Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia] - Chapter 107
- Home
- Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia]
- Chapter 107 - Penyalamat (II)
Penatua Lin dan Lin Zhi Hua mempunyai kekejaman yang berbeda.
Lin Zhi Hua baru berusai dua puluhan. Mungkin karena mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan, kemampuannya sangat berbeda dari orang seusianya dan semua tindakan yang dia lakukan penuh dengan perhitungan.
Begitu dia kembali ke rumah, dia membiarkan penatua dan kerabat lainnya untuk membuat kekacauan, kemudian dia mengambil kesempatan ini untuk menghadapi seluruh kerabatnya yang menyingkirkan dia dari Lin shi.
Kerabatnya yang lain tidak bisa ikut campur, bagaimanapun juga, keluarga Lin-lah yang datang dan memaksa orang lain untuk masuk ke rumah mereka!
“Singkirkan tamu-tamu ini!” Di depan semua kerabatnya, Lin Zhi Hua hanya melontarkan kalimat ini.
“Baik!”
Selain asisten rumah tangga, hanya pasangan Lin dan Lin Zhi Hua saja yang masih tinggal di ruangan itu.
Ayah Lin dan Ibu Lin saling memandang dengan rasa takut yang terpancar di mata mereka.
“Itu… Zhi Hua… apa ini tidak terlalu berlebihan? Mereka semua adalah orang yang telah bekerja di perusahaan selama bertahun-tahun…”kata Ayah Lin dengan ragu.
Lin Zhi Hua membuka matanya dan melirik Ayah Lin, kemudian dia membuka mulutnya, “Ada dua tipe orang: yang pertama adalah orang yang berjasa, yang lainnya… ngengat. Keluarga Lin tidak memberi makan ngengat.”
Setelah dia mengatakan ini, dia berdiri dan menuju lantai atas untuk beristirahat.
“Zhi Hua!” Ibu Lin tiba-tiba menghentikannya.
“Hm?” Lin Zhi Hua menoleh ke belakang.
“Apa… dalam kehidupan ini, Ibu mempunyai kesempatan… untuk menggendong seorang cucu?”
Ibu Lin bertanya dengan sangat hati-hati. Jelas, perkataan orang-orang itu mempengaruhi dirinya.
Jika masalah Lin Zhi Hua disebabkan karena tidak ingin membesarkan anak, lalu kenapa dia tidak pernah berpikir untuk membuktikannya setelah bertahun-tahun ditekan oleh penatuanya?
Jika dia mempunyai satu anak saja…
Semua masalah ini pasti akan segera terselesaikan. Lin Chang Ji pasti tidak akan berkhianat dan Penatua LIn juga tidak akan menyerah pada cucunya, yang telah menjadi penerusnya selama bertahun-tahun.
Lin Zhi Hua menatap ibunya dengan tajam, dan itu membuat Ibu Lin sedikit… ketakutan.
Dia sedikit memejamkan matanya, “Anakku hanya akan lahir dari rahim kekasihku, yang akan menemaniku dalam menghabiskan sisa hidupku.”
Lin Zhi Hua tahu bahwa tidak banyak orang yang ada di lingkaran mereka peduli tentang hal tersebut. Banyak di antara mereka yang mempunyai anak yang terlahir dari hasil pernikahan resmi dan juga anak yang terlahir di luar pernikahan.
Bahkan, Ayah Lin juga mempunyai anak di luar pernikahan saat masa mudanya, akan tetapi anak itu meninggal saat masih kecil.
Alhasil, Ayah Lin menjadi orang yang kaya raya dan pemalas, namun dia tidak berani untuk bermain -main dengan wanita lain. Pikirannya hanya tertuju pada Lin Zhi Hua dan keluarga Lin.
Lin Zhi Hua tidak akan pernah bersikap seperti ini. Walau dia tidak mempunyai anak sekalipun, dia tidak akan memaksakan dirinya untuk mempunyai seorang anak.
Apa yang bisa dibuktikan?
Tidak ada yang bisa dibuktikan, justru hal ini hanya akan menunjukkan insting kebinatangan yang ada dalam dirinya.
Ada banyak orang yang akan menertawakannya dan memandang rendah dirinya. Semua prestasi yang dia hasilkan selama ini sudah cukup membuat orang-orang itu mengetahui “masalah”-nya dan menertawakan dirinya untuk menekankan kecemburuan yang mereka rasakan.
Namun ketika mereka berhadapan langsung dengannya, tidak peduli seperti apa isi hati mereka, mereka akan tunduk di hadapannya. Bahkan, jika mereka mengungkapkan ketidakpuasan mereka, mereka tetap tidak berani untuk menunjukkannya secara langsung.
Status tidak didapatkan dari orang lain, melainkan didapatkan dari pencapaian yang diraih oleh diri sendiri!
Lin Zhi Hua menunggu sampai Ibu Lin selesai mengungkapkan isi hatinya, kemudian dia berbalik dan berjalan ke arah lain, “Aku akan tidur di apartemen malam ini.”
“Ai——” Ibu Lin akan bereaksi, namun Lin Zhi Hua telah pergi.
Ayah Lin dan Ibu Lin hanya bisa saling memandang.
***
Di dalam mobil.
Lin Zhi Hua duduk diam sambil melihat ke luar jendela. Wajahnya tanpa ekspresi, namun aura yang ada di sekitarnya sangat menakutkan.
Chen Yan menundukkan kepalanya dan tidak berani untuk bicara sepatah kata pun.
Saat bos sedang dalam suasana hati yang buruk, tidak ada seorang pun yang bisa menghiburnya. Itu akan lebih baik jika bos memperlakukan mereka seperti angin lalu, jika tidak…
Drrrt!
Ponsel Lin Zhi Hua bergetar.
Alis Lin Zhi Hua berkerut dalam sekejap. Chen Yan dan sopir langsung menahan napas dan berharap bahwa mereka bisa menjadi udara di sekelilingnya. Mereka hanya bisa diam dan mendoakan keselamatan orang yang mengirimkan pesan tersebut di dalam hari mereka.
[Jiao Jiao: Apakah kau sudah menyelesaikan urusanmu?]
{Jiao Jiao: Aku tidak berani mengirimmu pesan pada siang hari! Ah ah ah! Lin Ge! Zhi Hua! Terima kasih!!! Berkat kau, aku sengaja berlatih berulang kali untuk mengerjakan soal-soal yang kau berikan. Seperti yang diharapkan, aku berhasil menghindari soal-soal jebakan itu!]
[Jiao Jiao: Astaga, Dewa macam apa dirimu!]
Lin Zhi Hua, “Pfft——”
Tangan sopir itu bergetar dan mobil pun ikut berguncang. Lin Zhi Hua tidak menanggapinya, dia hanya memperhatikan ponselnya.
Wajah Chen Yan yang pucat juga tampak terkejut dan matanya dipenuhi dengan kepanikan.