Buku Panduan Neraka - Chapter 198
Cuaca di laut tak terlalu buruk jadi mereka bertiga pun mendarat tanpa terlalu banyak masalah. Persis sebelum mereka mengenai permukaan laut, sesuatu dari dalam ransel yang mereka bawa mencuat keluar dari tas itu. Lidah-lidah api kehijauan menyembur keluar dari dasarnya dan mendorong mereka ke atas.
Selama satu detik mereka berhenti jatuh dan bagian yang sebelumnya mencuat pun keluar lalu membentuk semacam papan seluncur di bawah kaki mereka.
“Ini benda yang cukup menarik,” komentar Su Jin. Benda ini bisa menyeimbangkan dirinya sendiri bahkan ketika meluncur dalam kecepatan tinggi melintasi gelombang. Hembusan angin laut menerpa wajah mereka dan rasanya sungguh menyenangkan.
“Ini adalah teknologi terkini yang telah dihasilkan oleh lab kami. Aku mengambilnya sebelum pihak lab menyelesaikan percobaan mereka karena aku merasa benda ini akan berguna untuk perjalanan kita,” ujar Situ Jin sombong.
“Tunggu, benda-benda ini belum diujicoba?!” Su Jin langsung memucat ketika dia merasakan dirinya sendiri mulai terbenam ke dalam air. Kano Mai dan Situ Jin juga tiba-tiba mulai terbenam.
Mereka itu berada di laut, astaga! Kalau mereka tak punya kekuatan atau benda apa pun yang bisa membuat kepala mereka tetap berada di atas permukaan air, maka mereka tetap akan mati bahkan meski mereka adalah pemilik. Su Jin buru-buru mengeluarkan psikokinesisnya untuk membentuk tiga gelembung di sekitar mereka. Mereka mengambang di air, namun airnya sama sekali tak bisa menyentuh mereka, seakan suatu kekuatan tak terlihat melindungi mereka.
“Situ, bisa tidak kau menunggu sampai peralatannya teruji aman untuk dipakai sebelum membawanya?” ujar Su Jin dengan suara lelah. Untung saja, psikokinesis adalah jenis Kekuatan Jiwa serbaguna yang bisa dipakai dalam banyak situasi. Ketiga gelembung yang telah dia ciptakan juga mampu membawa mereka ke arah mana pun Su Jin ingin mereka pergi.
Kini Situ Jin merasa agak malu. Memang benar kalau kali ini dirinya agak terlalu gegabah. Kalau mereka bertiga sampai berakhir tenggelam di sini, maka hal itu sungguh akan menjadi sebuah tragedi.
Untung saja, akhirnya semua berjalan dengan baik. Gelembung-gelembung psikokinesis Su Jin bukan hanya menggerakkan mereka dengan cepat, tetapi juga membuat mereka bisa melakukan perjalanan di bawah permukan air demi menghindari deteksi. Satu jam kemudian, mereka mendapati diri mereka sendiri berada di dekat suatu bagian tersembunyi dari pulau, jadi mereka pun naik ke pulau dengan aman dan tanpa ada setetes air pun pada tubuh mereka.
“Apa rencananya?” Su Jin bertanya pada Situ Jin.
“Kepung mereka, ringkus mereka, dan interogasi mereka,” Situ Jin menjelaskan dengan sangat singkat.
Su Jin merasa seakan dirinya telah berjalan memasuki perangkap lain. “Situ, apa kau tahu apa arti dari kata-kata ‘membuat rencana’?”
“Sebenarnya, aku tidak terlalu banyak membuat rencana. Depatemen Urusan Supernatural juga tak perlu terlalu berhati-hati, karena semuanya bisa ditutupi. Kalau kami benar-benar perlu membuat rencana, Bo Ya akan membantuku, tapi aku tak bisa membiarkan siapa pun yang ada di departemen tahu tentang misi ini, jadi….” Suara Situ Jin memelan dengan kikuk.
