap. Zhuanxu menatap dingin pada Xiaoliu dan memerintahkan, “Patahkan kedua kakinya.” Pelayan itu menendang kedua kaki Xiaoliu dan keduanya pun patah. Xiaoliu roboh ke tanah.
“Lempar dia ke dalam kurungan.”
Xiaoliu dilempar ke dalam kurungan dan dia merangkak ke arah Shiqi. “Shiqi… Shiqi….”
Mata Shiqi terpejam rapat dan pria itu tidak sadarkan diri. Xiaoliu memeriksanya dan merasa lega, Shiqi telah memakai seluruh kekuatannya seorang diri untuk melawan begitu banyak orang, jadi dia kehabisan semua tenaganya dan pingsan. Tak ada luka dalam pada dirinya dan juga tidak berada dalam keadaan yang mengancam nyawa.
Kaki Xiaoliu luar biasa sakitnya dan dia menyandar pada Shiqi lalu menggumam sendiri, “Seandainya saja aku tahu kalau melarikan diri itu begitu menyakitkan, aku akan memilih untuk tidak lari. Tapi kalau aku tidak lari, maka aku takkan pernah tahu kalau kau akan melakukan apapun untukku. Tapia pa yang harus kulakukan sekarang? Akan lebih baik bila kau tak membantuku. Aku bisa dengan mudah memutuskan keinginan dan harapanku. Atau saat kita dikepung waktu itu, akan lebih baik bila kau tak menyuruhku untuk melarikan diri sendirian. Kehidupan Xian Tian’er adalah sebuah perjuangan, dan saat seorang pria berpikir bahwa dia telah membantu Tian’er dengan mempermudah perjuangannya, sebenarnya dia justru menempatkan Tian’er dalam perjuangan lainnya. Kini Tian’er berjuang dengan rasa takut bahwa pria itu akan meninggalkan dirinya pada suatu hari nanti dan dia ditinggalkan untuk berjuang sendirian lagi. Dari dua perjuangan itu, yang mana yang lebih berat? Mungkin sebagian besar wanita memilih untuk berjuang dengan soerang pria membantu meringankan bebannya, setidaknya ada sedikit kebahagiaan, suatu harapan bahwa bahwa pria itu takkan melepaskan dirinya suatu hari nanti. Tapi aku tidak seperti itu! Aku lebih memilih untuk dipanggang sendirian, berjuang sendirian, karena setidaknya kedua tanganku bebas. Rasa sakit membuatku ingin melarikan diri, tangan seorang lelaki membuatku takut kalau dia akan melepaskanku. Kemudian aku akan mengulurkan tangan dan berpegangan pada dirinya erat-erat, menggenggam semua kebahagiaan erat-erat. Saat ini Xian Tian’er bisa menyelamatkan dirinya sendiri karena aku telah membantunya. Tapi siapa yang akan membantuku? Para Dewa bisa membantu manusia, tetapi siapa yang akan membantu para Dewa? Tak seorang pun! Aku masih merasa lebih aman bila bersembunyi dalam cangkangku. Aku sudah menderita begitu banyak dalam hidupku, aku tak mau menderita lagi, aku tak mau terluka lagi….”
Setelah lewat sehari semalam, sampailah Xiaoliu dan Shiqi ke Gunung Lima Dewa.
Zhuanxu memerintahkan agar mereka dilemparkan ke dalam penjara tulang naga. Xiaoliu tersenyum, upayanya untuk melarikan diri benar-benar telah membuat Zhuanxu kesal. Penjara tulang naga yang dirumorkan ini tidak dimaksudkan untuk tawanan biasa.
Para sipir sangat kasar pada Xiaoliu dan dengan sengaja menendang kakinya yang patah. Tetapi mereka sangat hati-hati dengan Shiqi yang masih tak sadarkan diri dan dengan lembut meletakkan dia dalam sel.
Sepertinya Zhuanxu juga sangat kesal karena Shiqi membantu Xiaoliu kabur, jadi dia ingin membuat Shiqi sedikit menderita supaya dia belajar untuk tidak melawan otoritas kerajaan yang adalah Pangeran dari Xuan Yuan. Tetapi Zhuanxu masih was-was dengan nama keluarga Tushan-nya, jadi dia hanya mengurung Shiqi dan tak menambahkan penghinaan lebih jauh lagi.
Pintu sel tertutup dan Xiaoliu merangkak ke arah Shiqi, memukul pria itu beberapa kali dengan marah sebelum meringkuk di sisinya. Di dalam sel hitam pekat dan Xiaoliu memejamkan matanya saat dia merasakan gelombang rasa sakit di kaki menerpanya. Setahap demi setahap dia juga jatuh pingsan akibat rasa sakit.
Saat Xiaoliu terbangun, dia tak tahu sudah berapa lama waktu telah berlalu, tetapi dia merasakan seseorang memegang tangannya. Dia bergerak dan mendengar Shiqi, “Xiaoliu, kau sudah sadar?”
“Yap, badanku sakit semua karena berbaring terlalu lama.”
Shiqi duduk dan ingin membantu Xiaoliu untuk bangkit, namun malah menyentuh kakinya dan Xiaoliu menjerit kesakitan. Shiqi memegangi dirinya. “Kau terluka?”
“Ya.”
“Di mana?”
“Kakiku.”
Shiqi merabai kaki Xiaoliu dan rasa sakit itu berkurang, tetapi Xiaoliu cepat-cepat berkata, “Kau juga terluka, jangan gunakan kekuatanmu.”
Shiqi mengabaikannya dan menyentuh kaki lainnya, namun Xiaoliu berseru, “Patuhlah!”
