Buku Panduan Neraka - Chapter 115
“Tak ada apa pun lagi yang bisa kulakukan! Benarkah ini adalah akhirnya? Tapi… tapi aku benar-benar benci harus mengaku kalah!” Su Jin putus asa ketika dia melihat bola cahaya putih itu kembali mendatanginya.
Tapi ketika dia melihat cahaya itu mendatanginya, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. Cahaya putih itu menimpanya dan melingkupi seluruh dirinya.
“Yang itu cukup merepotkan, tapi setidaknya akhirnya selesai juga.” Si malaikat menurunkan tangannya ketika menyaksikan cahaya putih itu perlahan memudar, kemudian berbalik untuk berjalan pergi.
“Hei! Hanya karena kau bilang sudah selesai, tidak berarti benar-benar selesai!” Suara Su Jin terdengar dari belakang.
Si malaikat bergidik, suara itu terdengar seakan berasal dari roh balas dendam yang telah datang untuk mencabut nyawanya. Tak bisa dia percaya kalau Su Jin telah selamat dari bola cahaya yang kuat itu.
“Itu… mustahil! Bagaimana… bagaimana kau bisa tetap hidup?” Si malaikat sungguh tak bisa memercayainya.
Su Jin menunduk menatap tubuhnya sendiri dan melihat bahwa bukan hanya dirinya sepenuhnya tak terluka, tapi bahkan tempat-tempat yang tadinya terluka kini telah sembuh. Sebenarnya, Su Jin merasa kalau bola cahaya itu telah membuat tubuhnya bahkan lebih kuat daripada sebelumnya, seakan dia telah ditempa dan diperkuat.
“Berkat dirimu, aku memahami beberapa hal.” Su Jin mengulurkan lengannya dan memutar-mutar lehernya. Tubuh yang baru ini kini terasa agak aneh baginya. “Jika bahkan para Malaikat Agung membutuhkan baik kekuatan cahaya maupun kekuatan kegelapan untuk bisa dibangkitkan, maka sebagai manusia… aku percaya kalau aku juga punya cahaya di dalam diriku!”
Kesombongan mendapatkan firasat buruk tentang hal ini. Tampaknya Su Jin telah menemukan sesuatu yang bisa membunuh dirinya.
“Kalau orang memandang kesombongan dalam sudut pandang yang lebih positif, kau bisa menyebutnya sebagai kepercayaan diri,” ujar Su Jin seraya tersenyum. Dia tiba-tiba telah mengerti hal ini persis sebelum bola cahaya putih benderang itu menimpa dirinya.
Ada dua sisi dalam semua hal. Bahkan ketika matahari bersinar, cahayanya menciptakan bayangan di tanah. Dan tanpa kegelapan, cahaya takkan terlihat seterang itu lagi.
Kesombongan adalah kelemahan umat manusia, tapi kalau seseorang memandangnya secara positif dan memakainya dengan benar, kesombongan bisa menjadi kepercayaan diri dan justru menjadi kekuatannya.
Sang malaikat membawa kekuatan cahaya, jadi dia bisa memudarkan serangan Raungan Raja Iblis. Namun cahaya tak bisa menghancurkan cahaya. Karena Su Jin tak mau dihancurkan oleh cahaya, maka dia memilih untuk menjadi cahaya.
Persis sebelum cahaya benderang itu melingkupi tubuhnya, Su Jin membiarkan sebuah pemikiran merasuki seluruh dirinya sehingga seluruh dirinya hanya penuh dengan kepercayaan diri. Orang lain mungkin tidak bisa sepenuhnya menyapu bersih semua emosi-emosi yang lain, namun psikokinesisnya mampu meningkatkan intensitas satu emosi di atas semua emosi lainnya. Begitu dirinya hanya dipenuhi oleh kepercayaan diri, dia pun menjadi satu dengan cahaya.
