Buku Panduan Neraka - Chapter 322
Kulkasnya terletak di bagian dapur yang paling mencolok dan Su Jin cukup yakin dia akan menemukan makanan di dalamnya. Tetapi menilik situasinya saat ini, sebuah kulkas di tempat yang terlihat jelas sebenarnya cukup seram baginya.
Plot device umum dalam cerita-cerita dan film horor adalah membunuh satu karakter ketika mereka membuka sesuatu. Caranya bukan cuma membuka pintu menuju tempat tak diketahui, tapi juga membuka laci untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Dia harus membuka kulkasnya demi mendapatkan makanan, yang bisa menjadi adegan film horor sempurna.
“Aku tak bisa membukanya begitu saja, aku perlu mencari cara lain untuk melakukannya.” Su Jin tak mau berjalan mendekat dan membukanya begitu saja. Dia mengedarkan pandangan dan menemukan sejumlah benang ikat. Dia membelitkan beberapa benang itu jadi satu, kemudian mengikat satu ujungnya ke pegangan kulkas sehingga dia bisa menarik terbuka pintunya dari jarak jauh.
Begitu jaraknya cukup jauh, Su Jin menarik benangnya kuat-kuat dan pintu kulkas pun terbuka. Suatu cairan hitam langsung menyembur, dan bagian benang mana pun yang terkena cairan itu langsung meleleh.
Mulut Su Jin berkedut gugup. Dia sangat bersyukur dirinya tak membuka pintu itu dengan tangannya sendiri. Akan mustahil untuk menghindari cairan hitam tersebut dan dirinya pasti akan terbunuh kalau sampai kena.
Dia menunggu selama beberapa saat sebelum menghampiri kulkas itu. Dia membuka pintunya sedikit lebih lebar lagi dan melihat kalau kulkas itu penuh dengan bahan makanan.
Rencana awal Su Jin adalah mengambil sembarang bahan makanan begitu saja, kemudian kembali untuk menukarkannya dengan pecahan terakhir. Tapi sejenak dia meragu, kemudian menarik beberapa bahan lain dari kulkas lalu bersiap untuk memasak.
Permintaan dari si pria berperban sangatlah jelas. Dia menginginkan makanan, bukan sekedar bahan makanan. Meski Su Jin beranggapan kalau katak dan tikus yang diterima pria itu tak bisa dianggap sebagai makanan, dia tak mau mengambil risiko. Kalau pria berperban itu akan bersikeras mendapatkan sesuatu yang patut untuk dimakan dan Su Jin cuma membawa pulang sejumlah daging mentah, mungkin saja dagingnya takkan diterima.
Dan jika hal itu sampai terjadi, semua upayanya akan sia-sia dan dia akan membuang amat banyak waktu. Jadi, dia memutuskan kalau lebih baik sedia payung sebelum hujan.
Dapurnya memiliki semua yang dia butuhkan, jadi dia pun menggoreng sejumlah sayuran, membungkusnya ke dalam kantong plastik, dan bersiap untuk pergi. Di saat-saat terakhir, dia berbalik untuk mengambil beberapa bilah pisau. Jika memungkinkan, lebih baik mempersenjatai dirinya.
Setelah berjalan keluar dari kafetaria, dengan hati-hati dia berjalan memutari orang yang menjaga pintu masuk, kemudian kembali ke bangsal. Kesunyian di koridor benar-benar bisa membuat orang panik.
Klang!
Persis pada saat itulah, suara berkelontang yang familier berkumandang, membuat Su Jin sedikit bergidik. Apa ada lebih dari satu perawat monster? Dia pun buru-buru merunduk memasuki toilet terdekat dan mengintip dari balik sudut.
Segera dia mendapati kalau monster yang berjalan mengelilingi koridor bukanlah perawat monster, melainkan seorang dokter pria dengan kacamata berbingkai emas. Beberapa suntikan tertusuk pada tubuhnya, dan kedua tangannya adalah pisau bedah raksasa.
Persis seperti si perawat monster, si dokter monster akan membuka pintu setiap bangsal, berjalan masuk, kemudian berjalan keluar lagi tak lama setelahnya.
