Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia] - Chapter 199
- Home
- Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia]
- Chapter 199 - Bunga Sekolah (III)
Ketika Xue Jiao dan rombongannya kembali ke SMA 7, wakil kepala sekolah dan ketua kelompok Matematika datang untuk menemui mereka secara langsung.
Kehormatan mereka bukan hanya kehormatan milik mereka sendiri, tapi juga kehormatan milik SMA 7!
Terutama Cheng Ming Ze dan Xue Jiao, mereka adalah orang-orang yang telah memasuki babak final!
Memang benar bahwa itu adalah hari Senin. Selama upacara pengibaran bendera, kepala sekolah membanggakan beberapa siswa yang telah menang dan juga memberikan hadiah melalui kelompok Matematika.
Xue Jiao tidak tahu berapa banyak hadiah yang diterima Cheng Ming Ze. Namun, dia mendapatkan hadiah sebesar 3.000 yuan. Nominal itu tidak terbilang banyak, tapi dia mendapatkannya dengan usahanya sendiri.
Dia menyimpan uang itu ke dalam sebuah kotak dan berencana membelikan sebuah hadiah untuk Lin Zhi Hua saat dia pergi ke Beijing lagi.
Setidaknya, sebagian besar kehormatan yang diperoleh Xue Jiao berasal dari Lin Zhi Hua.
Tidak berlebihan untuk menyebutnya sebagai mentor.
Ketika bel berbunyi, Yin Fang masuk dengan senyum di wajahnya.
“Pertama-tama, mari kita berikan selamat kepada Gu Xe Jiao!” Guru yang selalu terlihat serius itu menyipitkan matanya dan bertepuk tangan terlebih dahulu.
Prok! Prok! Prok!
Di bawah podium, para siswa bertepuk tangan dengan keras dan memandang Xue Jiao secara bersamaan.
“Anak-anak, masih terseisa 431 hari dari ujian masuk perguruan tinggi! Gu Xue Jiao telah mencapai hasil yang sangat luar biasa dalam olimpiade ini dan telah memenuhi syarat untuk direkomendasikan ke universitas ternama, namun Gu Xue Jiao kita masih tidak mengendur. Akhir pekannya digunakan untuk mengikuti ujian, yang diizinkan oleh guru kita! Tapi pagi ini, ada nama Gu Xue Jiao di dalam pekerjaan rumah yang dikumpulkan oleh perwakilan kelas!
Yin Fang berhenti sejenak. Matanya menyapu kerumunan dengan dingin dan kembali menatap Xue Jiao sambil tersenyum.
“Gu Xue Jiao sangat luar biasa dan masih belum berhenti untuk bekerja keras! Tapi, bagaimana dengan siswa lain? Kalian bisa melihat diri kalian sendiri dan bertanya kepada diri kalian sendiri, apakah kalian sudah bekerja keras? Beberapa orang…”
Yin Fang memulai kritik hariannya. Xue Jiao menundukkan kepalanya dan merasakan tatapan orang di sekitarnya.
Mungkin setiap guru bersikap seperti ini. Mereka ingin mengucapkan semua kata-kata baik pada siswa yang disukainya, kemudian mereka mengambil kesempatan untuk mendidik siswa lain.
Xue Jiao tidak mempunyai pilihan selain mengeluarkan buku paket bahasa Inggrisnya dan mulai membacanya.
Mata Yi Tian Yu tertuju pada gadis di sampingnya. Dia masih sama seperti sebelumnya.
Dia masih mengenakan seragam sekolah yang paling sederhana, rambut diikat bebas, kecuali rambut di belakang telinganya, wajah bersih yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun, kecuali keseriusan.
Tapi, Yi Tian Yu, sekali lagi, merasakan jarak antara dia dan Xue Jiao. Gadis itu seperti gunung yang menjulang tinggi dan tiba-tiba muncul dalam hidupnya, di dalam… hatinya.
Direkomendasikan ke universitas ternama?
Tahun ini, dia masih menjadi teman sebangku Xue Jiao, tapi bagaimana dengan tahun depan? Dan tahun-tahun berikutnya?
Gadis itu akan kuliah di universitas ternama, sementara dia… apakah dia akan semakin jauh darinya?
