Thousand Miles of Bright Moonlight - Chapter 72
Putri Ina adalah keponakan dari Wakhan Khan dan juga istri dari Yuchi Damo.
Semalam, Su Dangu, Yaoying, dan Yuanjue meninggalkan Wangsi secara terpisah. Yuanjue membawa keluar pelayan Gaochang, berpikir mereka akan menunggu sampai tiba di tempat yang aman untuk diinterogasi. Sayangnya, mereka kurang beruntung dan tak bisa keluar sebelum jam malam diberlakukan. Ketika dia keluar, dia harus kembali ke Kuil Wangsi untuk kabur.
Si pelayan takut kalau Yuanjue akan membunuh dirinya, jadi dia pun menangis dan melolong. Dia bersumpah kalau Yuchi Damo takkan pernah memasang perangkap untuk mencelakai orang lain.
Yuanjue merasa kalau pelayan ini berisik, jadi dia membuatnya pingsan, memasangkan pakaiannya lalu pergi ke Kuil Wangsi untuk mencari tahu tentang situasinya. Siang ini, orang-orang di Wangsi telah mundur ke istana, dan lapis ketiga dan terluar dari istana dijaga oleh para pengawal Putri Ina. Barulah kemudian Yuanjue mendapat kesempatan untuk kabur dari Wangsi.
Yaoying mengernyit ketika mendengar hal ini.
Begitu dia tiba di Gaochang, dia telah dengan sengaja pergi ke pasar untuk mencari kabar dari Hu Shang yang tahu berbagai hal. Hu Shang memberitahunya kalau hubungan antara Yuchi Damo dan Putri Ina cukup tegang.
Pasukan berkuda Rong Utara hebat dalam menjarah dan menyerang, tapi tidak mahir dalam mempertahankan kota, dan bakan lebih buruk lagi saat mengendalikannya. Wilayah alam Gaochang itu istimewa, dan Wakhan Khan yakin bahwa setelah menyerang Gaochang, dia harus mengirim pasukan untuk menjaga. Upaya ini tidak mudah. Lebih baik jika mengendalikan Gaochang lewat pernikahan dan menarik pajak tinggi dari Gaochang untuk menyokong pemerintahan kerajaan Rong Utara. Jadi dia pun mengirim pasukan berjumlah 20.000 orang, mengepung Gaochang, serta memaksa Yuchi Damo menikahi Ina sebagai istrinya.
Pada saat itu, Yuchi Damo telah menikahi seorang istri dari suatu keluarga terpandang. Pasangan itu saling menghormati dan mengasihi. Putri Ina usianya lebih tua dari Yuchi Damo dan sebelumnya sudah pernah menikahi beberapa orang bangsawan Tujue. Namun karena pasukan Rong Utara jauh lebih kuat, Yuchi Damo pun harus menceraikan istrinya dan menikahi istri yang baru.
Kabarnya pada malam pengantin, Yuchi Damo sempat berkata kepada orang-orang di sekitarnya: Penghinaan hari ini akan dibalas di masa mendatang!
Mengandalkan statusnya sebagai Tuan Putri dari Rong Utara, Putri Ina sangat tinggi hati, arogan, dan pemboros, membiarkan para bawahannya menjarah barang-barang berharga yang diperoleh dari perjalanan bisnis. Para petarung bawahan yang dia bawa menindas orang-orang Gaochang dan membawa keluarga kerajaan Gaochang ke dalam kepulan asap kemelut dan penderitaan.
Pasangan itu saling bermusuhan. Putri Ina pernah mengolok Yuchi Damo sebagai orang yang lemah dan tak berguna. Yuchi Damo adalah seorang jenderal yang sudah dikalahkan oleh Wakhan Khan. Juga ada para pelayan yang sempat melihat Yuchi Damo meninggalkan kamar sang Putri dengan marah, beberapa bekas cakaran tertoreh di wajahnya.
Yaoying bertanya pada Yuanjue: “Bagaimana situasi di istana sekarang ini? Kenapa Putri Ina mengirim prajurit untuk menjaga kuil?”
Yuanjue berkata,“Para penjaga istana semuanya adalah prajurit pribadi milik Putri Ina. Bawahan ini merasa kalau Yuchi Damo mungkin sedang menjadi tahanan rumah.”
Kernyitan di alis Yaoying jadi semakin rapat. “Apa Putri Ina telah menemukan keberadaan kita?”