Su Jin menahan napas seraya menghitung waktu yang dibutuhkan oleh si dokter monster di dalam masing-masing bangsal. Begitu dia yakin kalau si dokter membutuhkan waktu kira-kira satu menit, dia pun berjalan keluar dari toilet begitu si dokter berjalan memasuki bangsal berikutnya. Kali ini, Su Jin tak berani bersuara sedikit pun dan berjalan dengan amat hati-hati. Masalahnya adalah, berjalan seperti itu sangatlah lambat.
“Tiga satu, tiga dua, tiga tiga…,” Su Jin menghitung dalam kepala. Dia harus tiba di tangga sebelum mencapai angka enam puluh, kalau tidak dirinya mungkin akan ketahuan oleh si dokter monster.
“Lima puluh, lima satu, lima dua….” Keringat mulai bermunculan di dahinya. Koridornya sungguh terlalu panjang, dan dia tak berani berjalan lebih cepat lagi. Sisa waktu yang dia punya tinggal beberapa detik, tapi kalau terus begini, rasanya dia takkan berhasil tiba di ujung koridor.
Dia tak punya pilihan lain. Ditatapnya bangsal di sebelahnya dan memutuskan untuk menyembunyikan diri di dalamnya sampai si dokter pergi ke bangsal berikutnya.
Dengan pemikiran itu, dia pun menekan gagang pintu dan mendorongnya terbuka, lalu menyelinap ke dalam bangsal. Si dokter keluar persis ketika dia masuk.
Su Jin menghembuskan napas lega. Kalau barusan tadi dia ragu-ragu sejenak lebih lama saja, dirinya akan sudah ketahuan. Si dokter monster memiliki bentuk dan ukuran tubuh yang mirip dengan manusia biasa, jadi dia takkan terhalang oleh koridor sempit seperti halnya si perawat. Akan jauh lebih sulit untuk lepas dari monster ini.
“Apa-apaan….” Su Jin berbalik untuk melihat bangsal tempatnya berada dan dibuat terlalu tertegun untuk bicara. Sama sekali tak ada ranjang di dalam bangsal ini, jadi tentu saja tak ada pasiennya. Sebagai gantinya, ada perangkat-perangkat yang tampak seperti freezer besar. Tutupnya terbuat dari kaca, tapi berselimut kabut dan mustahil untuk melihat apa yang ada di dalamnya.
Ada tiga perangkat macam itu di dalam bangsal, jadi Su Jin memilih satu dan memakai tangannya untuk menyeka kabut di kaca. Dia bisa melihat kalau ada sesuatu di dalamnya tapi tak yakin apa itu.
“Apa yang ada di dalam sini?” Su Jin mengernyit seraya menempelkan wajahnya ke kaca, berharap bisa melihat lebih jelas.
Bam! Sebentuk wajah tiba-tiba membentur kaca dari dalam. Wajah itu terpelintir, penuh dengan kesakitan dan matanya terpejam rapat. Sosok itu kelihatan seperti sedang bermimpi – orangnya membeku sejenak sebelum jatuh kembali ke dalamnya.
“Benda ini berisi… orang hidup?” Su Jin amat terkejut. Ada orang hidup di dalam bangsal ini, tetapi mereka terkurung di dalam suatu perangkat alih-alih berbaring di ranjang.
Dia melangkah mundur dan mengamati perangkat-perangkatnya sepintas, tapi tak mendapat penemuan yang berguna. Dia hanya menyadari adanya sesuatu yang mirip dengan pipa penghubung pada kedua sisi dari masing-masing perangkat.
Dia ingin mengamati lebih dekat, tapi tak punya banyak waktu. Kalau dia menunggu lebih lama lagi, si dokter monster mungkin akan menemukan dirinya, jadi dia harus meninggalkan tempat ini untuk saat ini.
Suara pintu bangsal dibuka bergema di koridor. Su Jin langsung membuka pintu, kemudian berjalan keluar setelah memastikan kalau si dokter monster sudah berjalan memasuki bangsal lainnya. Kali ini, dia berhasil mencapai ujung koridor dan berjalan kembali ke bangsalnya sendiri.