“Cahaya tak bisa membunuh cahaya, jadi demi bertahan hidup, aku juga menjadi cahaya!” ujar Su Jin seraya tersenyum. Sekarang dia telah menemukan cara untuk melalui Tantangan ini, jadi kini dia sudah hampir mencapai akhirnya.
“Cahaya tak bisa membunuh cahaya, jadi sekarang bagaimana kau akan membunuhku?” Kesombongan melolong dari dalam tubuh si malaikat. Dia seharusnya menjadi Malaikat Agung! Bagaimana bisa dia membiarkan dirinya sendiri dibunuh oleh seorang manusia biasa?
Su Jin meletakkan tangannya ke atas Buku Panduannya dan menggumam, “Aku toh juga tak berniat memakai cahaya untuk membunuhmu. Pisau Tulang!”
Pisau Tulang Raja Iblis muncul di tangannya lalu dia memelesat secepat kilat ke arah Kesombongan dan menebas tubuh si malaikat.
“Kau….” Kesombongan memekik ngeri sebelum kata-katanya terputus ketika tubuh malaikatnya roboh dengan suara keras dan menjadi tak lebih dari pendar-pendar cahaya ketika Pisau Tulang memotongnya.
Su Jin menyeka pisaunya hingga bersih dan menyimpannya. Tubuh malaikat itu mampu melawan Kekuatan Jiwa Raja Iblis, tapi asalkan dia tak memakai Kekuatan Jiwa Raja Iblis dan menggunakan Pisau Tulang sebagaimana adanya untuk meyerang lawannya, maka akan bekerja. Dan kini karena dia sudah mengerti bagaimana cara kerja logika cahaya dan kegelapan ini, maka tubuh si malaikat tak mampu melukai dirinya.
Begitu Kesombongan jatuh, ruang putih tempatnya berada langsung menghilang dan dia pun kembali ke tempat di mana kelompok itu tadi berad. Su Jin terjatuh dari langit dan roboh dengan lemas ke tanah. Dia tak lagi mampu bertahan terhadap rasa sakit yang disebabkan oleh penggunaan Raungan Raja Iblis sebanyak dua kali dan tubuhnya mulai kejang-kejang tak terkendali.
Dia mendongak menatap langit dan matanya nyaris melompat karena ngeri. Dari enam bola cahaya putih yang mengambang di udara, pada tiga di antaranya terdapat pemilik yang sedang bertarung melawan masing-masing satu Dosa Asal, sementara tiga yang lain masing-masingnya hanya berisi satu Dosa Asal.
“Ning Meng!” Su Jin berseru. Di dalam salah satu bola cahaya itu, sesosok Dosa Asal sedang berubah, sementara tubuh tak bernyawa Ning Meng tergeletak di dasar bola. Dua pemilik lain yang sudah kalah dalam pertempuran adalah Cai Dexiang dan juga anggota Tim Bayangan Thor itu. Kedua tubuh mereka juga terbaring tak bernyawa di dasar bola cahaya tempat mereka berada.
Su Jin tahu kalau ini bukan waktunya untuk berduka. Dia menatap ketiga bola cahaya yang lain. Chu Yi dan Long Zhenglei sedang berjuang untuk menahan lawan mereka, sementara Kano Mai tampak sangat tenang.
Su Jin memaksa dirinya sendiri untuk bangkit meski tubuhnya kesakitan dan melompat ke tempat Chu Yi berada. Yang mengejutkannya, bola cahaya itu tidak menghalanginya sama sekali dan dirinya diizinkan menjadi bagian dari pertempuran.
Pada saat ini, secara mendasar Chu Yi hanya berlari dan mengelak dari serangan-serangan Kemarahan, tak mampu membalas sama sekali.
“Bos! Kau ada di sini! Tolong aku!” Chu Yi langsung menyadari keberadaan Su Jin dan melambai mati-matian untuk mendapatkan perhatian Su Jin.