Yuanjue menggelengkan kepalanya dan berbisik, “Bawahan ini telah menanyai si pelayan. Dia berkata bahwa Putri Ina dan Yuchi Damo sering bertengkar selama setahun terakhir ini. Yuchi Damo dan istrinya yang sebelumnya memiliki sepasang anak laki-laki dan perempuan. Sepasang anak itu seharusya dikirim ke istana Rong Utara sebagai tawanan, tapi Yuchi Damo tak bersedia menyetujuinya. Belum lama ini, Putri Ina memberitahu Yuchi Damo kalau dia sudah mengirim kedua kakak beradik itu keluar. Yuchi Damo marah dan mengejar kedua kakak beradik itu. Setelah membawa mereka kembali ke istana, Yuchi Damo bertengkar hebat dengan Putri Ina, menyebut Putri Ina sebagai wanita berbisa, dan Putri Ina begitu marah sampai-sampai membunuh seorang budak wanita.”
“Semalam karena ada pembatasan di istana, Yuchi Damo tak menunjukkan diri. Pagi ini, beberapa kereta meninggalkan istana dan langsung menuju perkemahan Rong Utara. Si pelayan mengenali kalau salah satu orang yang ada di dalam kereta itu adalah ibu susu si anak laki-laki, dan beberapa orang itu terus menangis. Penjaga mereka adalah pelayan Putri Ina.”
Yaoying berpikir sejenak, hatinya mendapat titik terang.
Dia mengerti apa yang telah terjadi semalam.
Demi mengirim anak-anak suaminya dari istri terdahulu ke Rong Utara, Putri Ina tidak ragu-ragu mengatur agar pihak istana menjadikan suaminya sebagai tahanan rumah, sementara tanggal yang telah mereka dan Yuchi Damo sepakati untuk melakukan pertemuan rahasia kebetulan terjadi pada saat yang sama dengan ketika Putri Ina turun tangan.
Hal ini terjadi dengan begitu kebetulan sehingga mereka malah terlibat dalam gerakan pemberontakan di Gaochang.
Dari sudut pandang ini, insiden di Kuil Wangshi tak ada hubungannya dengan Haidu Aling. Haidu Aling telah dipaksa keluar dari mahkamah kerajaan Rong Utara dan tak memiliki hubungan baik dengan Putri Ina.
Yuanjue menghela napas dan berkata: “Ketika Putri Ina datang ke Gaochang, dia membawa lebih dari seribu prajurit dari Rong Utara. Istana dijaga amat ketat. Kita tak punya kesempatan untuk bertemu Yuchi Damo secara rahasia.”
Yuchi Damo sedang menjadi tahanan rumah dan kehilangan kualifikasi sebagai sekutu, sementara anak laki-laki dan perempuannya dikirim ke Rong Utara. Apa dia akan berani bersekutu dengan Mahkamah Kerajaan?
Kali ini mereka mungkin akan kembali tanpa hasil.
Yaoying tak mengatakan apa-apa. Dia menatap Su Dangu, yang membisu di sisinya.
Bukannya sama sekali tak ada jalan lain… tapi….
Dengan tenang Yaoying memperhitungkan dalam hati.
Putri Ina menjadikan suaminya sebagai tahanan rumah dan mengirim pergi anak-anak pria itu. Para bangsawan Gaochang takut pada Rong Utara dan tak berani bilang apa-apa. Ibu Kota begitu tenang, dan aturan pembatasan di dalam kota sudah sepenuhnya dilonggarkan.
Yaoying dan yang lainnya masih tinggal di dalam griya. Alanruo merebus obat tiap hari dan menyuruh Yaoying meminumnya. Yaoying minum beberapa dosis obat itu dan pulih dengan cepat.
Dua hari kemudian, Lao Qi dan Xie Chong yang telah memasuki kota akhirnya membawakan kabar tentang Xie Qing.
Xie Qing terluka demi melindungi pangeran kecil Jin Bo dan untuk sementara waktu ini tak bisa bergerak. Kini mereka bersembunyi di tempat yang sangat aman. Selama beberapa hari ini tak ada orang yang mengejar mereka.
Yaoying menghembuskan napas lega.
Tak peduli seberapa kuat pun Haidu Aling, mustahil untuk mengurus semua segi, dan pria itu takkan pernah mengira kalau mereka akan meyelamatkan Jin Bo. Haidu Aling tidak datang ke Gaochang, hanya mengirim orang untuk menyergap Jin Bo, dan para pembunuh itu pun sudah kehilangan nyawa di bawah pedang.