Shiqi tak mengatakan apa-apa dan setelah dia menyentuh kaki itu, Xiaoliu merasakan sakitnya telah banyak berkurang. Shiqi membantu Xiaoliu bangun dan membiarkan Xiaoliu bersandar di bahunya supaya lebih nyaman. Shiqi bertanya, “ Kau tak mau menemui Jun Di, apa itu karena dia akan membunuhmu begitu dia melihatmu?”
Xiaoliu mengerti bahwa Shiqi tidak sedang berusaha menyelidiki, melainkan perlu tahu apa yang akan dilakukan oleh Jun Di kepada Xiaoliu supaya dia bisa memikirkan rencana yang tepat untuk saat ini yang akan memastikan keselamatan Xiaoliu. Xiaoliu terdiam selama sesaat lalu berkata, “Dia takkan membunuhku.”
Dengan cara Xiaoliu yang mati-matian berusaha melarikan diri, Zhuanxu pasti juga sudah mendapatkan ide yang salah. Jun Di telah membunuh kelima adiknya dan juga seluruh keluarga serta keturunan mereka. Tetapi rumor mengatakan bahwa Lima Pangeran memiliki keturunan rahasia yang berkelana di dunia. Sepertinya Zhuanxu mengira bahwa Xiaoliu adalah keturunan rahasia dari salah satu di antara Lima Pangeran itu.
Shiqi tak merasa lega. “Pada akhirnya, di dunia ini semua hanya menginginkan keuntungan, yang sebenarnya adalah sebuah transaksi bisnis. Bahkan bila itu adalah Huang Di ataupun Jun Di, aku bisa membuat kesepakatan dengan mereka.”
Xiaoliu tertawa, “Aku tak mau menemui Jun Di untuk alasan berbeda. Shiqi, jangan khawatirkan aku, aku akan mempertaruhkan nyawaku bahwa Jun Di takkan membunuhku!”
Shiqi tahu bahwa Xiaoliu bersungguh-sungguh, jadi dia pun tenang. Xiaoliu tak tahan untuk tersenyum diam-diam, semua orang pasti mereka senang karena ada orang lain yang mencemaskan tentang keadaan mereka.
Tanpa suara Shiqi memeluk Xiaoliu dan Xiaoliu dengan tenang mendengarkan detak jantungnya. Di tempat kematian ini, terpisah dari pikatan dan jalinan dunia, membuat hubungan rumit antara seorang pria dan seorang wanita menjadi sangat sederhana. Hanya ada mereka berdua. Xiaoliu tiba-tiba merasa tepat berada di sini dan hal itu membuatnya tenang.
Xiaoliu berkata, “Bagaimana kalau kita tak pernah pergi dari sini.”
“Baik.”
“Apa yang baik?”
“Tinggal di sini itu baik.”
Apanya yang baik?”
“Hanya kau. Dan aku.”
Xiaoliu tertawa saat menyadari bahwa Shiqi juga mengerti. Ada begitu banyak hal yang membuat hidup menjadi rumit hanya karena keadaan. Pasangan suami istri tua yang tinggal mengasingkan diri di gunung terpencil, sesungguhnya merekalah yang membuat iri begitu banyak orang yang menjalani hidup dalam konflik yang megah.
Xiaoliu bertanya, “Shiqi, apa kau begitu baik kepadaku karena kau sedang membayar hutang?”
Tubuh Shiqi menjadi kaku dan dia tak mengatakan apa-apa dalam waktu lama. Xiaoliu menyandar padanya sehingga bisa merasakan jantungnya berdebar begitu kencang sehingga seperti akan meledak keluar dari rongga dadanya. Dengan santai Xiaoliu menambahkan, “Aku sudah menyelamatkanmu, membiarkanmu tinggal selama enam tahun, dan sekarang kau telah melakukan segalanya dan lebih banyak lagi demi aku. Saat kita keluar, kita benar-benar sudah impas. Kau tak perlu khawatir lagi, aku takkan pernah meminta apa-apa lagi darimu dan membuatmu berada dalam masalah. Aku berjanji akan jauh-jauh darimu….”
Mulut Xiaoliu mendadak ditutup oleh tangan Shiqi. Xiaoliu meronta tetapi Shiqi tak mau melepaskan tanganya. Akhirnya Xiaoliu dengan jahil menjilat bagian tengah tangan Shiqi dengan lidahnya dan Shiqi bagai disengat oleh listrik dan melepaskan dirinya. Xiaoliu juga begitu kaget oleh apa yang barusan dia lakukan dan mulutnya pun menganga dan seluruh wajahnya merah membara.
Keduanya tetap membeku dalam kesunyian.
Akhirnya Shiqi bicara, “Aku takkan meninggalkanmu.”
“Kenapa? Kenapa tidak pergi? Karena balas budi? Aku sudah bilang kalau kau sudah membayarnya.”
Shiqi tak menjawab dan dengan keras kepala mengulang, “Aku takkan meninggalkanmu.”
“Apa? Kalau begitu apa kau ingin tinggal bersama denganku seumur hidupmu?”
Shiqi terdiam selama sesaat dan kemudian berkata dengan kepastian mutlak, “Seumur hidupku.”
Xiaoliu mengesah. “Aku ini laki-laki, apa kau tak berpikir kalau kau itu aneh?”
Kali ini Shiqi langsung merespon, “Kau seorang wanita.”
Xiaoliu sebenarnya merasa bahwa Shiqi sejak lama sudah tahu bahwa dia adalah wanita, tapi bagaimana Shiqi bisa tahu? “Kenapa kau yakin sekali? Bahkan Xiang Liu yang sepintar itu tak bisa yakin dengan pasti bahwa aku adalah seorang wanita.”