Su Jin menepuk dahinya. Kalau dipikir-pikir, waktu itu Situ Jin dan timnya juga telah menerobos masuk ke dalam rumahnya tanpa terlalu banyak rencana. Mereka dipersenjatai beberapa trik, tapi trik-trik itu sama sekali tidak cukup untuk menghadapi Su Jin dan dia berhasil mengatasi mereka dalam waktu singkat.
“Setidaknya kita perlu tahu mencari tahu ada berapa banyak orang yang ada di pulau ini.” Su Jin menatap pulau itu. Ukurannya tak terlalu besar, dan dia bisa melihat sebuah bangunan kecil di tengah-tengahnya. Bangunan itu mungkin hanya cukup besar untuk menampung tidak lebih dari dua puluh orang.
Dia mengirimkan psikokinesisnya dengan harapan mencari tahu ada berapa banyak persisnya orang yang ada di pulau itu, namun ketika psikokinesisnya mengenai area di sekeliling bangunan, psikokinesis itu seakan telah menabrak dinding dan tak bisa maju lebih jauh lagi.
“Jin, ada apa?” tanya Kano Kai ketika dia menyadari raut aneh di wajah Su Jin.
Su Jin menggelengkan kepalanya, “Aku tak bisa melakukan ini. Ada sesuatu di pulau yang menangkal psikokinesis.”
“Kalau begitu serahkan ini kepadaku.” Tampaknya Situ Jin tiba-tiba telah menemukan tempat bagus untuk memakai kekuatannya. Dia menyembunyikan dirinya sendiri di dalam bayang-bayang, kemudian menampakkan separuh tubuhnya dan berkata, “Kalian berdua, ikuti aku. Tidak aman kalau bertarung sendirian menghadapi orang-orang itu.”
“Mengerti.” Ada sesuatu yang telah menangkal psikokinesisnya, namun sesuatu itu hanya menahan agar kekuatan itu tidak masuk dan tidak menghentikan Su Jin dari menggunakannya.
Situ Jin menghilang ke dalam bayangan, sementara Su Jin menempelkan seberkas psikokinesis padanya sehingga dia bisa melacak Situ Jin. Kalau tidak, akan terlalu sulit untuk menemukan Situ Jin di antara bayang-bayang.
Area luar dari pulau itu tak memiliki pengamanan apa pun, mungkin karena mereka tidak mengira kalau ada orang yang akan cukup berani untuk menyerang tempat ini. Jadi, mereka bertiga pun berhasil mencapai posisi yang sangat dekat dengan bagian tengah dalam waktu singkat.
‘Kalau jumlah orang yang ada di pulau ini begitu sedikit, maka tidak benar-benar memungkinkan juga untuk mempertahankan pengamanan semacam itu,’ pikir Su Jin. Pada saat bersamaan, kalau mereka tahu bahwa jumlah orang di pulau sangatlah sedikit di satu saat, mereka pasti akan mencari cara untuk mengamankan pulau itu.
Merupakan hal logis bagi mereka untuk tidak menyusahkan diri mereka sendiri dengan area luar, namun mereka tidak sebodoh itu sampai membuat bagian tengah juga tidak dijaga.
Segera Situ Jin muncul dari dalam bayang-bayang dan berkata pada Su Jin “Ada… banyak hewan buas di depan sana.”
Su Jin menyadari adanya raut aneh di wajah Situ Jin dan bertanya, “Ada sesuatu yang salah dengan hewan-hewan itu?”
“Sesuatu yang sangat salah. Mereka sama sekali bukan hewan-hewan biasa – mereka adalah sekumpulan hewan yang semestinya sudah punah sejak dahulu kala, seperti dinosaurus dan harimau bertaring pedang. Mereka semua adalah predator tingkat puncak,” ujar Situ Jin.
