Buku Panduan Neraka - Chapter 295:
Di Pulau Kesalahan, kedua tangan Chu Yi berlumuran darah. Dia terus memegangi betisnya karena ada luka tusuk yang cukup parah di situ.
“Sial! Padahal kukira bahkan jika tubuhku dipulihkan ke kondisi awal, aku tetap akan lebih dari mampu untuk bertarung. Tak kusangka malah bertemu dengan musuh yang tangguh,” maki Chu Yi dalam batin. Dia tak berani bersuara sedikit pun, karena pria yang seperti monster itu masih memburu dirinya.
Beberapa saat kemudian, seorang pria berjalan mendekat. Dia memeriksa area itu dengan kilatan keji di matanya lalu mengernyit. Mangsa ini sangat sulit untuk ditangkap dan amat berpengalaman. Meski dia sudah melukai betis mangsanya dengan cukup parah, mangsanya itu masih berhasil kabur.
“Tunjukkan dirimu sendiri! Aku ingat kalau kau adalah salah seorang rekan satu tim dari Su Jin dan Kano Mai, jadi aku tidak akan melepaskanmu. Tapi kalau sekarang kau menampakkan diri, aku akan membunuhmu dengan sekali serang. Kalau kau terus bersembunyi, aku akan membuat saat-saat terakhirmu jadi seperti di neraka,” ujar pria itu dengan sikap tenang.
Chu Yi tak tahu bagaimana hubungan antara orang ini dengan Su Jin dan Kano Mai, tapi dia tahu kalau orang ini tidak sedang bercanda. Kalau orang ini sampai menemukan dirinya, dia akan berakhir dengan nasib lebih buruk dari mati.
Si pria terus bercokol di sekitar situ selama beberapa menit lagi, kemudian menyerah dan bergerak ke arah lain. Chu Yi tetap diam di dalam kegelapan, dan beberapa menit kemudian, pria itu muncul kembali. Seperti yang telah Chu Yi perkirakan, pria itu kembali lagi setelah lewat beberapa saat. Kalau tadi Chu Yi keluar dari tempat persembunyiannya karena berpikir bahwa dirinya sudah aman, dia pasti akan jadi bulan-bulanan.
Pria itu akhirnya benar-benar menyerah dengan area ini dan berlari pergi dengan cepat. Chu Yi juga menghembuskan napas lega kuat-kuat. Dia sampai bisa bertarung dengan orang ini karena dia melihat orang ini sedang berusaha membunuh pemilik lain. Insting pertama Chu Yi adalah berusaha menghentikan dia dari membunuh pemilik lain, tapi yang membuatnya ngeri, pria ini ternyata sangat keras kepala dan luar biasa kuat. Hanya butuh satu pancaran qi pedang dari orang ini untuk menusuk betisnya.
Untung saja, Chu Yi bukanlah seniman beladiri pemula yang tak berpengalaman. Dia memakai pengalamannya untuk menemukan cara melepaskan diri dari orang ini, kemudian membuat beberapa umpan di sepanjang jalan untuk menyesatkan orang ini, memberinya sedikit waktu untuk lari.
Namun orang ini sungguh mengerikan. Walaupun pada mulanya berhasil disesatkan oleh petunjuk-petunjuk Chu Yi, dengan sangat cepat orang ini menyadari kalau dirinya sudah disesatkan dan kembali mulai berlari ke arah Chu Yi. Bagian yang bagusnya adalah bahwa Chu Yi telah mendapat cukup waktu dan telah terus-terusan memasang lebih banyak petunjuk menyesatkan di sepanjang jalan. Begitulah caranya berhasil melewati krisis ini.
