Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia] - Chapter 98
- Home
- Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia]
- Chapter 98 - Hilang (II)
Kebetulan olimpiade Matematika hanya diselenggarakan selama satu hari, setelah ujian bulanan berakhir.
Dibandingkan dengan pengetahuan yang dia miliki untuk ujian bulanan SMA, Xue Jiao selalu merasa bahwa persiapan yang dia miliki untuk olimpiade ini masih sedikit kurang.
Jadi sebelum ujian, dia masih mengerjakan soal-soal olimpiade Matematika.
“Xue——” Xi Jun Yang berlari.
“Diam!” Yi Tian Yu merendahkan suaranya dan berseru.
Xi Jun Yang menghentikan langkah kakinya dengan cepat dan menatap ke arah Yi Tian Yu dan bertanya dengan pelan, “Ada apa?“
Yi Tian Yu mengangkat jarinya, menunjuk ke arah Xue Jiao, dan menjawab dengan pelan, “Dia akan berpatisipasi dalam olimpiade, jadi dia sangat sibuk. Jangan ganggu dia hari ini! Jika tidak, aku tidak akan mengampunimu!”
Xi Jun Yang mengangkat tangannya dan menyerah, “Baiklah, baiklah, aku akan pergi.”
Dia mengepalkan tangannya ke arah punggung Xue Jiao, “Jia yao!”
Dua anak laki-laki sedang bermain dengan berisik di atas meja. setelah makan siang——
“Hahaha, dasar bodoh!”
“Kau yang bodoh… kau…”
Yi Tian Yu dengan cepat menoleh dan memberikan mereka tatapan tajam.
Kedua orang itu: “…”
Dia membuka mulutnya dan berkata dengan pelan, “Diam!”
Kedua orang itu tidak berani berbicara lagi dan diam seperti ayam.
Xue Jiao mengulas materi olimpiade di lingkungan tenang yang dikelola oleh Yi Tian Yu, dia memanfaatkan setiap menit dan setiap detik waktunya.
***
Yin Fang datang ke dalam kelas beberapa kali selama waktu istirahat dan dia melihat Xue Jiao yang tidak mengulas materi pelajaran seperti yang dia harapkan, tetapi dia terus mengerjakan soal-soal olimpiade, hal tersebut menyebabkan dia menjadi tidak senang. Namun karena dia mengerjakannya setelah kelas berakhir, dia tidak mengatakan apa pun, hanya saja wajahnya menunjukkan ketidaksenangan.
“Besok adalah hari ujian tengah semester. Namun, Gu Xue Jiao dari kelas saya masih mengerjakan soal-soal olimpiade. Sementara itu, saya melihat Gu Shi Yun sedang menghapal materi di kelasnya…” Yin Fang masih sedikit marah dan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengeluh di ruang guru.
Keluhan ini penuh dengan ketidakpuasan, bagaikan besi yang tidak bisa berubah menjadi baja. Dia peduli dengan bibit sebagus ini dan selalu mengawasi studinya.
Wali kelas 2-2 tertawa, “Gu Xue Jiao mungkin telah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari. Gu Shi Yun tidak bisa mengalahkannya dalam ujian bulan lalu dan tidak masuk ke dalam peringkat tiga besar, sehingga dia harus belajar dengan giat. Saya melihatnya belajar dengan sangat giat bulan ini.”
Wajah Yin Fang semakin jelek dan dia berkata dengan tidak daya, “Setelah bertahun-tahun mengajar di SMA 7, apa ada siswa tahun kedua yang diterima di perguruan tinggi tanpa harus mengikuti ujian resmi? Pada dasarnya, posisi itu diperuntukkan untuk siswa tahun ketiga. Murid-murid ini masih duduk di kelas dua. Dengan begitu banyak murid tahun ketiga yang ikut berpatisipasi dalam olimpiade ini, mengapa anak-anak tahun kedua juga ikut berpatisipasi dalam olimpiade kali ini?”
“Saya sebenarnya sangat mendukungnya,” Tiba-tiba, seorang guru yang duduk di sampingnya mengangkat kepalanya, “Selain itu, kelompok Matematika menyetujui aplikasi pendaftaran Gu Xue Jiao. Banyak murid yang memperoleh nilai buruk tidak lulus administrasi sekolah karena jumlahnya yang terbatas.”