Tidak sepenuhnya mustahil bagi para pemilik Buku Panduan untuk menghidupkan kembali beberapa hewan yang seharusnya sudah punah ini. Ilmu pengetahuan modern juga telah berhasil mencapai sedikit hal ini.”
“Terus lanjutkan dan abaikan saja kami,” ujar Su Jin.
Situ Jin kembali menghilang ke dalam bayang-bayang. Su Jin dan Kano Mai lanjut berjalan dan tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk melihat segerombolan besar hewan liar sedang berkeliaran. Kesemuanya merupakan predator tingkat puncak, namun kini mereka hidup bersama dengan harmonis.
Seorang ahli biologi biasa pasti akan sudah berseru syok dan takjub menyaksikan ini, namun Su Jin dan Kano Mai tetap tak terkesan oleh pemandangan ini. Bagaimanapun juga, mereka sudah pernah melihat hal-hal yang lebih gila.
“Aku akan tangani yang ini. Kau bisa menghemat kekuatanmu untuk nanti,” ujar Kano Mai. Dia berjalan menuju hewan-hewan itu dan mereka semua pun langsung berpaling untuk menatap was-was padanya.
Namun sebelum mereka bisa menyerang, hewan-hewan itu mulai merasa mengantuk. Mereka yang berada paling dekat dengan Kano Mai pun roboh begitu saja dan tertidur saat itu juga.
Su Jin berjalan menghampiri Kano Mai dan berkata, “Mai, kau jadi semakin bagus dalam mengendalikan kekuatan kemalasanmu. Bahkan aku juga akan menjadi korban dari kekuatanmu ini.”
“Kekuatan ini masih bukan apa-apanya kekuatan psikokinesismu. Di samping itu, kau memahami prinsip relatif dari tujuh dosa, jadi kau kebal dari kekuatan mereka,” ujar Kano Mai seraya mencebik.
Su Jin menggaruk kepalanya dengan kikuk dan tertawa. “Mai, kau benar-benar hebat. Setidaknya mengenai hewan-hewan ini, kurasa aku takkan bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik darimu.”
“Bagaimana bisa? Kalau kau yang harus menangani hewan-hewan ini, kau bisa langsung memakai psikokinesismu untuk membunuh mereka saat itu juga, kan?” Kano Mai tak percaya padanya.
Su Jin berkata muram, “Tidak. Ada peralatan khusus pada hewan-hewan ini, jadi jangankan membunuh mereka – kalau psikokinesisku menyentuh mereka, semua orang di pulau ini akan tahu. Hanya kekuatan yang sudah ada dalam keinginan alamiah makhluk hiduplah yang akan bisa bekerja tanpa terdeteksi. Itulah sebabnya kenapa aku bilang kau akan melakukan pekerjaan dengan lebih baik.”
“Kalau memang begitu masalahnya, apa itu berarti bahwa orang-orang di sini sejak awal telah menargetmu karena mereka tahu kau akan datang untuk balas dendam?” ujar Kano Mai syok.
Su Jin menggelengkan kepalanya dan terkekeh. “Kurasa tidak. Menurutku mereka sebenarnya sedang membela diri mereka sendiri terhadap seorang pemilik lain yang punya kekuatan psikokinesis.”
“Seorang pemilik lain yang punya kekuatan psikokinesis? Maksudmu… Xu Ran?” Dengan cepat Kano Mai terpikirkan siapa kemungkinan orang itu.
Su Jin mengangguk. “Benar. Organisasi ini sepertinya begitu waspada terhadap Xu Ran, jadi kupikir Xu Ran dan Shen Wu pernah bertarung sebelumnya, dan Shen Wu kalah.”
Mereka berdua melenggang tepat di antara hewan-hewan liar itu dan tiba di bagian paling tengah dari pulau tersebut. Mereka naik ke tempat yang tinggi lalu melihat ke bawah, dan bisa melihat bangunan tempat para perampok tinggal.
