Buku Panduan Neraka - Chapter 225
Hanya dengan satu jari, Su Jin sudah menghancurkan jantung Miyamoto Tooru. Kemampuan bertarung Miyamoto Tooru memang telah meningkat setelah dia berhasil mencapai tingkatan mahaguru, tetapi dia tetap lebih lemah dibanding Chu Yi ketika berada di Tantangan Dongeng Horor, jadi dia jelas bukan tandingan bagi Su Jin yang sekarang.
Semua penonton di bangku mereka dibuat kaget bukan kepalang oleh apa yang baru saja terjadi. Mereka semua sudah bersiap untuk menyaksikan Miyamoto Tooru yang penuh kemenangan siap menyaksikan lahirnya seorang mahaguru baru di negara ini. Mungkin bahkan akan diadakan perjamuan untuk menghormati si pemuda malam ini juga dan setiap anggota dari masyarakat kelas atas Jepang akan hadir.
Tapi kini… perjamuannya takkan terjadi dan para anggota masyarakat kelas atas itu tak perlu repot-repot lagi untuk menghadirinya. Dan ini semua gara-gara seorang Su Jin.
Kalau perasaan para penonton ini bisa digambarkan sebagai syok, Miyamoto Takeshi bisa dibilang sudah nyaris kehilangan akal sehatnya. Putranya telah mencapai tingkat status mahaguru sebelum usia 30 tahun dan dia jelas akan membawa Keluarga Miyamoto menuju puncak negara atau bahkan seluruh dunia. Bagaimana… bagaimana dia bisa mati begitu saja?
Miyamoto Takeshi dan para petarung lain dari Keluarga Miyamoto menampakkan raut mengancam di wajah mereka dan semuanya memelotot garang pada Su Jin. Su Jin hanya menaikkan sebelah alis sebagai balasannya dan berkata dingin, “Ada apa? Kalian ingin membalas dendam untuknya?”
Kata-kata itu membuat semua anggota Keluarga Miyamoto bergidik. Membalas dendam kepada si pemuda? Bagaimana caranya? Miyamoto Tooru telah terbunuh dengan begitu mudahnya meski telah menjadi seorang mahaguru. Bagaimana caranya siapa pun dari mereka akan membalas dendam kepadanya?
“Bagaimanapun juga ini adalah pertarungan sampai mati. Karena Miyamoto Tooru sudah kalah, Keluarga Miyamoto tidak akan mengajukan keberatan sama sekali. Tapi… suatu hari kelak, keluarga ini akan menantangmu sekali lagi, Tuan Su. Ketika hari tiba, kuharap kau tidak akan menolak tantangan kami!” Miyamoto Takeshi menampakkan sorot penuh tekad di matanya ketika dia menempelkan bilah tajam pedang samurainya ke telapak tangan dan mengiris telapak tangannya sebagai cara untuk membuat sumpah.
Su Jin mengernyit. Dia tak mau siapa pun dari Keluarga Miyamoto membuat masalah di Tiongkok karena dirinya, kalau tidak, Situ Jin pasti akan mengamuk.
Dia memungut Shuusui dari lantai dan berkata, “Anda ingin menantang saya di masa mendatang? Tentu saja, tapi saya harap kalian semua akan menjaga sikap kalian hingga saat itu.” Tiba-tiba dia mengencangkan cengkeramannya dan mengeluarkan sejumlah besar qi pedang. Kemudian dia memakai psikokinesisnya untuk mengendalikan qi itu, membuatnya lebih menakutkan dan kuat lagi.
Buum! Terdengar ledakan keras ketika salah satu dinding bangunan itu runtuh dari kekuatan yang Su Jin kerahkan. Qi pedang yang tajam itu tidak berhenti di dinding tersebut. Qi tersebut terus bergerak maju dan memotong lurus membentuk sebuah jalan melintasi hutan di belakang dinding.
Semua orang di arena terperangah. Kekuatan tidak manusiawi macam apa ini?!
Tubuh Miyamoto Takeshi gemetaran dan dia nyaris terjatuh ke lantai. Sebelum ini, dia mengira Su Jin juga seorang mahaguru, kecuali bahwa pria itu telah menjadi mahaguru untuk waktu yang lebih lama. Itulah sebabnya kenapa dia bisa saja membunuh Miyamoto Tooru dengan begitu mudah ketika Miyamoto Tooru baru saja mencapai tingkat mahaguru, terutama karena kondisinya paling tidak stabil di antara kedua tahapan. Tetapi setelah Miyamoto Takeshi melihat apa yang baru saja Su Jin lakukan, dia menyadari bahwa ini adalah sesuatu yang bahkan tidak akan bisa dicapai oleh mahaguru tertua dalam keluarga. Pemuda Tiongkok ini ternyata adalah seseorang yang jauh lebih kuat daripada mahaguru.