Shiqi terkekeh pelan. “Itu karena dia belum melihatmu….” Mendadak dia tutup mulut.
“Melihatku apa?”
Shiqi tak mau menjelaskan jadi Xiaoliu semakin penasaran, “Melihatku apa?” Xiaoliu mengguncang lengan Shiqi dengan gaya genit dan membujuk, “Belum melihatku apa? Katakan padaku! Katakan padaku!”
Xiaoliu selalu bertingkah seperti seorang pria serampangan dan ini adalah kali pertama dia menunjukkan sisi kewanitaan yang manja. Bahkan dalam kegelapan dan Shiqi tak bisa melihat wajahnya dengan jelas, pria itu sudah dikalahkan. “Kali pertama aku mandi setelah cukup kuat, kau duduk di samping dan aku melihat… saat kau melihat tubuhku… aku tahu kau… padaku….”
Xiaoliu memekik dan kemudian menutupi wajahnya. “Kau bohong! Aku tak melakukannya, aku tak melakukannya!”
“Aku tak berbohong.”
“Kau bohong, sama sekali bohong. Aku tak pernah merona.”
“Aku tak berbohong.”
Shiqi biasanya menyerah pada apa yang diinginkan Xiaoliu, jadi ini adalah kali pertama dia jadi begitu keras kepala dan tak bersedia mengalah pada Xiaoliu. Xiaoliu berpaling dan tak mau menghadap Shiqi ataupun bicara kepada Shiqi lagi, memakai sikap untuk menunjukkan bahwa Shiqi berbohong dan hingga pria itu mengakuinya, maka Xiaoliu takkan bicara kepadanya.
Shiqi memanggil Xiaoliu tetapi gadis itu tak menanggapi, Shiqi mengenggolnya sedikit tetapi Xiaoliu mengabaikannya. Dia takut kalau-kalau kaki Xiaoliu sakit jadi tak mau memakai kekuatannya.
Shiqi tak bicara hingga Xiaoliu merasa disalahi dan menggerutu, “Urusan sekecil itu dan kau bahkan tak mau menyerah padaku.”
Shiqi menjawab, “Itu bukan urusan kecil.”
Xiaoliu merengut. Bila ini bukan masalah kecil, maka apa yang bisa dianggap sebagai masalah kecil?
——-
Shiqi perlahan berkata, “Sejak lahir aku adalah anak yang berharga, anak yang sempurna. Seorang wanita pernah belajar menari selama sepuluh tahun hanya supaya aku bisa meliriknya satu kali. Seorang ahli catur datang dari tempat jauh dan tinggal selama tujuh tahun hanya supaya aku mau bermain satu pertandingan dengannya. Aku ditawari puluhan ribu uang hanya demi membuat sebuah lukisan. Beberapa orang menyebutku seorang Ahli bila aku menulis satu karakter. Kukira itulah diriku yang sebenarnya. Orang itu mengurungku dan menyiksaku selama dua tahun, setiap hari memakiku, bahwa aku bukan siapa-siapa. Aku tak peduli untuk melawan balik dan dengan diam menahan siksaannya. Dia begitu kesal hingga berkata bahwa dia bisa membuktikannya kepadaku. Dia membawaku ke semua tempat yang pernah kutinggali dan menaruhku yang pincang, kotor, mengenakan baju compang-camping, tak bisa bicara, bau, di tengah-tengah kota yang ramai. Orang-orang berjalan melewatiku dan tak satu pun yang menatapku, persis seperti yang dia katakan. Seringkali aku melihat orang yang kukenal dan ingin merangkak ke arahnya untuk meminta pertolongan tetapi mereka hanya melemparkan uang kepadaku dan langsung berjalan pergi dengan raut jijik. Akhirnya aku mengerti bahwa selain dari pakaian mahal yang kukenakan, aku bukan siapa-siapa. Itulah saat dia berhasil dalam menghancurkanku sepenuhnya. Dia melemparkanku ke sungai, bahkan tak mau repot-repot untuk membunuhku karena dia tahu bahwa dia telah membunuhku di dalam sini. Aku mengambang dalam waktu lama hingga aku terbaring di antara tumpukan kayu. Aku tahu kalau aku akan mati seperti ini, dan semua yang kuinginkan adalah merasakan cahaya matahari sekali lagi. Jadi aku berjuang untuk memanjat ke arah matahari dan kemudian kehilangan kesadaran dengan mengetahui bahwa aku takkan melihat matahari lagi dan takkan terbangun lagi. Tetapi Langit, membiarkanmu muncul….”
Xiaoliu sudah lama lupa untuk marah dan perlahan berbalik lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Shiqi untuk mendengarkan pria itu bicara. Dahi Shiqi diletakkan pada rambut Xiaoliu. “Aku tak bisa membuka mataku jadi aku tak bisa melihat dirimu. Aku hanya bisa merasakan. Kau tak ingin aku takut jadi kau mengatakan namamu padaku. Kau tak mau aku merasa malu, jadi kau mengatakan lelucon padaku. Kau menyeka perlahan keringatku dan menimangku dalam pelukanmu dan mencuci rambutku yang sudah tidak dicuci selama tiga tahun. Aku tahu betapa menjijikkan dan mengerikannya tubuhku, tapi kau memperlakukannya seperti pusaka dan merawatnya dengan penuh perhatian. Tiga tahun penuh siksaan dan penghinaan, tubuh yang bahkan aku sendiri tak sanggup hadapi dan tak sanggup melangkah keluar pintu, hari itu kau membantuku mandi dan saat kau melihat tubuhku kau merona semerah bit. Saat itu juga aku sungguh telah terlahir kembali. Di matamu, aku tetap seorang lelaki… seorang lelaki yang memengaruhimu….”