Situ Jin muncul kembali tak lama setelahnya. “Total jumlah mereka adalah 23 orang, tapi aku tak tahu ada berapa banyak di antara mereka yang adalah veteran. Juga, kedua pria yang pernah berusaha menyerang anggota keluargamu juga ada di sini.”
“Bagus sekali,” ujar Su Jin seraya mengangguk. Dia takkan melepaskan siapa pun yang berani mengusik anggota keluarganya seujung jari pun.
“Apa yang harus kita lakukan? Bunuh dan masuk?” Situ Jin bertanya penuh semangat.
Su Jin mengeluarkan sebuah bidak catur dari dalam Buku Panduannya. “Aku akan kirim benda ini masuk lebih dulu. Dia bisa membantu kita memeriksa situasi sebenarnya di dalam sana.”
Kano Mai dan Situ Jin memicingkan mata mereka. Mereka tahu benda apa ini. Chu Yi telah dengan susah payah mengalahkan benda ini dalam pertarungan di Kereta Supernatural. Hanya satu benda ini saja sudah sama hebatnya dengan Chu Yi.
Su Jin melemparkan bidak itu ke depan dan seketika itu juga benda tersebut berubah menjadi sesosok prajurit berkepala babi yang tingginya dua meter. Sosok itu menggenggam pisau panjang di masing-masing tangan dan berdiri penuh hormat di depan Su Jin.
“Masuk dan bersenang-senanglah membunuh mereka!” Su Jin memberi perintah dan si prajurit pun memelesat tanpa ragu ke arah bangunan.
Ketika jaraknya masih sekitar dua puluh meter dari bangunan itu, si prajurit berkepala babi mengayunkan kedua pisaunya ke arah gedung dan dua kekuatan tak terlihat pun menghantam bangunan tersebut dengan suara menderu.
Buum! Buum! Pendar samar muncul di sekeliling bangunan tersebut. Pendar itu tampak seperti semacam lapisan pelindung.
Namun hal tersebut tidak membuat si prajurit berkepala babi gentar. Dia telah menerima perintah untuk menerobos ke dalam bangunan dan membantai orang-orangdi dalamnya, jadi dia akan melakukan persis seperti itu. Pisau-pisau di kedua tangannya bagaikan pabrik penghasil energi ketika dia menyarangkan serangan demi serangan.
Lapisan pelindungnya cukup kuat, namun tidak mampu bertahan menghadapi serangan terus-menerus dari si prajurit. Lapisan itu pun retak dan pecah berkeping-keping tak lama kemudian, namun hal itu sudah cukup bagi para pemilik di dalam untuk menyadari adanya masalah di luar. Mereka pun berlarian keluar dari bangunan untuk melihat siapa yang berani membuat masalah di sini, namun dibuat tercengang ketika mereka melihat si prajurit berkepala babi.
Orang yang memimpin kelompok itu adalah pria bermata merah. Dia menatap si prajurit dan berkata, “Ini adalah boneka. Pemiliknya sedang bersembunyi di suatu tempat.”
Su Jin tersenyum samar. Yang satu ini adalah seorang pemilik yang berkualifikasi untuk mengurus sebuah pangkalan di semesta asing, karena dia masih begitu tenang ketika menghadapi lawan yang sedemikian kuatnya. Namun yang benar-benar ingin Su Jin ketahui adalah seberapa kuat para perampok lainnya.
Si prajurit mulai menyerang para pemilik segera setelah lapisan pelindungnya pecah. Dia adalah petarung yang kuat dan tidak takut mati. Dia mengayunkan kedua pisaunya beberapa kali dan nyaris seketika dua orang pemilik pun terbunuh.
“Sialan! Bagaimana bisa ada boneka sekuat ini! Dia hampir sama kuatnya dengan Cerberus yang sebelumnya kuberikan pada Tuan Alex!” seru pria bermata merah. Si prajurit sudah berjalan ke arahnya dengan pisau menebas-nebas.