Buku Panduan Neraka - Chapter 193
Kota itu luar biasa sunyi, dan hampir tak ada orang yang terlihat. Han Linmei memberi sehelai mantel linen besar kepada Su Jin dan menyuruh Su Jin mengenakannya. Sebenarnya, setiap orang dari mereka diberi satu untuk dikenakan.
“Kota ini dikendalikan oleh sekte itu dan sekte itu ingin agar semua orang yang tinggal di dalam kota semacam ini menjadi penganut, atau mereka akan dibunuh. Mantel linen ini adalah simbol dari seorang penganut,” Han Linmei menjelaskan pelan pada Su Jin.
Su Jin mengangkat sebelah alis dan berbisik, “Sehelai mantel linen sudah cukup untuk memastikan identitas seseorang? Bukankah itu agak terlalu sederhana?”
“Tentu saja, mantel ini bukan satu-satunya. Sekte juga mensyaratkan agar semua penganut mereka mentatokan simbol sekte ke wajah mereka, tapi sekarang adalah malam hari, jadi kalau semua orang terus menundukkan kepala mereka, semestinya tak apa-apa,” ujar Li Jinpeng. Cukup lama dia merasa kecewa setelah dikalahkan dengan begitu habis-habisan oleh Su Jin, tapi setelah dia menyadari bahwa benar-benar tak ada apa-apa antara Su Jin dan Han Linmei, dia pun berhenti merasa begitu depresi.
Su Jin mengangguk dan dengan cepat mengenakan mantel itu. Han Linmei lanjut membagi kelompok menjadi dua. Satu tim yang terdiri dari lima orang akan tetap tinggal di area luar kota itu. Kalau tim yang berada di dalam bertemu dengan masalah, tim luar ini bertugas membuat kekacauan sehingga tim dalam bisa mencari jalan kabur. Tim dalam terdiri dari Su Jin, Han Linmei, Li Jinpeng, dan dua orang lainnya. Misi mereka adalah masuk lebih dalam ke kota dan mencari Chu Yi.
“Tuan Su, yang ini adalah Han Jun. Dia ahli dalam bahan peledak dan dia juga seorang veteran. Kekuatan Jiwanya adalah kekuatan kehendak,” Han Linmei memperkenalkan seorang pria berumur empat puluhan kepada Su Jin. Pria ini sanga berdisiplin dalam setiap gerakannya.
“Tuan Han berasal dari tentara?” tanya Su Jin.
Han Jun mengangguk dan mengulurkan sebelah tangannya. “Saya dulunya adalah bagian dari tentara tapi sekarang saya sudah lama pensiun. Saya mempelajari tentang bahan peledak saat saya masih berada dalam ketentaraan.”
Mereka berjabat tangan, kemudian Han Linmei lanjut memperkenalkan anggota terakhir tim itu kepada Su Jin. “Nona ini adalah Lin Jiajia. Dia bukan veteran, tapi dia punya barang yang sangat cocok untuk melakukan pengintaian.”
Lin Jiajia sangat cantik dan bahkan lebih cantik daripada beberapa orang selebritis. Senyumannya, terutama, sangatlah memukau. Di dunia normal, dia pasti akan menjadi bintang kalau dia punya perusahaan manajemen yang bagus untuk mengemas dan mempromosikan dirinya.
Dia juga menjabat tangan Su Jin, kemudian mengeluarkan sebuah topeng lalu memasangnya ke wajahnya. Seketika itu juga wajahnya jadi tampak mirip dengan Su Jin.
Su Jin memandangi topeng itu dengan penuh minat dan melihat kalau topeng ini memang mampu meniru wajah orang lain dengan sangat mendetil, yang mana tidak terlalu buruk. Tapi topeng itu hanya bisa mengubah wajah dan tidak tubuh, yang membuatnya kalah jika dibandingkan dengan Kekuatan Jiwa Wu Chen. Tapi topeng ini cukup bagus untuk menipu seseorang dalam kegelapan malam atau dalam situasi tertentu.
“Jiajia akan memimpin kelompok. Kalau kita bertemu dengan siapa pun dari sekte, dia akan bertugas menangani mereka. Han Jun, kau akan bertugas memasang bom di sepanjang jalan, Li Jinpeng akan membantu Tuan Su. Tuan Su, Anda hanya perlu menghemat tenaga Anda dan bersiap untuk bertarung nantinya,” ujar Han Linmei.
Su Jin setuju dengan pengaturan ini. Semua orang di dalam tim berguna dengan caranya sendiri, dan satu-satunya orang yang bisa bertarung dalam jarak dekat adalah dirinya dan Li Jinpeng. Sebenarnya, Li Jinpeng sama sekali bukan petarung yang buruk, tapi dia jelas terlalu lemah untuk melawan Chu Yi, yang tenaga dalamnya telah membuatnya lebih kuat daripada sebagian besar orang. Singkatnya, Su Jin benar-benar satu-satunya harapan yang dipunya Pasukan Perlawanan untuk membunuh Chu Yi.