Xiaoliu memekik, “Jangan berani bilang satu kata pun lagi!”
Mata Shiqi berselaput oleh air mata dan air mata itu memercik di rambut Xiaoliu, namun suaranya sarat dengan kegembiraan, “Saat kau membawaku keluar dari bak, kau bahkan tak berani melihat langsung kepadaku sebelum membaringkanku di atas dipan. Kau berlari kabur bahkan sebelum kau selesai bicara. Bagaimana bisa aku berpikir kalau kau adalah laki-laki?”
Xiaoliu memukul dada Shiqi dan menggerutu, “Kau licik sekali! Dan di sini aku mengira kalau kau adalah yang paling jujur! Aku tertipu!”
Shiqi meneruskan, “Hari itu, aku mengenakan pakaianku dan berjalan keluar pintu, berdiri di bawah mentari, merasakan dunia luar yang sudah tak kulihat dalam waktu lama. Di mata yang lainnya itu hanya suatu hal normal untuk dilakukan, tetapi bagiku ini merupakan kelahiran kembali dan kesempatan yang baru. Xiaoliu, aku telah memutuskan pada saat itu dan di tempat itu bahwa aku takkan pernah meninggalkanmu.”
Xiaoliu berkata, “Phoenix yang terlahir kembali harus dibakar terlebih dahulu. Tapi kau bahkan tak bisa melarikan diri dari masa lalumu sebagai Tushan Jing.”
“Ayahku mati tak lama setelah aku dilahirkan. Aku punya kakak kembar bernama Tushan Hou. Dia berbeda dariku sejak lahir, dia suka memelihara hewan buas dan merupakan orang yang sangat aktif. Aku menyukai seni dan sangat terpelajar. Tetapi kami sama-sama sangat bagus dalam bisnis bahkan meski cara-cara kami berbeda. Kami setara dan tak ada yang lebih baik daripada yang lainnya. Karena kami kembar, kami mempelajari semuanya bersama-sama dan orang-orang mau tak mau membanding-bandingkan kami. Aku lebih baik dalam seni-seni klasik tetapi dia lebih kuat dalam hal kekuatan spiritual. Namun ibu kami selalu sangat dingin terhadapnya tak peduli apapun yang dia lakukan. Karena sikap Ibu terhadapnya, orang-orang di sekitar kami pun ikut-ikutan memujiku dan meremehkan dia. Kakakku berusaha keras dan terus berusaha memenangkan persetujuan dari ibu kami, tetapi bukan hanya Ibu tak memberikannya, Ibu bahkan melakukan segala hal yang ada dalam kuasanya untuk terus menjatuhkan Kakak. Tak peduli apapun yang kulakukan, Ibu selalu memujiku.
“Di bawah kendali ibu kami, kekuasaan dalam keluarga berakhir dengan berada di tanganku. Dia mendapatkan untukku seorang tunangan yang adalah putri dari Keluarga Fangfeng yang kuat, namun hanya memberi Kakakku seorang pelayan untuk dijadikan istri. Aku memprotes demi kakakku tapi dia terus berusaha mendapatkan cinta Ibu jadi dia menikahi gadis pelayan itu. Namun Ibu kami terus bersikap dingin terhadapnya.
“Saat Ibu sekarat, Kakakku memberi Ibu obat tetapi dia membuangnya ke wajah Kakak dan menyuruhnya untuk enyah. Ibu bilang kalau ibu jijik dengan Kakak. Kakakku akhirnya hancur dan menangis dan bertanya kenapa Ibu pilih kasih. Ibu mengamuk padanya dan berkata bahwa Kakak tak bisa menandinginku, bahwa Kakak memiliki hati dan pikiran yang menjijikkan, bahwa Kakak bahkan tak bisa dibandingkan dengan satu jari di kakiku. Ibu meninggal tak lama setelahnya dan aku sangat bersedih, tapi merasa kalau Kakakku bahkan lebih sedih lagi. Dia tak hanya kehilangan seorang ibu, dia telah kehilangan kesempatan apapun untuk mendapatkan pengakuan Ibu. Saat Ibu meninggal Kakak mulai minum-minum dan mengatakan pada semua orang bahwa sudah cukup bila ada seorang Tushan Jing di dunia ini, tak perlu ada Tushan Hou yang menyedihkan dan tak berguna.
“Nenek kami tak mau dia membunuh dirinya sendiri, jadi akhirnya Nenek mengatakan kebenarannya. Kakak bukan putra dari Ibuku, dia terlahir dari Ayah kami dan seorang pelayan. Si pelayan membunuh dirinya sendiri setelah melahirkan Kakak. Karena dia terlahir delapan hari sebelum aku, nenek kami membuat pengumuman bahwa kami adalah anak kembar. Setelah mendengar hal ini Kakak berhenti minum-minum dan mulai bisa menguasai dirinya sendiri. Aku merasa sangat tidak enak kepadanya, jadi aku memperlakukan Kakak dengan sangat baik dan hal itu membuat nenek kami gembira dan Nenek memujiku karena begitu perhatian. Nenek menyuruh kakakku untuk selalu membantuku. Setelah ibuku meninggal selama empat tahun, Nenek memutuskan untuk menggelar pernikahanku dan mengumumkan kepada dunia bahwa aku akan menjadi pemimpin klan.