Sementara itu, di dalam bola cahaya lainnya, Kano Mai menatap dingin pada Kecemburuan. Dia tak tampak panik sedikit pun, namun Kecemburuan balas menatap dirinya dengan rasa tak percaya.
“Hoho… aku tak menyangkanya. Aku benar-benar tak menyangka… sesuatu seperti KAU ternyata benar-benar ada! Kukira kau itu cuma seuatu yang ada dalam legenda!” Kecemburuan tak bisa memercayai matanya sendiri.
“Kau itu bicara apa? Aku tak mengerti apa yang kau katakan!” Ekspresi Kano Mai kini tampak lebih membekukan lagi dan dirinya jelas sangat tidak senang.
Kecemburuan berjalan perlahan memutari Kano Mai dan menunduk menatapnya. Dia mengamati wanita itu lekat-lekat dan berseru, “Sungguh aneh sekali! Kenapa kau sampai repot-repot menyamarkan dirimu sendiri? Ada banyak makhluk yang tak bisa diserang oleh kekuatan kegelapan dan pada saat bersamaan tetap tak terpengaruh oleh kekuatan cahaya, tapi hanya satu jenis makhluk yang punya kemampuan istimewa ini sementara dirinya tetap sangat lemah. Kukira Naskah Laut Mati telah membuat kesalahan, tapi sekarang, aku benar-benar telah melihat satu dari jenismu dengan mata kepalaku sendiri!”
“Kubilang, aku tak tahu apa yang kau katakan!” Volume suara Kano Mai tiba-tiba meningkat ketika dia memelotot murka pada Kecemburuan dan mengernyitkan alisnya.
Kecemburuan mencibir sebagai tanggapannya. “Bagaimanapun juga, menyarukan dirimu sendiri adalah karakteristik istimewa yang dimiliki oleh jenismu. Sudah lama sekali, tapi kau telah berhasil selamat dari begitu banyak siklus reinkarnasi. Itu benar-benar bagian yang mengejutkan!”
“DIAM! Kubilang, DIAM!” Kano Mai mengangkat Pembisik Ruhnya dan senjata itu menembakkan ular api demi ular api ke arah Kecemburuan.
Kecemburuan memakai sayap-sayap malaikatnya untuk melindungi dirinya sendiri. Pembisik Ruh bahkan bukan senjata dengan Kekuatan Jiwa, jadi tak mampu melukai Kecemburuan dalam hal apa pun.
“Hoho! Sekarang aku benar-benar jadi penasaran. Kekuatan macam apa yang akan dimiliki oleh malaikat agung yang berhasil dibangkitkan jika aku menyerap makhluk sepertimu ke dalam tubuhku?” Kecemburuan jadi sangat bersemangat dan dia membentangkan sayapnya dengan ganas. Setiap bulu pada sayap itu setajam pisau. Karena baik kekuatan kegelapan maupun kekuatan cahaya tak mampu membunuh lawannya, dia harus memakai kekuatan fisik untuk melakukannya, yang mana merupakan logika yang sama dengan yang dipakai Su Jin terhadap Kesombongan.
“Berani-beraninya kau memanggilku ‘makhluk’? Tidakkah Tuhanmu memberitahumu bahwa kau harus memperlakukan kami dengan hormat?!” Amarah Kano Mai secara harafiah berubah menjadi api ketika salah satu bulu tajam Kecemburuan menyayat lehernya.
Darah menyembur dan menodai sayap putih Kecemburuan. Dia menatap pongah ketika Kano Mai terjatuh ke tanah tapi dengan cepat menjadi panik ketika dia menyadari bahwa sayapnya sedang terbakar.
“Bagaimana… bagaimana ini bisa terjadi?!” Kecemburuan menjadi panik ketika dia menyadari bahwa tetes-tetes darah Kano Mai di sayapnya telah berubah menjadi lidah api dan mustahil untuk dipadamkan. Dengan cepat api menyelimuti Kecemburuan dan mengubah tubuhnya menjadi bola api raksasa.