Su Jin mengabaikan raut tak percaya di wajah-wajah para penonton. Dia berjalan menghampiri Kano Mai dan tersenyum. “Masalahnya sudah bisa dianggap beres, kan?”
“Nggak, masalahnya baru saja dimulai,” ujar Kano Mai seraya tersenyum sedih. Kalau Su Jin membunuh Miyamoto Tooru ketika dia masih hanya seorang ahli kendo, hal itu takkan menjadi masalah. Tetapi Miyamoto Tooru telah mencapai tingkat mahaguru, yang membuat posisinya di masyarakat, nilai penting dan harga dari nyawanya menjadi sangat berbeda dari sebelumnya.
Keluarga Miyamoto pasti akan menyalahkan kematian Miyamoto Tooru pada Keluarga Kano. Wajah Kano Yuuko sudah sepucat mayat. Dia tak menyangka kalau Miyamoto Tooru benar-benar akan mati dalam pertarungan ini. Bagaimanapun juga, Miyamoto Tooru seharusnya adalah petarung terkuat di antara sesamanya di negara ini.
Senyum Su Jin membeku canggung dan dia sudah akan mengatakan sesuatu ketika Kano Mai berpaling pada adiknya dan berkata, “Yuuko, aku tahu kalau yang kau inginkan adalah kekuasaan dan status dari Keluarga Kano. Su Jin sudah membunuh Miyamoto Tooru, tapi kau tak perlu cemas. Aku akan menjadi satu-satunya orang yang bertanggungjawab atas apa yang telah terjadi hari ini.”
“Satu-satunya yang bertanggungjawab? Pada akhirnya Keluarga Kano masih akan menderita,” gerutu Kano Yuuko lirih lewat sela-sela gigi yang terkatup. Dia tak berani bicara terlalu keras karena dia takut pada apa yang mampu dilakukan oleh Su Jin.
Kano Mai kemudian berbalik untuk menatap semua orang lain di arena dan berkata, “Mulai saat ini, aku, Kano Mai, secara resmi akan meninggalkan Keluarga Kano. Aku akan menyerakan semua aset yang ada di bawah namaku. Jika Keluarga Miyamoto merasa bahwa kematian Miyamoto Tooru adalah salahku, maka silakan membalas dendam kepadaku.”
Seluruh orang yang ada di situ langsung heboh. Tak ada seorang pun yang menyangka Kano Mai akan melakukan hal semacam itu. Hal itu bahkan tidak masuk akal. Logikanya, jika dia memiliki sesosok mesin pembunuh seperti Su Jin di sisinya, seharusnya dia memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil semua harta Keluarga Kano untuk dirinya sendiri. Kenapa dia tiba-tiba mundur dari semua ini?
Mata Kano Yuuko menjadi selebar piring dan dia tak bisa memercayai telinganya. Kano Mai menatapnya dan berkata, “Kau tak pernah menyukaiku dan itu tak masalah. Aku juga tak menyukaimu.”
“Kau… kau pikir ini sudah menjadi akhir dari semuanya hanya karena kau bilang begitu? Kau itu bukan penerus Keluarga Kano, jadi kata-katamu tak ada bobotnya! Apa kau pikir Keluarga Miyamoto akan melepaskan Keluarga Kano hanya karena kau berniat menjadi satu-satunya orang yang bertanggungjawab?” seru Kano Yuuko seakan dirinya sudah menjadi gila, seolah dia sedang melampiaskan semua rasa frustrasi dan ketidakbahagiaan yang telah dia rasakan selama bertahun-tahun. “Selain itu, apa kau pikir kau bisa meninggalkan keluarga ini hanya karena kau bilang kau akan pergi? Setelah membuat kekacauan macam ini, kau pikir kau bisa pergi begitu saja? Keluarga ini akan mendisiplinkanmu untuk semua ini!”
”Mendisiplinkan dirinya? Aku ingin tahu yang mana dari kalian yang akan coba-coba mendisiplinkan Mai!” ujar Su Jin dengan senyum tanpa emosi di wajahnya.
Sekujur tubuh Kano Yuuko gemetaran. Dia tak berani lagi berteriak seperti itu di depan seseorang yang bisa membunuh seorang mahaguru hanya dengan satu jentikan jari. Dia merendakan suaranya dan berpura-pura bersiikap tenang ketika berkata, “Tuan Su, Kano mai adalah anggota Keluarga Kano, jadi Anda tidak akan bisa melindungi dia. Bahkan jika Anda melaporkan masalah ini ke pemerintah, pemerintah akan mendukung Keluarga Kano!”