“Suatu hari, kakakku datang menemuiku dan mengajak bicara. Aku pergi bersamanya tanpa sedikit pun kecurigaan, dan saat aku terbangun aku sudah berada dalam sel penjara yang gelap, kekuatanku disegel, tangan dan kakiku diikat dengan rantai tulang naga.”
Shiqi bicara tanpa akhir untuk sampai pada titik ini, namun siksaan yang menyakitkan, penghinaan tanpa akhir, semuanya menerpa kembali dan dalam kegelapan tubuhnya menegang ketat. Xiaoliu buru-buru menekan pada jantungnya dan menggumam lembut, “Ini bukan penjara itu, aku ada di sini, Shiqi, aku ada di sini.”
Shiqi membenamkan kepalanya dalam rambut Xiaoliu dan setelah beberapa saat dia berhasil menenangkan diri. “Saat aku disiksa dan dipermalukan, aku memikirkan tentang membuat dia membayarnya saat aku berhasil keluar. Namun kalau itu terjadi, maka meski aku hidup sebagian dari diriku tetap akan mati. Aku takkan pernah menjadi orang yang utuh, aku hanya akan menjadi seseorang yang disiksa oleh rasa malu dan pembalasan. Syukurlah orang yang telah menyelamatkanku adalah dirimu, tak peduli betapapun rusak dan bercelanya aku, kau hanya melihatku seperti pusaka dan merawatku dengan lembut. Tak peduli betapa mengerikan pun luka-luka yang ada di tubuhku, kau akan selalu… merona….” Kali ini Xiaoliu tak menyela Shiqi dan berdiam diri membiarkan pria itu menyelesaikan bicaranya.
“Xiaoliu, saat aku melihatmu, tak ada kebencian dan pembalasan dalam hatiku, hanya rasa syukur. Aku bersyukur karena Langit telah membiarkanku hidup, membiarkanku memiliki tubuh yang tetap utuh, membiarkan mataku tetap bisa melihat, jadi aku bisa melihatmu berpura-pura bodoh, membiarkan telingaku mendengar, jadi aku bisa mendengarmu memprotes, membiarkan tanganku bisa tetap bekerja, jadi aku bisa membantumu mengeringkan rambutmu, membiarkan kakiku bisa tetap bergerak, jadi aku bisa menggendongmu. Xiaoliu, aku tak menginginkan pembalasan, aku hanya ingin menjadi Ye Shiqi.”
Xiaoliu menundukkan kepalanya.
Shiqi berkata, “Aku tak mau kembali karena kakakku sangat mampu dan jauh lebih kejam daripada aku. Dia sebenarnya merupakan seorang pemimpin klan yang lebih pantas daripada aku. Kalau ada dia di sana, keluarga itu akan baik-baik saja. Selama tidak ada Tushan Jing, maka Tushan Hou akan jadi yang terbaik. Tapi hari itu aku pergi bersamamu ke toko perhiasan tanpa mengetahui bahwa toko itu adalah milik keluarga. Jing Ye mengenaliku dan semua orang di toko melihatku, berita akan segera kembali ke telinga kakakku bahwa aku masih hidup. Aku tak mau pembalasan, dan aku lebih tak mau lagi menjadi Tushan Jing, tapi begitu kakakku tahu dia akan memburuku tak peduli ke mana pun aku pergi. Aku takut kalau dia akan melukaimu dan Lao Mu dan yang lainnya jadi aku harus kembali menjadi Tushan Jing. Kalau aku berada di tempat terbuka, maka kakakku akan tahu di mana sasarannya dan tidak menyasar secara sembarangan.”
Xiaoliu mengesah, “Kau tak mau melukai dia tapi dia ingin melukaimu. Demi keselamatanmu sendiri kau seharusnya membunuh dia, tapi bila kau melakukannya kau takkan memiliki ketenangan batin. Kematiannya adalah pelepasan seketika tetapi kau akan menanggung rasa bersalah itu seumur hidupmu. Kurasa kau benar-benar tak bisa membunuh dia.”
Shiqi begitu gembira, “Aku tahu kalau kau akan mengerti dan mendukungku. Jing Ye dan yang lainnya tak bisa mengerti kenapa aku tak menginginkan pembalasan.”
Xiaoliu berkata, “Aku berbeda darimu. Kau mendasarkan pada kebajikan, aku pada kepraktisan.”
Shiqi berkata dalam suara rendah, “Kau praktis itu demi kebaikanku sendiri.”
Xiaoliu mendengus tapi tak mengatakan apa-apa.
Napas Shiqi memburu dan detak jantungnya juga cepat. Xiaoliu tahu apa yang ingin dia katakan tetapi malu untuk mengatakannya. Jadi Xiaoliu tak mendesaknya dan alih-alih membaringkan diri seperti kucing di bahunya, menunggu dengan sabar.
“Xiaoliu… aku… aku tahu kalau aku sudah bertunangan dan tak punya hak untuk mengatakan ini kepadamu… dan aku tak pernah berani untuk melakukannya… tapi… aku akan membatalkan pertunangannnya, aku akan membatalkan pertunangannya! kau tunggulah aku selama dua puluh tahun… tidak… tidak, lima belas tahun. Kau berilah Tushan Jing waktu lima belas tahun, dan setelah lima belas tahun aku akan memberikan Ye Shiqi kembali padamu.”
Xiaoliu bertanya, “Bagaimana kau ingin aku menunggu?”
“Kau… kau jangan biarkan pria lain… memasuki hatimu.”
Xiaoliu terdiam.
Dalam kegelapan, Shiqi tak bisa melihat ekspresi Xiaoliu dan dia begitu gugup sampai lupa bernapas.
