Buku Panduan Neraka - Chapter 94
Kilatan cahaya putih muncul di dalam rumah dan Kano Mai menyaksikan ketika Su Jin muncul di hadapannya. Pria itu hanya pergi selama kira-kira satu menit di dunia nyata, tapi selama waktu ini Kano Mai sudah merasa luar biasa cemas. Begitu dia melihat kalau Su Jin sudah kembali lagi dengan selamat, dia pun menghembuskan napas lega kuat-kuat.
“Aku mendapatkannya!” Su Jin menyeringai seraya mengangguk pada Kano Mai. Tapi sebelum dia bisa melanjutkan dengan detil lebih jauh, dirinya roboh ke lantai.
“Jin!” Kano Mai memucat seraya buru-buru membantu Su Jin bangkit. Tapi sama sekali tak ada tenaga sedikit pun yang tersisa dalam tubuh Su Jin. Kalau Kano Mai melepaskannya, dia akan langsung menggelosor ke lantai.
“Apa yang terjadi padaku?” Su Jin juga luar biasa syok. Dia baik-baik saja ketika meninggalkan mausoleum Anubis. Apa yang terjadi? Apa dia tiba-tiba jadi lumpuh?
Tapi dengan cepat dirinya dilanda suatu sensasi yang sangat aneh. Tiba-tiba dia menyadari bahwa sekelilingnya telah menjadi luar biasa jelas baginya. Dia bisa melihat setiap partikel debu, merasakan hembusan udara bahkan yang paling samar dan melihat titik cahaya paling kecil.
Rasanya seakan dia bisa membedakan semuanya dan melihatnya secara terpisah. Ini adalah suatu perasaan yang ajaib sekaligus menakutkan. Su Jin bahkan bisa mendengar suara darahnya mengalir melewati pembuluh-pembuluh darahnya. Yang satu terdengar seperti deru sungai yang mengarah menuju air terjun, sementara yang lain terdengar seperti aliran kecil melewati hutan.
Segera dia menyadari bahwa yang terdengar seperti deru sungai sebenarnya adalah aliran darahnya sendiri, karena tubuh fisiknya sangat kuat. Yang lebih lemah adalah milik Kano Mai.
Setelah mengamati suara-suara yang didengarnya sedikit lebih lama lagi, dia menyadari bahwa ada suara-suara mengalir lain selain kedua suara ini. Dengan cepat dia menemukan bahwa suara-suara lain ini bukan berasal dari pembuluh darahnya. Suara-suara ini sepertinya datang dari dalam kepalanya dan mungkin ada hubungannya dengan psikokinesisnya.
Dia mengaktifkan Kekuatan Jiwanya dan melihat angka yang ada di sudut. Batas atasnya telah mencapai 300!
Mulanya Su Jin tercengang, tapi segera dia menyadari apa yang pasti telah terjadi. Selama dia berada di dalam mausoleum Anubis, dia telah menyelesaikan perjalanan penebusan dirinya dan telah memahami konsep-konsep yang tak teraba dan sulit untuk didefinisikan.
Dengan kata lain, dosa hanya ada karena adanya hukum-hukum tertentu yang mendefinisikannya sebagai dosa. Definisi tepat dari dosa akan beragam tergantung pada aturan-aturan mana yang kau ikuti, jadi penebusan dan pertobatan tidak ada artinya.
Pemahamannya tentang ide ini telah banyak meningkatkan Kekuatan Jiwanya.
Dalam istilah Taoisme, Su Jin telah mencapai pencerahan dan memahami Dao.
Menurut legenda-legenda Tiongkok yang dia tumbuh besar dengan mendengarnya, para Taois yang memahami Dao bisa lanjut menjadi kaum abadi. Su Jin jelas takkan menjadi kaum abadi, tapi pengalaman ini telah banyak meningkatkan Kekuatan Jiwanya.
Kini Su Jin yakin tentang suara-suara yang dia dengar, tapi dia juga menemukan bahwa selain mendengar suara aliran darahnya dan Kano Mai, dia bisa mendengar lebih banyak lagi suara-suara semacam itu datang dari luar rumah. Suara-suara ini jauh lebih kuat daripada miliknya sendiri dan kini sedang mendekati rumah.
“Mai, dengarkan aku. Beberapa orang telah menerobos ke dalam rumah kita, jadi kau harus hati-hati!” Su Jin tak bisa bergerak, tapi dia tak punya masalah dalam memakai Kekuatan Jiwanya untuk mengawasi sekelilingnya.
Mata Kano Mai melebar, kemudian dia langsung mengambil Pembisik Ruh dari dalam Buku Panduannya. Dia tak pernah meragukan apa yang Su Jin katakan.
“Lebih baik kita sembunyi lebih dulu.” Kano Mai mengambil kursi roda dari dalam Buku Panduannya dan menggendong Su Jin untuk duduk di situ.