Setelah memastikan bahwa Haidu Aling tak ada di sekitar situ, kecemasan di dalam hati Yaoying pun sedikit berkurang. Maka dia pun membuat keputusan, mencari Su Dangu, dan meminta pendapat pria itu.
Su Dangu tak kelihatan, dan butuh waktu lama bagi Yaoying untuk menemukannya di depan koridor.
Jika bukan karena posisi berdiri Su Dangu yang terlalu tegak, Yaoying akan mengira kalau pria itu sedang menikmati pemandangan salju di halaman.
“Langit penuh welas asih, mengizinkan Jenderal Su menemani saya hingga saat ini, dengan perhatian dan kebaikan mendalam, serta….”
Yaoying melangkah maju dan mengucapkan banyak kata berbunga-bunga.
Su Dangu menatap ringan ke arahnya.
Yaoyin berhenti bernapas ketika Su Dangu menatapnya. Dia pun tersenyum, lalu langsung bertanya, “Mungkinkah hal yang akan saya lakukan berikutnya menyebabkan ketidaknyamanan bagi Jenderal?”
Su Dangu menatap salju di permukaan dinding lempung. “Putri bebas melakukannya.”
Yaoying memang ingin mendengar jawaban ini, namun ketika Su Dangu mengucapkannya dengan begitu singkat, dia jadi agak terkejut.
Nada suara pria itu ringan, namun ada suatu aura yang menimbulkan kesan bahwa Su Dangu akan menanggung semuanya tak peduli apa pun yang terjadi. Kegugupan Yaoying sedikit mereda. Dia berbalik, memikirkan sesuatu, lalu berbalik lagi dan menatap punggung Su Dangu.
Punggung tersebut lurus dan tinggi. Ketika berdiri di sana, bagai pegunungan dengan ribuan puncak, menyangga langit.
Su Dangu sudah membunuh banyak sekali orang, namun tak ada satu nyawa pun di bawah pedangnya. King Kong memelotot padanya, juga untuk menakhlukkan empat iblis dan menjaga satu sisinya tetap stabil dan bahagia.
Sejenak Yaoying merasa takjub, lalu bertanya pelan, “Jenderal Su, sang Putra Buddha tak peduli jika misi saya ke Gaochang kali ini berhasil atau tidak, kan?”
Si prajurit berkata bahwa perintah Tumoroga adalah untuk membantu Yaoying menyampaikan pesan ke Dataran Tengah.
Su Dangu membisu.
Yaoying berdiri diam dan tak kunjung pergi. Suaranya ditinggikan, lalu mengulang pertanyaan tadi dengan suara nyaring dan merdu.
Kalau Su Dangu tak menjawab, dia bisa bertanya lagi.
Su Dangu menghadapkan punggungnya pada Yaoying, membisu sejenak, lalu mengangguk samar.
Sudut mulut Yaoying melengkung samar sebelum dia berbalik dan berjalan pergi.
****
Pada hari kedua, Yaoying melanjutkan kunjungannya ke pasar dengan dipimpin oleh Qi Nian.
Tak ingin dirinya mencolok, Yaoying berpakaian seperti wanita Hu setempat, menutupi wajahnya dengan cadar ketika dia keluar masuk, sementara para prajurit yang mengikutinya telah diganti supaya jangan sampai salah bicara.
Selama beberapa hari, Yuanjue mengikuti Yaoying mengelilingi semua toko yang ada di kota, juga pergi ke beberapa kuil dan biara. Setiap hari, dia bergabung dengan kerumunan orang, dan koin Persia emas serta perak yang dibawanya dihabiskan untuk ditukar dengan barang. Ada banyak sekali perhiasan serta brokat sutra yang berharga dan indah.
Prajurit-prajurit lain menanyakan kepada Yuanjue apa yang telah dia lakukan ketika tiap hari dia pergi ke luar. Yuanjue rasanya ingin menangis, tapi tak ada air mata yang keluar: Putri Wenzhao sungguh murah hati dan bahkan tak berkedip ketika melihat apa yang telah dibelinya. Gadis itu seperti anak manja dan pemboros, tapi seperti tidak peduli sama sekali. Apa jawabannya?
Sementara itu, Qi Nian dan Alanruo pergi ke luar siang malam, untuk mengirimkan surat.