Apakah dia akan menjadi orang yang hanya sekadar lewat dalam kehidupan Xue Jiao dan hanya menjadi teman sebangku biasa? Kemudian menghilang di sungai panjang dalam ingatannya, sesekali ketika gadis itu nenbuka album, dia akan berkata:
Oh, ini adalah mantan teman sebangkuku saat SMA, prestasinya tidan terlalu bagus.
Yi Tian Yu meletakkan tangan di dadanya. Dia tidak tahu mengapa itu terasa asam dan getir, matanya tiba-tiba menjadi lembab.
Yi Tian Yu muda tidak mengerti perasaan ini. Bertahun-tahun kemudian, ketika dia mengingat kembali waktu yang dia habiskan bersama Xue Jiao, dia akan memahaminya——
Yi Tian Yu yang masih muda dan liar menganggap bahwa surga adalah yang pertama, bumi adalah yang kedua, dan dirinya sendiri adalah yang ketiga. Akan selalu ada orang yang membuat dirinya memiliki perasaan yang disebut dengan inferioritas.
Suasana hatinya beramgsur-angsur turun, dua jari seperti daun bawang tiba-tiba muncul di dekatnya dan menekan selembar kertas.
Yi Tian Yu mengulurkan tangannya dan mengambil kertas itu. Di atasnya tertulis——
Jangan hanya menatapku. Baca bukumu.
Yi Tian Yu tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap Xue Jiao, yang sudah mulai membaca buku dan mulai mengerjakan soal lagi.
Dia menoleh, mengambil bukunya, dan mulai membaca.
Di masa depan, dia harus lebih serius di kelas. Dia harus berlatih basket di siang hari dan meningkatkan progres belajarnya di malam hari.
Pertandingan basket tingkat provinsi akan segera dimulai. Dia harus mendapatkan sertifikat untuk pemain level dua.
Xue Jiao bekerja keras dan Yi Tian Yu juga bekerja keras.
Dalam kehidupan seperti ini, bertemu dengan orang-orang yang membuatmu bekerja keras, berjuang keras, dan memperbaiki diri sendiri merupakan rasa manis dan asam dari sebuah harapan dan kenangan yang bisa bertahan seumur hidupnya.
***
Di bawah cahaya keringat dan malam, awal April berlalu dengan tenang, musim semi datang, dan pertandingan basket tingkat provinsi dimulai.
“Kutu buku, pertandingan pertama diselenggarakan di stadion, kami akan melawan SMA 3. Apakah kau akan menonton pertandingan kami?” Cuaca hari itu tidak cukup hangat. Yi Tian Yu mengenakan kaos, di dalam jersey-nya, dia berkeringat karena baru saja berolahraga dan bertanya kepada Xue Jiao.
Matanya bergerak, melihat ke sana, melihat ke sini, dan tidak menatap Xue Jiao, dia jelas terlihat gugup setengah mati, namun dia berpura-pura bertanya pada gadis itu.
Xue Jiao memiringkan kepalanya, “Melawan SMA 3?”
“Ya!” Dagu Yi Tian Yu sedikit terangkat, “SMA 3 dalah sekelompok ayam sayur [1]. Kau tidak perlu khawatir. Ge Ge akan menghancurkan mereka dengan mudah.”
Pffft!
Xue Jiao tidak bisa menahan tawanya, “Kau terdengar cukup sombong.”
Gadis itu bertanya lagi, “Kapan pertandingan kalian?”
“Sabtu pagi!” Yi Tian Yu menjawab dengan cepat.
“Sabtu…” Xue Jiao menyentuh dagunya, “Kita akan membicarakannya nanti.”
“Apa kau memiliki acara lain? Mengapa kita harus membicarakannya nanti?!” Yi Tian Yu terlihat sangat cemas.
Xue Jiao terlihat bingung, “Bukankah hari Sabtu itu masih lusa? Aku juga tidak tahu apa akan terjadi sesuatu pada hari itu.”
Yi Tian Yu: “…”
Pemuda itu merasa sangat marah dengan jawaban Xue Jiao.
Kutu buku ini.
***
Catatan:
[1] Secara teknis, Yu Tian Yu mengatakan ayam sayur dalam bahasa Mandarin, namun dalam bahasa gaul, ini mempunyai arti sampah.