“Begitukah?” Su Jin menggelengkan kepalanya. Dia pun mengeluarkan sebuah plakat khusus dan menunjukkannya kepada Kano Yuuko. “Namaku Su Jin dan aku bekerja untuk Departemen Urusan Supernatural di Tiongkok. Kalau pemerintah Jepang mau, mereka bisa mencariku di sini!”
Orangg-orang pun kembali heboh. Kini bahkan wajah Miyamoto Takeshi juga memucat. Kalau Su Jin cuma seorang seniman beladiri biasa, dia bisa memikirkan beberapa cara lain untuk menangani pemuda ini bahkan meski tak ada seorang pun yang bisa benar-benar mengalahkannya dalam pertarungan. Dia tak menyangka kalau Su Jin bekerja untuk pemerintah Tiongkok. Hal ini membuat situasinya jadi sangat rumit.
Kano Mai tersenyum seraya mengaitkan lengannya pada lengan Su Jin dan berkata agak lelah, “Ayo pergi! Aku tak berhutang apa-apa lagi pada Keluarga Kano.”
Su Jin mengangguk pelan dan membawa Kano Mai keluar dari arena. Tak ada seorang pun yang berani menghentikan mereka dari melakukannya. Toh memang tak ada seorang pun yang mampu melakukannya.
Mereka tiba di sebuah sungai kecil dan duduk diam di tepiannya. Kano Mai mencelupkan kakinya dan mengayunkannya perlahan di dalam air seraya menggumam, “Sekarang kau pasti sudah tahu cerita ini. Aku sama sekali tak memiliki hubungan darah dengan Keluarga Kano. Dulu, Kakek, Kano Hideo menemukan aku di tepi sungai kecil seperti sungai ini. Beliau mengadopsiku dan membesarkanku sebagai salah seorang cucunya sendiri.
“Setelah aku tumbuh lebih dewasa, aku mulai mengambil alih beberapa bisnis keluarga untuk membalas budi kepada Kakek karena telah merawatku dan aku berusaha sebaik mungkin untuk menumbuhkan dan mengembangkan bisnis-bisnis ini. Kemudian, aku terpilih untuk menjadi pemilik Buku Panduan dan dengan kekuatan baru yang kudapatkan, bisnis-bisnis ini tumbuh lebih cepat lagi. Tetapi selain Kakek, anggota keluarga lainnya tidak menyukaiku, terutama ketika kemampuan-kemampuanku menjadi semakin dan semakin mencolok. Atau lebih tepatnya, mereka semakin takut padaku.
“Sekarang sudah lewat bertahun-tahun. Kakek sudah meninggal dan aku telah memperbaiki keluarga karena sudah membesarkanku. Mengambil tanggung jawab penuh atas apa yang telah terjadi hari ini akan melepaskan Keluarga Kano dari beban ini, jadi seharusnya kami sudah impas sekarang!”
Su Jin mengangguk dan tersenyum. “Sebenarnya, keputusanmu untuk meninggalkan Keluarga Kano adalah masalah terbesar bagi mereka. Kalau tak ada seorang pun di dalam keluarga yang cukup hebat untuk mengambil alih, maka tak mungkin mereka bisa mempertahankan kekayaan dan status yang telah kau datangkan pada mereka.”
“Tepat sekali. Dan sebenarnya, para tetua di keluarga ini juga mengetahui hal ini. Itulah sebabnya kenapa mereka masih menghormatiku meski mereka tidak menyukaiku. Tapi generasi yang lebih muda tidak punya kedewasaan dan pandangan ke depan seperti ini, jadi fokus mereka adalah untuk mengusirku dari keluarga. Sekarang aku sudah mengabulkan keinginan mereka. Apa pun yang terjadi pada Keluarga Kano di masa mendatang bukan urusanku lagi,” ujar Kano Mai seraya tersenyum.
“Baiklah! Kita sudah membereskan semua masalah di sini, jadi ayo kita pulang!” ujar Su Jin lembut.
Kano Mai bangkit dan merenggangkan tubuh dengan gaya malas seperti anak kucing kecil yang baru saja terbangun. Dia mengaitkan lengannya pada lengan Su Jin lagi dan berkata dengan suara riang, “Ayo kita pulang!”
Sementara itu, Kano Yuuko telah kembali ke rumah keluarganya. Dialah orang yang merencanakan duel hari ini, kecuali bahwa dia tak memperkirakan kalau semuanya akan berakhir seperti ini. Anggota-anggota keluarga yang lebih tua sudah mendengar semua yang telah terjadi sebelumnya.