Putri Ina telah menjadikan suaminya sebagai tahanan rumah. Demi menenangkan orang-orang, dia mengadakan pesta di istana tiap hari untuk menghibur para bangsawan. Selama periode ini, Yuchi Damo terkadang menunjukkan diri sebentar, dan istana penuh dengan nyanyian serta tarian. Di tempat itu, tak ada yang bisa melihat apa yang ada di baliknya.
Hari ini, dengan salju deras dan angin dingin melolong-lolong, Yaoying membawa para prajuritnya ke pasar, memasuki sebuah kedai arak, dan naik ke lantai dua.
Qi Nian serta dua orang Han dari Dataran Tengah telah menunggu di depan pintu dan berbisik: “Putri, semua pengaturan sudah dibuat. Keluarga Zhao, Keluarga Zhang, Keluarga Wang, dan Keluarga Yang akan mengirim orang kemari hari ini.”
Yaoying mengangguk.
Yuanjue mengikutinya dan bertanya, “Mengapa Putri ingin menemui tamu di tempat seperti ini?”
Selama beberapa hari ini dia sudah menjadi pelayan untuk Yaoying, mengetahui bahwa Yaoying sedang berusaha mengirim kabar ke keluarga-keluarga kaya di Gaochang. Sebagian besar dari keluarga-keluarga kaya itu berasal dari keluarga-keluarga di Hexi dan Helong. Mereka ingin kembali ke kampung halaman.
Yaoying berkata: “Aku tak tahu apakah mereka bisa dipercaya. Lebih aman kalau bertemu di sini. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita bisa pergi kapan saja.”
Yuanjue mengangguk, dan dalam hati berkata bahwa Tuan Putri penuh pertimbangan. Posisi Alanruo sebagai anggota dari Mahkamah Kerajaan tak boleh sampai ketahuan.
Tak lama setelah mereka berdua tiba, tiga orang gadis pelayan datang memasuki rumah itu dengan membawa beberapa kotak, diikuti oleh beberapa orang remaja yang membawa peti, semuanya berasal dari karavan. Para remaja itu membuka peti, dan tiba-tiba seluruh ruangan itu dipenuhi kemilau cemerlang dari harta karun.
Yuanjue terpana. Bukankah ini semua adalah permata yang dibeli sang Putri sebelumnya?
Yaoying memberi isyarat pada Yuanjue agar menunggu di luar layar lalu dia sendiri memasuki ruangan.
Yuanjue tak berani masuk, jadi dia menunggu di luar dengan kedua tangan tergantung di sisi tubuh, hanya mendengarkan suara-suara gemerisik yang datang dari dalam. Perhiasan-perhiasan terus dikirim masuk satu demi satu, dan gadis-gadis pelayan berlalu lalang keluar masuk, tampak begitu sibuk.
Yuanjue menunggu selama satu jam, punggungnya sakit, dan kepalanya pusing. Akhirnya dia mendengar suara Yaoying memanggil dari dalam. Dia pun langsung bersemangat, kepala diangkat, melangkah ke balik layar. Begitu matanya tertuju pada apa yang ada di dalam ruangan, dia pun langsung melongo.
Ruangan itu begitu bersih dan rapi, tirai manik-manik bergelantungan, lantainya berlapis permadani yang indah. di situ terdapat peti-peti harta, perabotan, layar-layar berlapis emas yang sarat dengan puisi, beberapa pendupaan berlapis emas di depan bangku panjang, gulungan-gulungan tembakau, dan sebagainya.
Seorang wanita duduk di depan bangku panjang dengan wajah merah muda serta bibir merah menyala, riasannya begitu halus. Sepasang lesung pipit menghias pipinya, sebuah permata hijau terpasang di tengah-tengah alisnya, sanggulan tinggi, dihias dengan bunga-bunga emas serta zamrud, juga poni samping yang dihias dengan kelopak bunga ganda yang bergoyang-goyang. Bunga peoninya berwarna merah dan bukan merah, putih dan bukan putih, mengenakan gaun dengan lengan pendek sempit, lapisan luarnya penuh dengan sulaman bunga-bunga merah dan daun hijau yang meliuk-liuk bagai naga. Pada pertengahan lengannya, di lapis bawah terdapat gaun merah panjang dengan pola dua belas bunga lavender berwarna gelap, sementara di bagian bahu terdapat sutra dengan lukisan bunga dan burung berwarna emas dan perak. Begitu anggun dan mewah, begitu cemerlang dan menyilaukan mata.