Yin Fang mendelik, “Kamu mengajar pelajaran Matematika, tentu saja, kamu mendukungnya!”
Wali kelas 2-2 tersenyum dan berkata, “Gu Shi Yun tahu bahwa probabilitasnya untuk memenangkan olimpiade kali ini tidaklah tinggi, sehingga dia hanya sekadar ikut berpatisipasi, itu sebabnya dia tidak fokus untuk mempersiapkan dirinya dalam olimpiade ini. Namun, untuk kasus Chu Sheng, saya lebih suka dia mengerjakan soal-soal itu dengan baik!”
Yin Fang menjadi lebih cemburu, nada bicaranya berubah menjadi sedikit kecut, ” Chu Sheng adalah jenius Matematika yang jarang kita ditemui. Tidak peduli bagaimana dia melakukannya, dia masih bisa memperoleh hasil yang cukup bagus! Aku sangat iri dengan kelasmu yang mempunyai banyak murid berprestasi! Kenapa kelas saya…”
“Kelasmu mempunyai murid yang memperoleh peringkat pertama.”
“Ah, saya akan merasa puas, jika dia bisa bertahan di peringkat tiga besar, terutama sekarang, ketika dia mulai mengerjakan soal-soal itu tepat setelah kelas berakhir. Bagaimana dia bisa mengikuti ujian bulanan dengan baik, jika dia bersikap seperti ini?”
Yin Fang mengatakan itu sambil menopang dahinya, “Hanya dengan memikirkannya saja, itu sudah membuat saya pusing.”
***
Kamis, ujian bulanan.
Kursi Xue Jiao berada di barisan pertama kelas 2-1. Akhirnya, dia tidak perlu meninggalkan kelas untuk mencari tempat duduknya di kelas lain.
Ketika Xue Jiao kembali dari kamar mandi, ruangan kelas sudah terisi penuh. Di belakang kursinya, ada seorang anak laki-laki berkulit pucat dengan kacamata berbingkai hitam. Dia terlihat lemah. Dia sedikit tersenyum, ketika dia melihat dirinya.
Xue Jiao mengangguk dan membalas senyumannya.
“Te… Teman sekelas Gu Xue Jiao!”panggil Chu Sheng. Suaranya sangat lembut dan juga sangat rendah.
“Ya?”
“Aku akan mengalahkanmu kali ini!” Chu Sheng menatapnya dengan matanya yang tegas.
Dia mulai menempati peringkat pertama, ketika dia berada di tahun kedua SMA. Pada saat itu, dia bertekad untuk selalu menjadi yang pertama! Lagi pula, tidak semua orang akan melepaskan peminatan seni liberal di tahun pertama SMA dan mengerahkan seluruh energinya untuk Sains.
Tapi… setelah ujian tengah semester, dia dikalahkan!
Xue Jiao terkejut, kemudian dia tersenyum, “Aku juga akan melakukan yang terbaik untuk mempertahankan posisi ini.”
Dia mengencangkan jari-jarinya dan memutuskan untuk belajar lebih giat.
Dia tidak akan pernah meremehkan siapa pun, terutama orang jenius yang ada di hadapannya ini. Namun, semakin banyak tekanan yang dia terima, semakin besar semangat juang yang dibangkitkannya. Mata Xue Jiao menjadi tegas, dia harus belajar lebih giat lagi!
Secara tidak sengaja, dia melihat ke arah belakang. Shang Zhi Yuan, yang merupakan teman sekelasnya, mengangguk dan keduanya saling tersenyum dan saling menyapa. Kemudian, di belakangnya ada… Gu Shi Yun.
Mata Xue Jiao bertemu dengan matanya. Kali ini, gadis itu tidak tersenyum, sebaliknya, dia menatapnya dengan penuh arti. Dia menatap dirinya sekilas, kemudian dia mengalihkan pandangannya.
Dia memandang guru yang masuk dan menunggu kertas ujiannya dibagikan.
Semakin tinggi dia mendaki, semakin banyak perhatian yang akan dia terima, namun itu juga berarti akan semakin banyak orang yang ingin menjatuhkannya.
Mereka semua disukai oleh surga, tidak ada seseorang pun yang ingin tunduk pada orang lain.
Xue Jiao sedikit menghela napas. Dia benar-benar harus belajar lebih giat lagi.