Su Jin mendapati bahwa sangatlah aneh karena Kano Mai punya kursi roda di antara barang-barang Buku Panduannya, tapi ini bukan saatnya untuk bertanya. Wanita itu lalu mendorong Su Jin naik ke lantai dua.
“Oke, Profesor, apa rencanamu?” tanya Kano Mai.
“Profesor?” Su Jin kebingungan. Sejak kapan dia jadi seorang profesor?
Kano Mai menutupi mulutnya dan tertawa. “Apa kau belum pernah nonton X-Men sebelumnya? Kau punya kekuatan psikokinesis dan sekarang kau terjebak di atas kursi roda. Tidakkah menurutmu kau persis seperti dia?”
Su Jin menyadari kalau sekarang dirinya memang mirip Profesor X, kecuali bahwa kepalanya masih penuh dengan rambut.
“Aku belum punya rencana… orang-orang yang menerobos ini sepertinya adalah petarung yang cukup hebat, jadi sepertinya kau tak mungkin bisa membereskan mereka sendirian. Aku akan mengeluarkan sedikit poin saja dan kita bisa bersembunyi di dalam Bar Neraka.” Kalau Su Jin bisa bergerak secara normal, dia bisa dengan mudah membereskan orang-orang ini.
Bagaimanapun juga Kano Mai adalah penembak jitu. Bahkan meski sebelumnya wanita itu telah mengkonsumsi eliksir penguat tubuh, pertarungan jarak dekat tetap bukan keunggulannya. Kalau Kano Mai berada di tempat yang lebih jauh dan lebih tinggi dari para penyusup ini, dia bisa menembak mereka dengan mudah. Tapi kini mereka tidak berada di tempat yang terlalu bagus untuk melakukan hal itu.
“Mungkinkah lagi-lagi orang-orang itu berasal dari Departemen Urusan Supernatural?” Pemikiran pertama Kano Mai adalah bahwa orang-orang itu adalah Situ Jin dan timnya lagi. Dia tak bisa memikirkan orang lain yang akan berusaha melakukan serangan secara diam-diam pada mereka seperti ini.
Su Jin menggelengkan kepalanya. Dia bisa merasakan kegiatan mereka, tapi dia tak bisa menerka siapa mereka.
“Apa kau punya peluru bius?” tiba-tiba Su Jin bertanya.
Kano Mai mengangguk. “Ya!”
“Bagus. Aku akan jadi matamu, sementara kau cobalah menembak mereka dan membuat mereka pingsan. Nanti aku akan memikirkan cara untuk menanyai mereka,” ujar Su Jin. Dia berpikir bahwa lebih baik mencari tahu siapa sebenarnya orang-orang ini. Rasanya sangat menggelisahkan kalau punya musuh yang bersembunyi dalam bayang-bayang.
“Mereka di sini!” Su Jin menyelimuti seluruh rumah dengan Kekuatan Jiwanya dan mendeteksi ada tujuh orang di dalam rumah.
“Ada seseorang yang naik ke atas, sebentar lagi dia akan muncul di depan tangga. Orang paling dekat dengannya berjarak lima meter,” Su Jin berbisik pada Kano Mai.
Kano Mai mengangguk dan ada kilatan di matanya ketika wanita itu bersiap untuk menembak. Dia mengincar dan sebuah peluru ungu meluncur keluar dari Pembisik Ruhnya. Namun ketika peluru ini ditembakkan, orang yang seharusnya muncul di depan tangga belum muncul.
Namun orang itu muncul persis ketika pelurunya mencapai depan tangga, seakan orang itu datang menyambut pelurunya. Kano Mai memang sehebat ini.
Kemampuan menembak Su Jin berada di atas rata-rata dan kalau dia bergabung dengan militer, dia akan menjadi penembak terhebat di antara mereka semua, terutama karena tubuh fisik dan pengendaliannya jauh lebih baik daripada manusia biasa. Tapi dibandingkan dengan Kano Mai, kemampuannya sama sekali tak bisa disebut-sebut.
Orang yang tertembak sedikit gemetar tapi tidak roboh. Alih-alih, dia menatap ke arah tempat Su Jin dan Kano Mai bersembunyi dan melontarkan seulas senyum menakutkan pada mereka.
“Sial!” Su Jin dan Kano Mai menyadari kalau mereka berada dalam masalah. Kano Mai menyerah mengunakan kursi roda dan menggendong Su Jin sebelum berpindah tempat dalam sekejap.
Kurang dari dua detik setelah mereka berpindah, satu sosok muncul dari suatu sudut gelap dan berdiri di tempat kedua orang itu terakhir berdiri.
“Lumayan juga, huh!” Si pria kedua menyeringai, kemudian memanggil orang yang ada di atas tangga, “Kau baik-baik saja?”