Kemegahan Rongguang membuat orang gentar untuk menatapnya.
Berkas-berkas cahaya dari langit membanjir ke dalam ruangan lewat celah-celah di jendela, dan menyinari bunga peoni di pelipisnya. Entah dari mana bunga itu berasal. Kelopak-kelopak putihnya seakan masih memiliki butiran embun, dan menghiasi rambut serta alis hitam legam hingga tampak kian mencolok.
Wanita itu menatap Yuanjue seraya tersenyum, sorot matanya begitu menghanyutkan, dan cahaya dari seluruh ruangan seakan langsung menyinari matanya.
Seketika itu juga, rasanya seakan tempat ini bukanlah Ibu Kota Gaochang yang terletak di tengah padang pasir, melainkan Kota Chang’an tempat istana dibuka selama sembilan hari yang berada ribuan li jauhnya, dan menjadi tempat pemujaan dari seluruh negara.
Yuanjue menatap nanar pada Yaoying, dagunya tak bisa ditutup dalam waktu lama.
Yaoying mengedip padanya, bulu mata bergetar, dan sudut-sudut alisnya dilukis dengan kemilau samar. Dirinya tampak sedikit lebih dewasa dibanding biasanya. Tiap gerakannya tampak anggun dan memesona.
“Membuatmu ketakutan?” Yaoying bertanya seraya tersenyum.
Yuanjue nyaris lupa untuk bernapas, dan dia pun mengangguk dengan sorot mata nanar, dalam hati membaca paritta, dan membatin: Untung saja, Tuan Wali hari ini tidak datang kemari.
Jenderal Ashina benar, Putri Wenzhao terlalu berbahaya!
Kepala Yaoying penuh dengan mutiara dan zamrud, duduk di atas bangku panjng, bunga-bunga peoni yang bertengger di sampingnya bergetar pelan, berkata, “Baguslah, kau adalah seorang seniman beladiri dengan hati yang kokoh. Kau merasa takut, dan semua orang juga bisa begitu. Aku sedang menggertak.”
Yuanjue masih merapalkan paritta tanpa suara, lalu sepasang zirah diantar kepadanya.
Yaoying terkekeh. “Hari ini kau sudah bekerja begitu keras untuk menjadi pengawalku dan membantuku melengkapi adegannya.”
Yuanjue menundukkan kepalanya, mengenakan zirahnya, memasuki ruangan, dan berdiri di bagian kepala ranjang. Beberapa orang Han juga mengenakan zirah, semuanya menyandang pedang, tampak begitu mengesankan, berdiri terpisah di setiap sudut ruangan seperti dirinya.
Si gadis pelayan berlutut lalu duduk di belakang Yaoying, tangannya memegangi kipas berhias, pendupaan, kotak-kotak dupa serta benda-benda lain. Ruangan itu begitu harum, dan beberapa orang gadis pelayan sedang membuat teh di koridor di luar, keharuman teh menyebar.
Punggung Yuanjue ditegakkan, suasana tempat itu membuatnya tak berani bersuara.
Yaoying mengedarkan pandang ke sekeliling dengan seksama, memastikan bahwa setiap sudutnya telah diatur, lalu menghembuskan napas lega.
Pagi-pagi sekali seperti ketika di Mahkamah Kerajaan, Yaoying mengirim Lao Qi untuk menghubungi orang-orang berjiwa kesatria dari seluruh penjuru dunia. Keluarga bangsawan di Hexi mendapat tekanan amat besar dan merindukan kampung halamannya. Setelah mengetahui bahwa Yaoying adalah putri dari Dataran Tengah, mereka pun dengan cepat merespon, menyertakan pula beberapa keluarga kaya di Gaochang.
Dukungan dari keluarga kerajaan tentu saja penting, dan keluarga kaya yang telah beroperasi di Xi Yu selama bertahun-tahun dan menjalin banyak hubungan harus dimenangkan. Karena untuk sementara waktu ini Yuchi Damo menjadi tahanan rumah, pertama-tama Yaoying akan bergabung dengan keluarga-keluarga kaya.
Hari ini dia akan bertemu dengan orang-orang berjiwa kesatria itu, maka auranya adalah hal yang paling penting.
Seperti kata pepatah, naga yang kuat tidak akan menekan ular, untuk sementara waktu ini dia tak bisa memberi jaminan. Kalau dia ingin membuat para saudagar Hexi yang telah lama terpisah dari Dataran Tengah ini gentar, pertama-tama dia harus bersikap lantang dan menggertak mereka sejak awal.