Xiaoliu tiba-tiba meledak tertawa dan Shiqi tak tahu apakah tawanya itu adalah untuk mengolok dirinya karena telah berani atau….
Xiaoliu berkata, “Kau, kau benar-benar tak mengenalku sama sekali. Hatiku ini dingin dan ada cangkang keras yang membungkusnya. Lupakan saja soal lima belas tahun, sepertinya dalam lima puluh tahun juga takkan ada seorang pria pun yang masuk ke dalam.”
Shiqi bertanya, “Jadi kau setuju? Mari kita menepukkan tangan sebagai janji.”
Xiaoliu dengan malas mengangkat telapak tangannya dan Shiqi merasakan di mana keberadaannya lalu dengan sungguh-sungguh menekankan telapak tangannya pada telapak tangan Xiaoliu. Setelah telapak tangan mereka bertemu, Shiqi tak melepaskannya dan malah mengenggam tangan Xiaoliu erat-erat. “Xiaoliu, aku, aku sangat senang.” Suaranya bergetar saat hatinya melambung.
Xiaoliu tak tahan untuk tersenyum. “Kau bilang semuanya bisa dirunut menjadi transaksi bisnis, jadi kenapa aku merasa kalau aku tak mendapatkan sisi penawaran yang lebih baik di sini.”
Shiqi mengguncang tangan Xiaoliu. “Itu tak termasuk pada cinta, hanya cinta yang takkan pernah bisa diukur dengan laba atau rugi. Cinta antarkeluarga, cinta antarsaudara, cinta persahabatan, cinta antara pria dan wanita, kelihatannya begitu mudah tetapi merupakan harta yang langka yang takkan bisa dibeli dengan uang seberapapun banyaknya.”
Xiaoliu terkikik. “Mereka bilang kalau Tushan Jing adalah seorang pebisnis lihai dan hebat dalam percakapan. Aku tak memercayainya karena kau selalu begitu kelihatan bodoh di sekitarku dan jarang bicara. Hari ini akhirnya aku percaya.”
Shiqi tertawa ringan dan tawanya persis seperti sifatnya – lembut, damai, murni.
Xiaoliu berkata, “Shiqi, aku tak seperti dirimu. Aku bukan seorang pebisnis tapi aku tahu kalau aku adalah orang yang kejam. Aku kejam terhadap orang lain dan bahkan lebih kejam lagi kepada diriku sendiri. Apa kau tahu itu?”
“Aku tahu.”
Xiaoliu tertawa, “Benarkah?”
Shiqi berkata, “Aku tahu kalau kau tak pernah memberikan harapan pada dirimu sendiri, jadi kau tak mau memercayai terlebih dahulu dan takkan memberi terlebih dahulu. Kau punya hati yang tulus tetapi bila orang lain tak menghargainya, maka kau takkan memberikannya. Aku bersedia menunggu, menunggu sampai kau bersedia untuk berharap.”
“Bagaimana bila seumur hidup aku tetap tak bersedia?”
“Maka aku akan menunggu seumur hidup. Selama kau tak menghilang, maka bahkan bila penantian ini adalah seumur hidup, akan tetap menyenangkan.” Shiqi tersenyum – Xiaoliu kejam dan dingin terhadap dirinya sendiri, namun semua orang lain dalam hidupnya begitu baik. Lao Mu, Chuan Zi, Ma Zi, Xian Tian’er, orang-orang ini hanyalah orang lewat dalam hidupnya, tetapi dia memberi mereka semua yang mereka butuhkan untuk kehidupan mereka sendiri.
Kegelapan yang seperti kematian, kesunyian yang seperti kematian, sel penjara yang paling tenar di rimba raya membuat tawanan apapun menginginkan kematian, tetapi bagi Shiqi dan Xiaoliu, ketika mereka bicara mereka bahkan tak merasakan berlalunya waktu. Shiqi sungguh bersyukur karena Zhuanxu mengunci dirinya di sel yang sama dengan Xiaoliu, dan hanya di sini lah dia memiliki keberanian untuk mengungkapkan harapan terbesarnya. Sekarang dia bahkan berharap untuk tak pernah meninggalkan tempat ini, dia bersedia menghabiskan seluruh masa hidupnya di sini bersama Xiaoliu. Ketika langkah kaki sipir terdengar, Shiqi merasa bahwa waktunya sungguh terlalu singkat.
Para sipir dengan sopan menyambut mereka keluar, sikap mereka berubah, dan bahkan membawakan usungan untuk mengangkut Xiaoliu dengan lembut. Shiqi tak mau mereka menyentuh Xiaoliu, jadi dia mengangkat gadis itu dan menggendongnya keluar dari sel penjara. Di luar adalah tengah hari dan matahari begitu terang sehingga menyakiti mata Xiaoliu dan dengan cepat dia menutupnya.
Xiaoliu mendengar Zhuanxu bertanya kepada Shiqi, “Bagaimana kau ingin aku memperlakukanmu di sini. Ye Shiqi atau….”
Jawaban Shiqi datang serta merta. “Ye Shiqi.”
Zhuanxu berkata, “Ikuti aku.”
Xiaoliu membuka matanya dan mereka kini sedang berjalan menyusuri tepian tebing. DI sebelah kanan adalah lautan luas, gelombang demi gelombang menghantam bebatuan karang hitam. Hati Xiaoliu tiba-tiba mendapatkan suatu perasaan, dia merasakan seseorang sedang memanggil dirinya. Ujarnya pada Shiqi, “Ke tepi laut.”