“Tentu saja! Ini sepertinya peluru bius sih. Aku kaget karena mereka masih merupakan jiwa-jiwa baik hati di antara para pemilik Buku Panduan Neraka. Pemilik mana yang memakai peluru bius untuk menyerang musuh?” Pria yang ada di atas tangga meledakkan tawanya.
Mata Su Jin dan Kano Mai melebar. Orang-orang ini bukan orang biasa. Orang-orang ini adalah para pemilik Buku Panduan seperti mereka. Tapi kenapa orang-orang ini menyerang mereka?
“Oho! Ketemu!” Pria kedua berbalik dan menghilang lagi.
“Awas!” Su Jin mendesis. Kurang dari satu detik kemudian, pria kedua muncul di belakang Kano Mai dan mengayunkan dua belati tajam di tangannya ke arah leher wanita itu.
Berkat peringatan Su Jin, Kano Mai melepasan Su Jin dan menyarangkan tendangan putar pada penyerangnya yang jelas merupakan hal tepat untuk dilakukan dalam situasi ini. Kalau dia malah memilih untuk berlari, dirinya akan sudah diserang oleh orang lain, jadi hal terbaik untuk dilakukan saat ini adalah balas menyerang.
Pria itu juga tidak menyangka kalau Kano Mai akan memilih untuk melawannya. Dia toh bisa saja lanjut menusuk wanita itu dengan belatinya, tapi tetap berada dekat dengan Kano Mai juga akan berarti bahwa wanita itu akan menendangnya tepat di dada.
Bagaimanapun juga dia dan rekan-rekannya lebih unggul, jadi mereka tak perlu membiarkan diri mereka terluka hanya demi memahami Su Jin dan Kano Mai.
Jadi, dia memilih bergerak mundur dan menyerah melawan Kano Mai. Kano Mai juga menarik kembali kakinya, mengangkat Su Jin lalu berlari ke jalan buntu.
Bagi sebagian besar orang, menyembunyikan dirimu sendiri di jalan buntu ketika sedang dikejar merupakan hal terbodoh yang bisa dilakukan seseorang. Tapi Kano Mai tak punya pilihan. Mereka terjebak di dalam rumah dan sangat kalah jumlah. Lebih berbahaya kalau membiarkan punggung mereka tak terlindung.
Kano Mai telah memilih sebuah tempat di mana mereka bisa menahan para penyerang mereka selama beberapa saat. Dengan demikian, Su Jin bisa memilih untuk entah memasuki Bar Neraka atau melanjutkan dengan rencana apa pun yang mungkin dia miliki.
Tapi sebenarnya, Su Jin sudah menyadari kalau saat ini dia memiliki masalah yang berbeda. Dia sama sekali tak bisa bergerak dan memasuki Bar Neraka membutuhkan dia menggunakan tangannya. Dengan kata lain, pergi ke Bar Neraka bukan merupakan pilihan untuk saat ini.
“Mai, pergilah sendiri ke Bar Neraka! Sekarang!” Su Jin berbisik pada Kano Mai. Semuanya sudah jadi terlalu berbahaya dan dia berpikir bahwa tak perlu bagi mereka berdua untuk berakhir sama-sama mati ketika sebenarnya ada jalan keluar.
Namun Kano Mai menggelengkan kepalanya dan menolak tanpa ragu. Su Jin tak pernah menyerah atas dirinya ketika mereka berada dalam Tantangan Dongeng Horor, jadi dia juga takkan menyerah atas Su Jin.
“Gadis bodoh, ini bukan waktunya untuk membuktikan kesetiaanmu! Cepat pergilah!” Su Jin mulai panik. Dia terharu karena Kano Mai memilih untuk tidak meninggalkan dirinya di sini, tapi dia masih merasa kalau melakukan hal itu sangatlah bodoh.
Kano Mai mengabaikan dirinya dan terus memeganginya, tak mau menyerah. Su Jin hanya bisa mendesah lelah. Kemudian lagi, rasanya cukup menyenangkan kalau digendong seperti ini. Tubuh Kano Mai benar-benar sempurna!
Kano Mai bisa merasakan apa yang Su Jin pikirkan dan dia pun langsung mengetukkan buku-buku jarinya ke kepala Su Jin, langsung membuat pria itu malu. Siapa pun yang tidak mengenal dengan lebih baik akan mengira kalau Kano Mai-lah yang punya kekuatan psikokinetik dan bisa membaca pikiran Su Jin.
“Pameran cinta kalian saaangat menyentuh!” Pria yang telah berusaha menyerang Kano Mai tadi muncul di depan mereka dengan seulas senyum tanpa perasaan di wajahnya, kini mereka bisa melihatnya dengan jelas, dan yang membuat mereka terkejut, ternyata orang ini adalah pria kulit putih berambut pirang dan bermata biru!