“Dia seorang mahaguru. Dia jelas seorang mahaguru. Dulu kukira guru-guruku cuma pura-pura kalau ada orang semacam itu demi memotivasi kami. Tak kusangka seorang mahaguru benar-benar ada!” Chu Yi mengoyak lengan bajunya dan membalut betisnya. Dia sudah memakai cukup banyak darahnya untuk membuat seakan dia kabur ke arah lain, tapi kalau dia terus membiarkan darahnya mengucur seperti itu, bahkan jika orang gila itu tidak menangkapnya, dia akan mati karena kehabisan darah.
“Boss! Kalian ada di mana?” Chu Yi menghela napas nelangsa.
Persis pada saat itulah, dia melihat sesuatu pada tanah di depannya bergerak. Hal ini membuat keringat dingin Chu Yi mengucur dan dia pun menyambar batu di sampingnya. Akan sulit baginya untuk menghindari serangan apa pun, karena luka pada betisnya membuat dirinya kesulitan untuk bergerak dengan cepat. Kalau penyerangnya adalah sosok berbahaya, berusaha lari dengan lukanya mungkin akan membuat dirinya terbunuh lebih cepat, jadi… dia menyadari kalau lebih baik coba-coba melawan saja.
Ketika dia menggerutu pada dirinya sendiri soal betapa sial nasibnya, Chu Yi mencengkeram batunya lebih erat lagi. Dia akan memberi serangan paling kuat yang bisa dikerahkannya pada apa pun yang keluar dari tanah begitu sesuatu itu keluar.
Persis pada saat itulah, permukaan tanah terbelah dan satu sosok yang berlumuran lumpur muncul di hadapan Chu Yi. Dia pun mengayunkan tangannya kuat-kuat.
“Chu Yi!” Persis pada saat itulah, sosok itu tiba-tiba memanggil nama Chu Yi.
Chu Yi menghentikan serangannya di tengah jalan dan mendapati kalau sosok berlumpur ini cukup familier. Ketika dia mengamati lebih dekat, dia menyadari kalau orang berlumpur ini ternyata adalah Wu Chen.
“Paman Wu! Kenapa… apa yang terjadi?” Chu Yi agak kebingungan dan tak bisa menerka kenapa Wu Chen bisa sampai muncul dari bawah tanah.
Wu Chen menatap batu di tangan Chu Yi dan matanya melebar. “Astaga! Untung saja aku meneriakkan namamu tepat waktu, kalau tidak kau akan berakhir membunuh Wu Chen tua malang ini.”
Chu Yi langsung melemparkan batunya ke samping dan tertawa sedih. “Habis Paman hampir tiba-tiba muncul dari dalam tanah, jadi aku harus mempersiapkan diri. Tapi sebenarnya, kenapa Paman ada di bawah tanah?”
“Aku tidak berada di bawah tanah. Aku cuma menggali lubang untuk diriku sendiri dan menguburkan diriku di dalamnya.” Wu Chen memutar matanya.
“APA?! Kenapa Paman berusaha bunuh diri?!” seru Chu Yi.
Wu Chen kembali memutar matanya dan menghela napas.. “Memangnya siapa yang bilang aku berusaha bunuh diri?”
“Paman mengubur diri hidup-hidup.”
“Memangnya mengubur diri hidup-hidup berarti aku pasti bakal mati? Pada akhirnya, aku kan berhasil memanjat keluar dari dalam lubang, iya kan?” ujar Wu Chen. “Sebelumnya, aku bertemu dengan orang gila yang sepertinya kenal dengan Jin dan Mai, tapi orang ini tak mau berhenti berusaha membunuhku! Untung saja, aku memiliki kemampuan penyamaran yang luar biasa. Kalau tidak, aku pasti sudah mati di tangannya.”
“Paman juga berpapasan dengannya?” Chu Yi terkaget-kaget. Dia cukup yakin kalau orang yang berusaha membunuh Wu Chen adalah orang yang sama dengan yang juga mengejar-ngejar dirinya.
Wu Chen terkejut. “Juga? Maksudmu… kau….”
