Spending the Villain’s Money to Extend My Life [Bahasa Indonesia] - Chapter 205
- Home
- Spending the Villain’s Money to Extend My Life [Bahasa Indonesia]
- Chapter 205 - Kau Itu Pria. Jadi, Dewasalaaah~ (III)
Gadis itu kehilangan keseimbangannya dan hampir jatuh tersungkur ke kursi.
Kedua tangannya yang lembut seperti tidak memiliki tulang dan mencengkeram bahu Huo Si Shen.
Bahkan dengan mata yang terpejam rapat, Huo Si Shen bisa merasakan bahwa tangan kecil gadis itu terasa dingin.
Rambutnya yang bergelombang juga jatuh menimpanya. Rambutnya menyebar di atas celananya dan menyebar seperti riak di dadanya.
Ini merupakan sensasi yang menggelikan…
Wangi mawar yang berasal dari tubuh gadis itu perlahan-lahan menyatu dengan aroma anggur yang kuat dan menggoda saraf-sarafnya…
“Duduk dengan benar…”
Pria itu mendengus.
Si Yi, yang melihat dari kaca spion, terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa.
Dia melihat Nona Gu, dengan gaun merahnya, hampir jatuh ke dalam pelukan bos.
Bos… tersipu malu?
Astaga. Dia membutuhkan popcorn sekarang!
Akan tetapi, tatapannya dengan cepat bertemu dengan tatapan dingin dan garang Huo Si Si Shen.
Si Yi bergidik dan segera menatap ke depan.
Tak lama kemudian, sebuah suara lembut dengan cepat datang dari kursi belakang. Di bawah pengaruh halo, suara lembut Gu Shi Shi yang biasanya selembut kapas menambahkan sedikit kesan tersendiri.
Setiap akhir dari seluruh kalimatnya diucapkan dengan nada yang lebih tinggi dan tindakannya itu seperti menyulutkan api di dalam dada pendengarnya.
“Oh, ayolaaah. Aku sudaahh duduk dengan baik~~~
Berhenti menguncangkuuu~~~”
Si Yi hanya berharap bahwa dia bisa menghilang pada saat itu juga.
Huo Si Shen merasakan guncangan di dadanya.
Dia tidak punya pilihan selain mengulurkan tangan secepat mungkin dan mengangkat gadis yang tidak bisa mengendalikan tubuhnya dan membantunya untuk duduk dengan benar di sampingnya.
Tapi, setelah dia selesai membantunya, gadis itu langsung jatuh kembali ke atas tubuhnya!
Seolah-olah dia melakukannya dengan sengaja, dia jatuh tepat di daerah yang paling sensitif dari pria itu…
Ujung jari di tangan besarnya yang memegang bahu gadis itu terasa seperti terbakar.
Dia lembut, kulitnya yang seputih salju itu berubah menjadi merah muda yang menyebar dari leher sampai jari-jari kakinya. Dia tampak seperti udang yang sedang dimasak.
Alisnya berkerut semakin dalam. Dia tidak menyangka bahwa gadis ini sama sekali tidak bisa minum alkohol.
Dia hanya menyesap satu teguk dari setiap jenis anggur yang diberikan. Dia hampir tidak meminumnya sampai habis sebelum para pelayan membawanya pergi.
Bagaimana dia bisa begitu mabuk?
“Bos, booosss~
Kau sangat kejam… rasa sukamu naik dengan sangat lambat…
Memangnya kenapa jika kau memberikan nasib buruk~
Hehe… Aku akan memberi tahumu sebuah rahasia…”
Huo Si Shen mengangkat alisnya.
“Sebenarnya, aku pernah mati sekali…
Jadi, aku tidak takut dengan kutukanmu!”
Mata Huo Si Shen yang dalam dan dingin itu sedikit linglung.
Dan detik berikutnya…
Dia merasakan dadanya menegang.
Dia menundukkan kepalanya dan melihat gadis itu mencengkeram kerah kemejanya dan menariknya dengan keras.
“Jadi, bos, tidak masalah jika kau menghujaniku dengan hadiah dan mengajakku berkencan. Okeee~
Aku ingin rasa sukamu ini terus meningkaaattt~
Kau itu pria. Jadi, dewasalaaah~”
Huo Si Shen bisa merasakan pelipisnya yang mulai berdenyut!
Gila!
Dia mungkin tidak bisa mengingat namanya sendiri sekarang!
Si Yi, yang duduk di depan, berusaha sebisa mungkin untuk meminimalisirkan dirinya sendiri.
Di sisi lain, Huo Si Shen dengan wajah tenangnya membungkus seluruh tubuh gadis itu dengan jasnya.
Dia berharap bahwa dia bisa menutup mulut gadis itu.
Begitu dia memikirkan hal tersebut, gadis yang terbungkus dalam setelan jasnya cemberut dan mulai menangis.
Dia tidak menjerit.
Dia hanya menatapnya dengan mata sayunya, tanpa berkedip, dan air mata mengalir begitu saja di kedua pipinya.
Seolah-olah dia sangat dirugikan.
Gadis itu tertlihat sangat menginginkannya.
Hati Huo Si Shen tiba-tiba menegang.
Apa lagi sekarang?
Pada detik berikutnya, rasa sakit di dadanya mulai menjalar ke luar.
Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menghentikannya.
Dia membuka bibirnya yang tipis dan berkata, “Tutup matamu.”
Sambil mengulurkan tangan, dia menutupi mata gadis itu yang terlihat sayu. Dia khawatir bahwa dia tidak akan bisa mengendalikan dirinya sendiri, jika dia menatapnya lebih lama lagi.
“Tidurlah.” Suaranya dalam dan penuh dengan pengendalian diri.