Mungkin akan sulit untuk mengalahkan Chu Yi dalam pertarungan, tapi membunuhnya akan jadi jauh lebih mudah. Busur Panjang Raja Iblis cukup untuk membunuh setengah dewa, apalagi seorang Chu Yi.
Kelompok itu lanjut bergerak melintasi kota. Lampu-lampu jalanan menyala, tapi sangat sedikit orang yang berkeliaran. Sedikit orang yang mereka lihat juga mengenakan mantel linen berat itu, berjalan tergesa-gesa sendiri.
Tak lama setelah mereka tiba di bagian dalam kota, sekelompok orang tanpa mantel linen itu muncul dan berdiri menghadang mereka.
“Berhenti di sana. Siapa kalian? Kenapa kalian masih berkeliaran di jam segini?” Ada tujuh orang di dalam kelompok itu dan mereka jelas berbeda dari penganut biasa. Alis Su Jin sedikit terangkat. Ketujuh orang ini bukan orang biasa. Mereka juga adalah pemilik.
Lin Jiajia langsung maju selangkah dan berkata penuh hormat, “Tuan-tuan yang terhormat, kami adalah penganut yang pergi melakukan pertemuan dengan penganut-penganut lain yang selesainya cukup terlambat. Sekarang kami sedang dalam perjalanan pulang.”
“Angkat kepalamu dan biarkan aku melihatnya,” pemimpin kelompok itu berkata pada Lin Jiajia.
Lin Jiajia tak berani menunda-nunda dan mengangkat kepalanya untuk menampakkan wajahnya. Suatu simbol yang aneh seketika muncul pada topengnya.
Kelompok itu dibuat terperangah sejenak begitu mereka melihat wajahnya, karena diriya benar-benar amat cantik. Han Linmei juga cukup cantik, namun fiturnya tidak sehalus Lin Jiajia.
Si pemimpin mengangguk, kemudian menatap empat orang lainnya dan berkata, “Kalian sisanya, angkat juga kepala kalian.”
“Saya rasa itu tidak… perlu?” Jantung Lin Jiajia mulai berdebar kencang karena takut. Tanpa bantuan dari sesuatu seperti topengnya, rekan-rekannya akan ketahuan kalau mereka sampai mengangkat kepala mereka. Dia pun tertawa lirih dan berkata kepada si pemimpin, “Pak, teman-teman saya ini agak… buruk rupa dan takutnya melihat mereka akan memberi Anda mimpi buruk. Saya rasa Anda lebih baik tak melihat mereka.”
“Oh? Kalau begitu kami tidak akan melihat mereka. Kami hanya akan menikmati kebersamaan denganmu, kalau begitu, gadis cantik,” ujar si pemimpin seraya mencengkeram lengan Lin Jiajia dengan senyum mesum di wajahnya.
Lin Jiajia langsung panik. Li Jinpeng menekankan tangannya ke dada tempat dia menyimpan Buku Panduannya dan bersiap untuk bertarung. Han Linmei dan Han Jun juga telah mengepalkan tangan mereka.
“Kalau mereka ingin melihat wajah kita, mereka bisa melakukannya saja,” ujar Su Jin tiba-tiba.
Semua orang membeku dan merutuk dalam hati pada Su Jin karena mengacaukan rencana mereka. Mereka sudah siap melancarkan serangan pada orang-orang itu selagi perhatian mereka teralihkan oleh Lin Jiajia. Tapi kini karena Su Jin tiba-tiba sudah bicara, perhatian kelompok itu pun tertuju pada mereka dan akan jadi terlalu sulit untuk menyerang. Pihak lainnya terdiri dari tujuh orang dan karena bisa berkeliaran tanpa mengenakan mantel linen, maka berarti orang-orang itu adalah para pemilik yang merupakan anggota sekte. Mereka mungkin bisa memenangkan pertarungan melawan ketujuh orang itu, tapi keributan yang ditimbulkan akan menarik perhatian anggota sekte yang lain.
Sementara itu, Su Jin sudah melangkah maju dan mendorong tudungnya ke belakang untuk menampakkan wajahnya. Han Linmei dan yang lainnya panik dan ingin menyerang, hanya untuk mendapati bahwa mereka sama sekali tak bisa bergerak.
“Nah? Tak ada masalah, kan?” ujar Su Jin kepada kelompok itu.
Mereka bertujuh menatap Su Jin dan mengangguk, kemudian berkata kepada tiga orang sisanya, “Kalian semua, angkat juga kepala kalian!”
Tiga orang lainnya masih tertegun karena tak bisa bergerak ketika leher mereka mulai bergerak naik berlawanan dengan kehendak mereka untuk menampakkan wajah mereka.
Kelompok yang terdiri dari tujuh orang itu memeriksa wajah mereka, kemudian mengangguk sebelum berkata kepada Lin Jiajia, “Kau benar. Teman-temanmu memang sangat jelek!”
Mereka semua terperanjat. Wajah mereka telah terlihat, namun pihak lainnya tidak langsung berusaha membunuh mereka. Apa yang terjadi?