Chu Yi menunjukkan luka di betisnya pada Wu Chen dan berkata, “Orang itu sangat ganas. Dia terus saja berlari mengejarku untuk membunuhku. Beberapa monster berusaha menghalanginya dan dia mengoyak-noyak makhluk-makhluk itu, secara harafiah.”
“Sialan! Siapa sih yang sudah disinggung oleh Jin dan Mai?” Wu Chen meninju tanah, kemudian berkata, “Kita tak bisa terus berlama-lama di sini. Dia pergi ke arah mana? Kita akan ambil jalan lain.”
“Ide bagus,” ujar Chu Yi tanpa ragu. Mereka saling memapah dan tersaruk-saruk pergi menuju arah berlawanan.
Sementara itu, Situ Jin baru saja berlari keluar dari rumah berhantu sambil menggenggam tangan Bo Ya. Mereka berdua sangat beruntung karena telah dikirim bersama-sama ke sebuah rumah berhantu. Total ada lima orang yang telah dikirim ke tempat yang sama, tapi cuma dia dan Bo Ya yang selamat.
“Bo Ya, terima kasih! Kalau saja kau tidak memecahkan teka-tekinya tepat waktu, kita berdua akan sudah mati,” ujar Situ Jin seraya terengah berat. Rumah berhantu itu sungguh mengerikan. Kalau saja rumah itu adalah sebuah Tantangan tersendiri, maka akan menjadi Tantangan Tingkat B yang melibatkan makhluk-makhluk supernatural. Dan mereka telah dilemparkan ke dalam tempat semacam itu tanpa kekuatan ataupun barang tambahan.
Bo Ya juga luar biasa ketakutan dan wajahnya pucat pasi. “Aku cuma sedang beruntung. Sebelumnya aku dan Mai pernah menjalani pelatihan pemecahan teka-teki. Aku juga tak menyangka kalau pelatihan itu ternyata akan berguna.”
Situ Jin langsung menanggapi, “Sepertinya kalau kita bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini, aku akan pastikan untuk melatih diriku sendiri di area-area yang di permukaan kelihatan tak berguna!”
Bo Ya mengangguk. “Sekarang apa yang harus kita lakukan? Apa kita cari rekan-rekan satu tim kita?”
“Yap. Paling aman kalau kita semua bergabung. Tapi sebelum hal itu terjadi, mari istirahat di sini dan memulihkan diri dulu sebentar.” Situ Jin menatap cemas pada Bo Ya. Dia jadi mulai bertanya-tanya apakah dia telah melakukan hal yang benar dengan sebelumnya membiarkan Bo Ya menjadi pemilik.
Pada saat bersamaan, Ye Yun dan Kano Mai sedang bertarung melawan seorang pria kulit hitam bertubuh gempal. Mulanya, pria itu menyerang Kano Mai secara diam-diam, dan ketika sedang kabur, Mai bertemu dengan Ye Yun, yang mendarat di dekat situ. Dan tentu saja, Ye Yun membantunya.
“Nona Ye, awas! Orang ini mahir dalam segala jenis teknik bertarung dan dia sangat tangguh!” Kano Mai menyeka darah di bibirnya. Tanpa bantuan benda apa pun dari Buku Panduan, fisiknya bukan tandingan seorang laki-laki. Dan sama sekali tidak membantu bahwa lawannya adalah seorang pria lebih tinggi berotot yang terlatih dalam beladiri campuran.
Ada senyum merendahkan di wajah pria berkulit hitam itu ketika berkata pada mereka, “Kukira aku cuma akan mendapat satu poin, tapi ternyata kau datang dengan teman dan sekarang aku akan dapat dua poin.”
“Kuharap aku bisa membuatmu menyadari hal ini dengan jelas – bertarung di antara kita sendiri itu tak ada gunanya. Sejak awal jumlah kita tidak banyak, jadi bahkan jika kau berhasil membunuh kami dan mendapatkan dua poin… coba pikirkanlah. Bagaimana mungkin kau akan bisa mendapatkan sisa delapan poin lagi dari jumlah orang yang tersisa?”