“AHH! Tidak! TIDAK!! Bagaimana ini bisa terjadi?! Bagaimana! Bagaimana aku bisa mati terbakar hanya oleh api biasa!” Kecemburuan merasa geram dan tak percaya, namun jelas bahwa api itu mampu membakar dirinya dan semakin lama lidah apinya hanya membara semakin kuat saja.
Kano Mai memegangi lehernya sendiri ketika darah terus mengalir dari lukanya. Bulu-bulu Kecemburuan luar biasa tajam, jadi bahkan meski lukanya tampak kecil, tetap sudah cukup untuk membunuhnya.
“Jadi… inikah… akhir jalan… bagiku? Ini… inikah… takdirku? Tidak… aku… aku tak mau mati!” Ada raut ketidakrelaan di wajahnya bahkan ketika air mata mengalir menuruni wajahnya.
Begitu Kecemburuan binasa, bola cahaya itu pun menghilang. Kano Mai terjatuh dan tubuhnya terbanting berat ke tanah.
Pada saat bersamaan, Su Jin dan Chu Yi telah menggabungkan kekuatan dan berhasil membunuh Kemarahan. Kini karena Su Jin telah berhasil menemukan cara untuk membunuh makhluk yang merupakan kombinasi dari cahaya dan kegelapan ini, maka mereka mudah untuk ditangani.
“Bos, kau luar biasa! Tadi dia itu sangat arogan, dan sekarang sudah binasa! HA!” Chu Yi begitu kegirangan karena jika Su Jin tidak datang untuk menolongnya tepat waktu, dia akan sudah mati alih-alih Kemarahan. Dia begitu gembira dan lega karena telah selamat.
Tapi Su Jin belum berniat untuk merayakannya dulu. Dia menyadari kalau Long Zhenglei masih berjuang di dalam bola cahaya terakhir di langit, tapi juga menyadari bahwa Kano Mai telah jatuh ke tanah. Kondisi Kano Mai membuatnya lebih cemas.
“AH!” Tepat pada saat itulah, Long Zhenglei roboh ke dasar bola dan menghembuskan napas terakhir.
“Kakak Mai! Ning Meng!” Chu Yi juga menyadari kalau dua rekan satu timnya tergeletak tak bergerak di tanah dan terperanjat hebat.
Su Jin lebih tenang karena psikokinesisnya memberitahunya kalau Kano Mai masih hidup. Tapi wanita itu sudah berada di ambang kematian.
Dia berlari ke arah Kano Mai dan melihat luka pada leher wanita itu. Dia pun segera mengeluarkan daun dari Pohon Kehidupan, meremasnya lalu meneteskan sarinya ke luka Kano Mai.
“Kumohon, kumohon jangan mati!” Su Jin sangat cemas dan berdoa sepenuh hati supaya ini bekerja. Dia berkata pada Chu Yi, “Pergi dan periksalah yang lainnya! Lihat apa ada orang lain yang masih bernapas!”
Chu Yi juga mencemaskan Kano Mai, tapi dengan patuh dia berlari pergi untuk memeriksa kondisi anggota kelompok yang lain lalu kembali dalam hitungan detik.
“Bos… mereka semua sudah mati. Termasuk… termasuk Ning Meng.” Mata Chu Yi memerah ketika air mata merebak di matanya. Tim mereka telah kehilangan dua anggotanya dan mereka juga tidak yakin apakah Kano Mai akan selamat. Tapi tentu saja, dua tim lainnya jauh lebih parah, karena seluruh anggota tim sudah tersapu habis.
Persis pada saat itulah, empat bola cahaya yang tersisa di udara berpendar bahkan lebih terang daripada sebelumnya. Su Jin dan Chu Yi memandangi ketika empat makhluk sempurna itu melangkah keluar.