Spending the Villain’s Money to Extend My Life [Bahasa Indonesia] - Chapter 212
- Home
- Spending the Villain’s Money to Extend My Life [Bahasa Indonesia]
- Chapter 212 - Boss Memiliki Asisten Baru (III)
Ketika Huo Si Shen selesai rapat, dia melihat sekretaris wanitanya yang tersenyum padanya melalui kaca jendela kantornya dan mengerutkan keningnya.
Tak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu ruangannya.
“Bos, saya membuatkan Anda kopi.”
Kerutan di keningnya semakin dalam.
Menit berikutnya, pintu terbuka dan aroma parfum yang kuat melayang ke ujung hidungnya.
Aroma mawar.
Aromanya mirip. Namun, aromanya itu hanya membuatnya kesal.
“Ini masih panas, Bos.”
Suara halus dengan cepat keluar dari mulut sekretaris wanita yang mengenakan masker itu.
Ekspresi Huo Si Shen menjadi lebih dingin.
Dia mendongak dan melihat sepasang mata yang berkedip-kedip dan menatapnya di luar jendela sebelumnya.
Dia mengenakan eyeliner dan riasan yang sangat halus.
Akan tetapi…
Dia merasa semakin jijik.
Terutama ketika dia membungkuk dan rambut panjangnya yang lurus itu jatuh ke atas mejanya.
Dia langsung melemparkan penanya dengan kesal!
Xu Jiao telah mengamati ekspresi mikro bosnya dengan cermat.
Dia sengaja menyemprotkan parfum yang tidak bisa ditolak oleh pria mana pun dan memeriksa riasan matanya. Dia terus berusaha untuk menggodanya selama ini.
Suaranya lembut dan menawan.
Ketika dia membungkuk, seseorang bisa melihat lekukannya.
Rambut panjang yang mewakili pesona feminimnya imenutupi atas meja. Semuanya berjalan seperti yang dia rencanakan.
Lihat? Dia memang merasakan sesuatu!
Ekspresinya juga berubah.
Bahkan, dia membuang penanya.
Dia tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya, kan?
Seluruh perhatiannya itu telah tertuju padanya.
Hati Xu Jiao tiba-tiba dipenuhi dengan rasa sukacita.
Namun——
Detik berikutnya, suara yang sangat dingin terdengar di ruangan yang bertekanan rendah itu.
“Ambil semua rambutmu yang rontok.
Buang kopi beserta cangkirnya!
Ikat tambutmu! Jika kau berani menjatuhkan satu helai rambut di ruanganku, kau akan dipecat!
Dan, jangan pernah menggunakan parfum beraroma mawar!”
Menjijikan.
Kata-kata itu tidak terlukiskan di wajah Huo Si Shen yang tampan.
Pada saat itu, Huo Si Shen merasa sangat kesal, sehingga dia tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya.
Rasa jijik yang kuat itu membuat dirinya merasa tidak nyaman.
Dia menatap sekretaris wanita itu dan yang dia rasakan hanyalah kotor, berantakan, dan murahan.
Rambutnya menempel di jas putihnya karena listrik statis.
Wajahnya kering karena dia terlalu banyak menggunakan riasan wajah…
Ketika dia masih merasa kesal, ponselnya yang dia letakkan di atas meja bergetar.
Dia mengambilnya sambil menyipit mata.
[Sudahkah Kau Menerima Amplop Merah Hari Ini: Apa kau sudah sarapan? Maaf, aku ketiduran. QAQ. Tekan 1 jika kau marah padaku.]
Bibir tipisnya terkatup rapat.
Mau tidak mau, dia mengingat sosok gadis yang cantik dan ramping itu beserta dengan kejadian absurd yang terjadi kemarin malam.
Rambutnya hitam dan tebal, namun rambut itu tidak pernah rontok di tempat yang bisa dilihatnya.
Wajah kecilnya halus dan lembut, bibir merahnya seperti almond, dan matanya jernih. Seluruh penampilannya sangat bersih dan rapi.
Bahkan, aroma mawar samar yang berasal dari tubuhnya itu setenang sekuncup bunga mawar kecil yang tumbuh di taman seseorang. Aroma itu membuat dirinya merasa nyaman.
Memikirkan hal tersebut, sebagian besar dari rasa jijik yang dia rasakan itu menghilang.
Dengan cepat, bagian belakang telinganya mulai memanas.
Jari-jari tangannya menelusuri layar ponsel dengan lembut dan rahangnya mengeras.
Kemarin malam adalah malam yang konyol!
Huo Si Shen mengerutkan keningnya dalam-dalam.
Ketika dia menyadarinya, darahnya mulai bergejolak dan tidak terkendali.
Hanya dengan memikirkannya sejenak, dia bisa mengingat sentuhan lembut dari gurita yang bersikeras melilit di tubuhnya kemarin malam!
Kemudian… 12 lukisan itu!
Dan puisi-puisi yang dia baca sepanjang malam!
Itu…
Huo Si Shen menatap ponselnya dengan dingin!
Tidak sopan!
***
Gu Shi Shi menopang kepalanya dengan ponsel di tangannya.
Dia ragu-ragu sejenak sebelum dia mengirimkan pesan kepada bos untuk mengetahui bagaimana kondisinya.
Bagaimanapun juga, dia gagal dalam melaksanakan tugasnya pagi ini.
Itu tidak baik, jika dia membuat bos kelaparan.
Tapi, dia juga takut jika dia mengirimkan pesan secara acak yang akan membuatnya tidak bahagia, sehingga itu akan mengurangi tingkat kesukaannya.
Jadi, dia memutuskan untuk meberikan wadah untuk melampiaskan amarahnya.
Jika dia merasa tidak bahagia, tekan 1.
Biarkan kemarahannya itu keluar melalui ujung-ujung jarinya, bukan melalui dirinya.
He he, dia sangat pintar.