Ishida Shouichi berdiri di luar gerbang dan menggelengkan kepalanya tanpa daya ketika dia melihat Kano Yuuko mendekati rumah. Jantung Kano Yuuko bergetar melihat sikapnya. Posisi Ishida Shouichi di dalam keluarga bahkan lebih tinggi daripada beberapa anggota keluarga. Kalau yang bersangkutan menampakkan ekspresi semacam itu di wajahnya, maka berarti bahwa keluarga merasa sangat tidak senang tentang apa yang telah terjadi.
“Paman Ishida, ayahku dan yang lainnya…,” tanya Kano Yuuko dengan agak ragu.
Ishida Shouichi menghela napas dan berkata, “Nona Yuuko, bagaimana bisa Anda membiarkan Nona Mai pergi begitu saja?”
“Aku juga tak menginginkannya. Jalang kecil itu telah membuat kesalahan semacam itu, jadi sudah barang tentu dia harus didisiplinkan oleh keluarga. Tapi dia punya cowok Tiongkok itu yang melindunginya, jadi aku tak bisa apa-apa,” Kano Yuuko menjelaskan.
Ishida Shouichi menghela napas lagi. “Nona Yuuko, Anda telah membuat kesalahan tentang satu hal.”
“Apa itu?”
“Keluarga ini tidak akan pernah mendisiplinkan Nona Mai. Naiknya Keluarga Kano sepenuhnya adalah berkat Beliau dan pengaturan pernikahan ini dibuat karena pihak keluarga hanya ingin berusaha mengambil kembali sejumlah kekuasaan yang Beliau miliki. Tetapi pada akhirnya, semua orang di dalam keluarga ini tahu bahwa keluarga masih perlu bergantung kepada Beliau,” ujar Ishida Shouichi.
“Tapi kenapa?” tanya Kano Yuuko. Dia tak bisa mengerti.
“Kekayaan dan kekuasaan bukanlah hal yang selamanya menjadi milikmu begitu kau memilikinya. Kau harus cukup mampu untuk memperolehnya dan kau harus cukup mampu untuk mempertahankannya. Tanpa Nona Mai yang memimpin keluarga, takutnya… keluarga ini akan harus menyerahkan kepada mereka dengan cara yang sama seperti ketika kita memperolehnya dulu!” si pria tua kembali menggelengkan kepalanya.
Kano Yuuko berdiri dengan tatapan nanar di gerbang. Dia masih tak bisa mengerti bagaimana Kano Mai bisa menjadi sosok sepenting ini bagi keluarga. Tiba-tiba dia mengepalkan tangannya dan menggumam, “Terus kenapa kalau dia pergi? Tak mungkin kan kalau semua orang muda di dalam keluarga adalah sampah tak berguna?”
Pada saat bersamaan, sekelompok orang telah membawa jenazah Miyamoto Tooru ke sebuah kuil yang sangat terpencil. Orang yang memimpin kelompok itu adalah Miyamoto Takeshi, tapi dia bersikap sangat penuh hormat kepada seorang pria tua yang ada di sisinya.
“Kakek, Tooru sudah mati, jadi… apa gunanya membawa dia kemari?” Miyamoto Takeshi sangat depresi. Putranya yang seorang mahaguru telah terbunuh tapi dia bahkan tak bisa balas dendam.
Pria tua yang dipanggil Kakek oleh Miyamoto Takeshi memejamkan matanya sejenak, kemudian membukanya lagi. Dia menatap kuil sunyi di depan dan berkata dengan suara lirih, “Para mahaguru tidak seperti orang biasa. Bahkan jika jantung mereka sudah dihancurkan, mereka masih bisa mempertahankan sehembus napas kehidupan. Tooru… belum bisa dianggap sudah mati.”
“Sehembus napas kehidupan? Apa bagusnya hal itu? Bahkan jika saya bisa menemukan jantung dan melakukan transplantasi sekarang juga, tetap takkan berguna. Jantung seorang mahaguru berbeda dari jantung orang biasa,” ujar Miyamoto Takeshi.
“Sehembus napas kehidupan sudah cukup. Dewa di dalam kuil ini akan membantu kita!” Si pria tua kembali memejamkan matanya dan mengisyaratkan pada yang lain untuk membawa jenazah Miyamoto Tooru ke dalam kuil, kemudian langsung memimpin seluruh kelompok itu agar pergi.
Miyamoto Tooru ditinggal sendirian di dalam kuil. Persis pada saat itulah, seberkas cahaya merah memancar keluar dari sumur di dalam kuil. Pancaran cahaya itu membawa sebuah buku panduan hitam kecil.