Shiqi membawa Xiaoliu menuruni undakan batu, melewati hutan, hingga ke tepi laut. Berdiri di atas tebing, Zhuanxu tak menghentikan mereka dan alih-alih mengikuti di belakang tanpa bersuara.
Sebaris gelombang lagi begulung menuju tebing dan saat ombak membiru itu terangkat semakin tinggi dan semakin tinggi, di puncaknya sebuah bayangan putih menunggangi gelombang menuju ke arah Xiaoliu. Bayangan putih itu berdiri tegap di puncak gelombang, jubah putih dan rambut putih, mengenakan sebuah topeng. Dia berdiri di tengah gelombang bagai sekumtum lili putih, murni dan tak tersentuh, luar biasa dan indah.
Semua pelayan bergegas maju tapi Zhuanxu menatap dengan takjub dan bertanya, “Xiang Liu, kau sebegitu inginnya membunuhku sampai-sampai kau mengejarku hingga ke Gunung Lima Dewa?”
Xiang Liu tertawa. “Kali ini aku tidak datang untukmu, Pangeran.” Dia lalu menatap pada Xiaoliu. “Kakimu patah? Apa yang telah kau lakukan hingga membuat semua prajurit Gao Xing berlarian ke mana-mana seperti ayam tanpa kepala?”
Xiaoliu tiba-tiba teringat bahwa Xiang Liu memiliki serangga itu dalam dirinya, jadi ketika kakinya patah, pria itu pasti telah merasakannya. Xiaoliu tertawa, “Dengan kemampuan kecil rendahanku? Bukan apa-apa, hanya kesalahpahaman.”
Xiang Liu berkata, “Di bawahmu adalah samudera.”
Xiaoliu mengerti apa yang dikatakan pria itu. Bila dia melompat ke dalam lautan, maka Xiang Liu akan membawanya pergi. Namun ini adalah Gunung Lima Dewa, dan suku Gao Xing memiliki banyak jenderal yang kekuatannya berdasarkan air. Xiang Liu bisa datang dan pergi bila dia sendirian, tetapi bila dia harus membawa orang lain bersamanya, hal itu akan menjadi hukuman mati. Dan bila dia pergi, apa yang akan terjadi pada Shiqi?
Xiaoliu tersenyum. “Terima kasih, tapi aku lebih baik tidak berhutang budi terlalu banyak kepadamu.” Xiaoliu lalu berkata kepada Shiqi, “Kita kembali.”
Shiqi melangkah ke atas bebatuan dan berjalan balik. Xiang Liu hanya tersenyum pada Xiaoliu yang menolak tawarannya. “Jangan lupa, hutangmu kepadamu, orang mati tak bisa membayarnya.”
Xiaoliu tertawa. “Jangan khawatir, aku adalah seorang pengecut, aku akan ada supaya kau bisa mendapatkannya.”
Mata Xiang Liu melirik pada wajah Shiqi dan kemudian mendarat pada Zhuanxu. Dia berkata, “Sampai jumpa!” sebelum menghilang di balik gelombang.
Para pelayan ingin mengejarnya tetapi Zhuanxu berkata, “Tak perlu, dia datang dari lautan dan dia akan pergi lewat lautan. Kelak, perkuat penjagaan di sepanjang tepi pegunungan.”
Xiaoliu menatap gelombang-gelombang yang memecah di karang terjal dan merasa agak kebingungan. Xiang Liu melakukan perjalanan puluhan ribu li, hanya untuk mengajukan dua pertanyaan kepadanya?
Zhuanxu naik ke atas kereta awan dan mengulurkan tangannya kepada Xiaoliu, “Kita akan naik kereta ke atas gunung.”
Shiqi mengendong Xiaoliu menaiki kereta awan dan setelah beberapa saat kereta itu berhenti di depan istana terbesar di Gunung Lima Dewa – Istana Cheng En. Istana ini dihias dengan indah, kejayaan arsitekturnya terkenal di seluruh rimba raya. Menurut legenda, pada zaman dahulu kala, seorang pangeran dari Shen Nong melihat istana ini dan memulai perang dengan Gao Xing untuk mendapatkannya. Namun setelah Jun Di generasi ini naik tahta, dia tak menyukai kemewahan, atau perjamuan, atau godaan kaum wanita. Seluruh haremnya hanya terdiri dari seorang Selir, jadi istana Cheng En sangat sunyi.
Zhuanxu tersenyum pada Xiaoliu dan Shiqi, “Kita sudah sampai di Istana Cheng En.”
Xiaoliu tampak lelah dan menyandar pada lengan Shiqi, namun matanya terpejam rapat. Shiqi mengangguk pada Zhuanxu dan melangkah keluar dari kereta awan dan mengikuti sang pangeran masuk istana.
“Ini adalah Griya Hua Yin, aku sudah tinggal di sini sejak aku datang ke istana. Kalian bisa tinggal di sini untuk saat ini. Kemarin saat kita sampai di gunung, hari sudah larut jadi aku tak pergi melapor pada Guruku. Hari ini setelah sesi rapat selesai, aku akan pergi menemui Guruku dan melaporkan bahwa aku telah membawamu kemari. Xiaoliu, bersiaplah, Yang Mulia bisa memanggilmu kapan saja.”
Xiaoliu membuka matanya. “Beri aku obatnya!”
Zhuanxu tertawa, “Aku bisa merawat luka di kakimu, tapi kalau kau sembuh, jangan pernah berpikir untuk berlarian ke mana-mana. Kalau kau sampai bertemu dengan Ah Nian, bukan hanya kedua kakimu yang patah.”
Xiaoliu menatap Zhuanxu, ingin mengatakan sesuatu namun tak bisa, kemudian berkata, “Aku lapar.”