Dia harus menunjukkan kesungguhan terbaiknya, dan dia harus membuat para saudagar ini melihat apa yang mereka inginkan dari dirinya.
Ketika dia pertama kali datang ke Gaochang, Yaoying melihat bahwa tak ada seorang pun yang mengenakan pakaian Han ataupun bicara Bahasa Mandarin di jalanan. Hal ini membuatnya agak cemas, takut kalau keluarga kaya itu akan sudah sejak lama melupakan kampung halaman mereka.
Kemudian, tiap hari dia mengunjungi pasar untuk menanyakan tentang trik-trik kekinian Gaochang, riasan macam apa, dan barang-barang apa yang paling banyak permintaannya. Dia pun menemukan beberapa keunikan. Buku-buku sastra yang tertulis dalam karakter Han masih laris terjual. Para wanita berebut membeli sutra dan satin, kain, tusuk rambut, manik-manik serta kumala hijau dari Dataran Tengah.
Qi Nian memberitahunya bahwa ada banyak orang yang dipaksa mengubah kebiasaan mereka, tetapi mereka masih tak melupakan kampung halaman mereka. Setiap kali ada festival, diam-diam mereka akan memberi persembahan kepada para leluhur, sambil menantikan kedatangan sang raja.
Karenanya, pada pertemuan pertama, Yaoying harus menunjukkan sosok Putri Wenzhao yang kaya dan berkuasa, yang agung dan penuh percaya diri serta membawakan harapan bagi mereka, bukan seorang gadis kecil yang malang dan tak berdaya.
Gaya rambut yang dipakainya, riasan di wajahnya, pakaian di tubuhya, pakaian yang dikenakan para prajurit dan dayang di sekitarnya, serta perabotan di dalam rumah bukanlah penampilan kekinian di Chang’an saat ini, melainkan gaya wilayah utara ketika negara masih terpecah belah bertahun-tahun yang lalu.
Para saudagar setempat berada amat jauh dari Dataran Tengah. Inilah kampung halaman yang ada dalam benak mereka, dan penampilan ini bisa membuat mereka tersentuh.
Yaoying menenangkan diri, matanya mengisyaratkan bahwa penjaga di pintu bisa mengizinkan orang-orang masuk.
****
Di bawah, sekelompok orang yang tampak terburu-buru melewati pasar yang ramai, dan berkumpul di depan toko.
Orang-orang ini ada yang tua dan muda, semuanya mengenakan mahkota bunga emas, rambut yang dikepang menggelantung di punggung, mengenakan baju berkerah bundar dan berlengan sempit. Mereka saling berpandangan, tampak serius, dan terus bertanya: “Kau juga sudah mendengar kabarnya?”
Orang-orang yang datang ini semuanya menikah dengan penduduk setempat dan biasanya melatih perlawanan secara diam-diam. Mereka mengetahui akar mereka, dan berdiri saling berbisik, lalu berderap naik ke lantai dua.
Ketika tirai berlukis terbuka, dayang mengangkat tirai manik kristal, dan keharuman pun langsung menyapa mereka. Dalam kilau benderang kamar itu, Putri Wenzhao menatap orang-orang tersebut seraya tersenyum, matanya cemerlang, dan dirinya tampak begitu memesona.
Bagi kaum tua, pemandangan ini sama persis dengan apa yang mereka ingat di masa muda.
Di masa lalu yang damai dan jaya, keluarganya makmur, rakyatnya bahagia, Jalur Sutera tidak ditutup, dan perdagangan serta pertukaran barang berkembang pesat. Sungguh Gaochang yang penuh kemakmuran!
Semua orang tertegun lama, dengan perasaan campur aduk. Antusiasme dalam hati mereka menderu-deru, lalu mereka pun memberi salam kepada Yaoying.
Batu besar yang ada dalam hati Yaoying pun terlepas dan jatuh ke tanah.
Menilik dari reaksi orang-orang ini, dia telah melakukannya dengan benar.
****
Malamnya, di Istana Gaochang.
Sepucuk surat rahasia yang tertulis dalam aksara Mandarin diantarkan kepada Yuchi Damo. Setelah membaca surat itu, kilatan aneh melintas di matanya.
Terdengar suara langkah kaki di luar pintu.
Yuchi Damo berbalik, meletakkan kertas surat itu di depan lentera minyak, dan membiarkan api menelan kertas tersebut.