“Apa sekarang kami bisa pergi?” Su Jin meletakkan sebelah tangan ke atas lengan Lin Jiajia untuk menariknya mundur.
“Sebagai penganut sekte, kalian wajib melayani kami. Kalian semua bisa pergi, kecuali wanita ini,” ujar si pemimpin.
Lin Jiajia memucat dan langsung berusaha menarik lengannya lepas dari cengkeraman si pemimpin. Dia melontarkan tatapan memohon pada Su Jin. Para pemilik dalam sekte ini adalah orang-orang yang luar biasa jahat. Kalau dia harus pergi bersama mereka, dirinya akan menghadapi akhir yang lebih buruk daripada kematian.
Han Linmei dan yang lainnya sama kesalnya. Mereka juga tak mau membiarkan orang-orang ini membawa pergi Lin Jiajia, namun mereka sama sekali tak bisa menggerakkan tubuh mereka, jadi mereka bahkan tak bisa memulai pertarungan.
Su Jin mengernyit dan mendesah. “Aku sebenarnya ingin menyelesaikan ini dengan damai, tapi tampaknya hal itu tidak mungkin. Kalau begitu… kalian semua bisa bertemu dengan sang Pencipta.”
“Tunggu, apa?” Ketujuh orang itu mulai marah, tapi sebelum mereka bisa melakukan apa-apa, mata mereka melebar dan mereka pun terjatuh ke tanah dengan bunyi gedebuk keras.
Setelah itu, Han Linmei dan yang lainnya mendapati bahwa mereka bisa bergerak lagi dan menyadari kalau Su Jin-lah yang tadi telah melakukan sesuatu. Han Jun memeriksa ketujuh orang itu dan berkata syok kepada yang lainnya, “Mereka semua sudah mati.”
Mereka berempat syok. Sebenarnya apa yang baru saja terjadi? Bagaimana bisa para pemilik ini langsung jatuh dan mati begitu saja?
“Tuan Su, ini adalah perbuatan Anda, kan? Andalah yang telah membuat kami mengangkat kepala kami dan Anda jugalah yang telah membunuh para pemilik ini, benar?” ujar Han Linmei.
Su Jin mengangguk tapi tak menjelaskan lebih jauh. “Ayo bersihkan tempat ini dan segera bergerak.”
Han Linmei mengangguk dan mulai membantu membersihkan mayat-mayat itu. Mereka kegirangan sekaligus ketakutan, karena Su Jin ternyata lebih kuat daripada yang mereka bayangkan. Kalau Su Jin tiba-tiba berbalik melawan mereka, mereka akan berakhir seperti para pemilik ini.
Sebenarnya, yang Su Jin lakukan tadi sangatlah sederhana. Dia telah memakai psikokinesisnya untuk memengaruhi pandangan ketujuh pemilik tersebut. Jadi, Su Jin dan yang lainnya bukan hanya punya simbol sekte di wajah mereka, tapi mereka juga tampak amat sangat jelek.
Dan kalau saja Su Jin diizinkan menangani masalah ini sejak awal, urusannya akan sudah dibereskan dengan jauh lebih mudah. Dia bisa saja memakai psikokinesisnya untuk memengaruhi para pemilik itu dengan sedemikian rupa sehingga mereka sama sekali tak bisa melihat kelompoknya. Sayangnya, Lin Jiajia telah merespon panggilan mereka dan mulai bicara pada mereka, jadi sulit bagi Su Jin untuk melakukan sesuatu tanpa terlihat mencurigakan. Akan jadi lebih buruk kalau pihak lainnya merasakan ada sesuatu yang salah dan menarik perhatian para pemilik anggota sekte yang lainnya.
Lalu mengenai bagaimana ketujuh orang itu mati mendadak, hal itu bahkan lebih sederhana lagi. Psikokinesis Su Jin telah memutus syaraf-syaraf yang terhubung ke otak mereka. Sulit untuk melakukan hal ini pada para veteran, tetapi mudah untuk melakukannya kepada para pemilik biasa, kecuali bahwa hal itu juga telah memakai cukup banyak energinya. Kalau dia tidak diharuskan membereskan urusan ini secepat mungkin tanpa membuat keributan, dia lebih pilih membereskannya dengan tinjunya.
Setelah Li Jinpeng dan Han Jun menyeret ketujuh mayat itu ke sebuah gang kecil yang gelap, mereka pun melanjutkan perjalanan dan dengan cepat mendapati diri mereka berada di depan sebuah gedung pencakar langit.
“Tuan Su, kalau mata-mata kami memang benar, Tuan Chu tinggal di lantai puncak gedung ini. Akan tetapi, di sini juga tinggal sejumlah besar pemilik. Kita harus mencari jalan untuk melewati mereka,” ujar Han Linmei.
Su Jin mengangguk. “Aku bisa memengaruhi penglihatan para pemilik biasa sehingga mereka takkan bisa melihat kita. Tapi kalau kita sampai bertemu dengan para veteran, takutnya kita akan harus bertarung.”