Zhuanxu memerintahkan para dayang untuk membawakan makanan, dan setelah Shiqi dan Xiaoliu selesai makan, kepala dayang membawa mereka untuk membersihkan diri. Shiqi menggendong Xiaoliu hingga ke tepi kolam dan Xiaoliu berkata, “Para dayang akan mengurusku, kau pergilah mandi dan cucilah semua kotoran dari dalam penjara.”
Dua orang dayang membantu Xiaoliu mandi dan berpakaian, dan ketika dia keluar Shiqi sudah mandi dan berpakaian serta menunggu di luar. Saat pria itu melihat para dayang membawa Xiaoliu keluar, dia pun bergegas menghampiri.
Gao Xing adalah sebuah negara dengan musim semi abadi, jadi pakaian mereka tipis dan longgar, gaya pakaiannya melambai ringan. Saat ini Shiqi mengenakan jubah Gao Xing biru dengan lengan lebar dan sebuah sabuk sederhana, sebuah mahkota melingkari rambutnya. Saat dia berjalan, seakan dia sedang melangkah di atas awan, bagai dirinya adalah perwujudan bulan biru, gerakannya luwes bagai ombak.
Kedua dayang itu memandangi Shiqi dan Xiaoliu juga tak mampu mengalihkan pandangan. Shiqi kelihatan kaget dan sedikit menundukkan tatapannya, tapi dia suka bila Xiaoliu menatap dirinya seperti ini, jadi dia terus mengunci pandangannya pada gadis itu saat dia menghampiri.
Xiaoliu menggoda, “Tak heran ada seorang gadis yang belajar menari selama sepuluh tahun untuk coba-coba memikatmu. Setelah kau pulang, takkan kurang jumlah wanita yang melemparkan diri mereka padamu.”
Shiqi tampak gelisah dan cemas kalau-kalau Xiaoliu akan salah paham dan cengan cepat berkata, “Aku takkan lihat.”
Xiaoliu merasakan suatu rasa manis di hatinya tetapi tak mau pria itu melihatnya, jadi dengan sengaja dia memalingkan kepala. “Kau lihat atau tidak tak ada hubungannya denganku.”
Tabib datang untuk merawat luka Xiaoliu dan Shiqi tinggal untuk membantu. Tabib mengoleskan obat dan kemudian membungkus kaki tersebut dengan papan kayu supaya tulang-tulangnya bisa pulih. Xiaoliu merasa seakan kedua kakinya dicelup ke dalam air dingin dan nyaris tak bisa merasakan sakit sedikit pun.
Sang tabib berkata, “Berusahalah untuk tidak memakai kakimu, kalau kau beristirahat maka kakimu akan sembuh paling cepat dalam sebulan dan paling lambat tiga bulan.” Xiaoliu tersenyum dan berterima kasih kepada sang tabib, kemudian memintanya untuk memeriksa Shiqi. Setelah tabib itu memeriksa, dia memberi sejumlah obat kepada Shiqi untuk luka-luka dalamnya.
Setelah sang tabib pergi, Xiaoliu berkata kepada Shiqi, “Meski luka-lukamu meninggalkan bekas, yang bahkan tak bisa dihapus oleh obat-obatan ajaib yang paling hebat….” Biasanya luka apapun akan amat sulit untuk meninggalkan bekas pada Dewa manapun, tetapi ketika Tushan Hou menyiksa Shiqi, setiap kali selesai dia akan memakai sebuah air khusus pada luka-luka Shiqi supaya membuatnya tetap sadar dan merasakan sakitnya dengan lebih baik, dan juga menerakan luka-luka memalukan pada tubuhnya. Bertahun-tahun yang lalu Xiaoliu memikirkan tentang bagaimana cara menyingkirkan bekas-bekas luka yang mengerikan itu, tetapi setelah setahun berlalu dan setelah mencari semua obat-obatan ajaib di dunia, dia mendapati bahwa bekas lukanya takkan bisa dihapuskan.
Xiaoliu menatap kaki Shiqi. “Tapi Gao Xing memiliki banyak obat-obatan khusus, mungkin bisa menyembuhkan kakimu.” Luka pada kaki kanan Shiqi, karena kekuatan spiritualnya, saat dia berjalan cepat tidak terdeteksi bahwa dia sebenarnya cacat, namun saat dia berjalan lambat, jelas terlihat kalau dia pincang.
Shiqi menggelengkan kepalanya. “Aku tak peduli.”
Xiaoliu tersenyum dan kemudian menguap. Shiqi berkata, “Kau tidurlah.”
Xiaoliu mencengkeram lengan bajunya. “Kau tidur juga. Tapi aku tak mau kau pergi.”
“Aku bisa tidur sambil menyandar.” Shiqi duduk di atas dipan dan menyandar ke samping. Xiaoliu memejamkan matanya namun tangannya terus memainkan lengan baju Shiqi. Shiqi mengambil secangkir air dan memeganginya di tangan. Sebuah kabut putih membubung dari cangkir itu dan mengelilingi Xiaoliu. tangan Xiaoliu perlahan-lahan berhenti bergerak.
Shiqi merasa sepertinya Xiaoliu berusaha keras untuk mengendalikan kegugupannya sejak mereka meninggalkan penjara. Shiqi menyimpulkan bahwa ini ada hubungannya dengan Jun Di. Hal ini mungkin tak berhubungan dengan kekuasaan sang Kaisar, melainkan karena siapa dirinya.
Shiqi memegangi tangan Xiaoliu erat-erat dan berkata dengan suara rendah, “Tak peduli apapun yang terjadi, aku akan selalu bersamamu.”