Dia berjalan masuk untuk melihat si pria berperban menarik-narik perban di tubuhnya dengan ekspesi lapar, memperlihatkan lebih banyak tulang lagi. Dia langsung melompat ke arah Su Jin ketika melihat pria itu kembali.
Su Jin langsung menyerahkan kantong berisi sayuran matangnya dan berkata, “Ini makananmu. Berikan potongan terakhirnya!”
Tanpa ragu si pria berperban memberikan pecahan terakhir pada Su Jin, kemudian mulai melahap sayuran yang dia dapat dari Su Jin. Su Jin pun kembali ke ranjangnya dan menyatukan keempat pecahan itu.
Seharusnya ini adalah kunci, tapi keempat pecahan ini kelihatannya pas untuk membentuk sebuah segitiga. Namun asalkan bisa membuka pintu yang bisa membantunya keluar dari rumah sakit ini, bentuknya tak jadi masalah.
Dia berusaha menyatukannya dan persis seperti tebakannya, keempat pecahan itu memang membentuk sebuah segitiga yang ukurannya kira-kira sebesar telapak tangannya.
Pria berperban sudah selesai memakan sayurannya lalu menepuk-nepuk perutnya seakan merasa amat puas. Tapi persis pada saat itulah, suara berdentam menggema di koridor luar dan si pria berperban pun langsung memegangi kepalanya dan gemetar ketakutan.
“Si dokter monster juga akan memasuki bangsal ini?” Su Jin membeku ketika dia teringat pada apa yang terjadi saat dia pertama kali memulai Tantangan ini. Dirinya berada dalam kondisi setengah sadar dan samar-samar dia ingat kalau ada seseorang di sebelah ranjangnya, memandanginya dari atas ke bawah.
Sekarang suara itu persis berada di luar bangsal Su Jin. Dia pun buru-buru kembali berbaring di ranjang dan sepintas melihat pasien di sebelah kanannya yang telah menutupi seluruh dirinya dengan selimut.
“Apa itu… petunjuk?” Su Jin pun ikut menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut.
Pintu bangsal berderit terbuka, diikuti oleh suara langkah kaki berat. Si dokter monster jelas-jelas sudah memasuki bangsal dan si pria berperban mulai terisak.
Su Jin mengintip lewat celah kecil di selimut unntuk melihat kalau si dokter monster sedang berdiri di samping si pria berperban. Si dokter memeriksa pria itu dan berkata, “Lumayan, lumayan. Sebentar lagi kau akan berhasil!”
Kemudian tiba-tiba si dokter mencabut salah satu suntikan yang menancap di tubuhnya, menindih si pria berperban, kemudian menusukkan suntikan itu ke lengan si pria.
Su Jin menatap syok. Pria itu sudah tak lebih dari tulang belulang, tapi jarumnya masih bisa menusuknya. Setelah suntikan diberikan, si pria jadi lunglai dan roboh ke ranjang.
Si dokter memberinya anggukan puas, kemudian berjalan menuju ranjang Su Jin.
Alis Su Jin mengernyit. Sekarang dia sudah mendapatkan jawabannya. Buku Panduan telah mengatur adegannya di bagian ketika dirinya baru saja disuntik, jadi dia hanya bisa samar-samar ingat melihat sesuatu sebelum jatuh pingsan.
“Aku harus disuntik lagi?” batin Su Jin gelisah. Tapi dia tak terlalu takut. Mendapat satu dosis obat bius takkan membuatnya terbunuh, tapi tetap lebih baik kalau bisa menghindarinya.
Namun ketika si dokter sampai ke ranjangnya, dia tak mengatakan apa-apa. Su Jin sama sekali tak berani bergerak dan bahkan tak berani mengintip. Dia berusaha menahan napasnya dan memastikan dirinya tidak bersuara sedikit pun.
Waktu bergerak amat lambat ketika Su Jin menghitung detik demi detik dalam diam. Si dokter sudah berada di dalam selama kurang dari satu menit, tapi rasanya seakan sudah ribuan tahun berada di sini.
Persis pada saat itulah, sebuah tangan besar mendarat di atas selimut Su Jin dan mengerahkan banyak tenaga pada Su Jin. Apakah itu merupakan tanda kalau dirinya takkan bisa lolos dari suntikan ini?