“Mengumpulkan poin hanya dimaksudkan untuk membangkitkan kembali orang yang mati di dalam Tantangan ini. Tapi kalau kita bekerjasama, kesempatan bertahan hidup bagi kita semua akan jadi jauh lebih tinggi. Sekarang kau mungkin mendapat dua poin, tapi kalau kau tak mendapatkan delapan poin lagi, maka tak satu pun dari poin-poin perolehanmu yang akan bernilai. Menurutku bekerjasama akan jauh lebih berguna daripada berusaha mendapatkan dua poin yang bukan apa-apa ini dari kami,” Ye Yun berkata tenan pada pria itu.
Namun si pria langsung menggelengkan kepalanya dan menyeringai sinting ke arah Ye Yun. “Mengumpulkan poin? Kupikir kau sudah salah paham. Mengumpulkan poin-poin itu cuma bonus buatku. Yang kuinginkan adalah…. perasaan menggairahkan itu dari membunuh kalian berdua.”
“Seorang psikopat, huh.” Ye Yun mengernyit. Kalau pria ini adalah seorang psikopat, maka bicara tak ada gunanya. Dia pun memanggil Kano Mai, “Mai, bantu aku mengawasi dia! Aku yang akan mengurusnya!”
Kano Mai agak tertegun. Dia tak tahu bagaimana nona muda bertubuh mungil ini hendak bertarung melawan pria kulit hitam berotot itu, tapi sementara dirinya masih kebingungan, Ye Yun sudah berlari ke arah pria itu.
Si pria terkekeh dan berkata, “Kau sangat pemberani, tapi justru itulah! Membunuh orang sepertimu membuatku lebih bersemangat lagi!” Si pria pun melontarkan tinjuan ke arah Ye Yun.
Gawat! Kano Mai membatin. Si pria kulit hitam sangat hebat dalam bertarung, amat cepat sekaligus kuat. Kalau tinjuan itu mendarat pada Ye Yun, gadis itu pasti akan terluka parah.
Namun yang mengejutkan Kano Mai dan juga si pria kulit hitam, Ye Yun bergeser ke samping tepat waktu untuk menghindari tinju si pria, kemudian memakai ujung-ujung jemarinya untuk menusuk ke atas, dengan tepat menusuk ketiak pria itu.
“Aduh!” seru si pria kesakitan. Dengan marah dia berusaha mengangkat lengannya untuk mengoyak tubuh Ye Yun hanya untuk mendapati bahwa lengannya sepertinya sudah patah atau semacamnya. Dia sama sekali tak bisa mengangkatnya.
“Bagaimana…,” seru si pria dengan syok. Pada saat bersamaan, Ye Yun mengayunkan kakinya seperti cambuk dan menendang si pria persis di leher.
Pfft! Si pria menyemburkan darah dari mulutnya setelah dirinya ditendang, dan dibuat terlontar serta bergulingan seperti labu.
Kano Mai terlalu tercengang untuk berkata-kata. Ye Yun… sungguh luar biasa.
Si pria hitam berusaha untuk bangkit. Dia menatap tak percaya pada Ye Yun dan menggumam, “Kau mampu melepaskan tenaga dalammu, kau… kau adalah seniman beladiri dengan tingkat ahli!”
“Oh? Kau tahu apa artinya seniman beladiri pada tingkat ahli? Jadi ternyata kau bukan cuma tikus gym bego ya! Sekarang katakan padaku, di antara kita berdua, menurutmu siapa si pemburu dan siapa buruannya?”
Sorot ngeri muncul di mata si pria. Dia sangat pintar dalam bertarung, tapi… dirinya bukan tandingan seorang ahli seni beladiri, kecuali dia bisa memperoleh kembali kekuatan yang telah diberikan Buku Panduan kepadanya.