Spending the Villain’s Money to Extend My Life [Bahasa Indonesia] - Chapter 115
- Home
- Spending the Villain’s Money to Extend My Life [Bahasa Indonesia]
- Chapter 115 - Lukisan Bambu yang Luar Biasa
“Setelah dikeringkan… Aku akan menuliskan beberapa kata di belakangnya.”
[Oh, kau juga akan menulis di bagian belakangnya? Pemilik Channel sangat profesional.]
[Tulisan tangan Pemilik Channel juga sangat cantik!]
“Oke. Hari ini, aku akan berhenti sampai di sini. Terima kasih atas dukungan kalian. Sampai jumpa lagi!”
Gu Shi Shi melihat ke arah jam. Itu sudah hampir satu jam. Dia dengan cepat berterima kasih kepada semua orang atas hadiah yang telah mereka berikan dan mematikan layanan streaming-nya.
Butuh sedikit waktu untuk mengeringkan tinta tersebut. Dia tidak hanya bisa duduk dan menunggu di sana.
Dia tidak mempunyai bakat lain dan tidak bisa mengobrol ataupun bernyanyi seperti gadis cantik lainnya, ketika mereka melakukan streaming.
Dia tidak bisa duduk dengan canggung sepanjang waktu.
[Oh, tunggu! Pemilik Channel! Jangan pergi dulu. Kau masih belum memberi tahu kami apa kau benar-benar orang kaya generasi kedua!]
[Benar! Berbincanglah dengan kami!]
Semua orang melolong dan tidak bisa menahan rasa penasarannya.
Layar menjadi gelap dan semua orang pergi dengan enggan.
Tak lama setelah dia selesai melakukan streaming, Gu Shi Shi menerima beberapa pesan pribadi dari Raja Bukit yang menyatakan niatannya untuk membeli lukisanya.
Gu Shi Shi membaca pesannya dan hanya menjawab “mungkin lain kali” dan memberikan akun WeChat barunya.
Bagaimanapun juga, dia adalah pelanggan potensialnya.
Begitu dia selesai membalas pesannya, dia dengan cepat melemparkan ponselnya ke atas meja.
Dia mengusap tangan kanannya yang sekarang terasa sakit sambil tersenyum pahit.
Dia merasa bahwa dia telah mengerahkan seluruh kekuatannya!
Hari ini, dia hanya melukis lukisan bambu. Di lain waktu, dia akan melakukan itu dengan mudah. Dia bisa dengan mudah menyelesaikan dalam waktu kurang dari 20 menit.
Tapi, hari ini…
Dia melihat ke atas meja dan bibirnya terbuka.
Hebat!
Itu adalah lukisan bambu yang luar biasa.
Dia telah meniru banyak karya dari seniman terkenal di masa lalu dan telah melukiskan lebih dari seribu karyanya sendiri, tetapi dia tidak pernah merasa sebahagia ini dengan salah satu lukisannya!
Setiap bambu, setiap daun, setiap segmen, bahkan setiap lapisannya memancarkan kekuatan dan kebanggaan yang akan menentang langit dan bumi!
Sebelum dia mulai melukis, dia ingin melukis bunga anggrek untuk menenangkan dan melunakkan hati bosnya.
Dia tidak menyangka bahwa setelah dia mengaktifkan keterampilannya tersebut, bambu yang tertiup angin dan hujan ini muncul di dalam benaknya.
Dia melihat lukisan itu lagi, dia merasa bahwa bambu yang berdiri tegak itu tampak tumpang tindih dengan bosnya.
Tidak peduli seberapa tak berujungnya kegelapan dan seberapa deras angin dan hujan itu…
Suatu hari, dia akan menerobos dan menghancurkan semuanya!
Gu Shi Shi telah menginvestasikan 2,5 jam keterampilan “Lukisan Hidup”, sebelum dia mengetahui bahwa bambu adalah gambaran yang paling cocok untuk bos!
Lukisan bambu ini.
Dia sangat puas dengan pekerjaannya sendiri.
Gu Shi Shi memandangi bambu, bebatuan, puncak gunung, dan pria yang sedang minum. Dia juga membaca puisi dalam lukisan itu. Dia terlihat senang dengan setiap bagiannya.
Ini adalah level tertinggi dari tekniknya, sekaligus lambang untuk mengekspresikan perasaannya.
“Aku ingin tahu apakah keterampilan ‘Lukisan Hidup’ ini telah diaktifkan.”
Ketika dia melihat lukisan ini lagi, Gu Shi Shi tidak merasakan sensasi tertentu.
“Mungkin karena aku tidak terlalu peduli dengan bambu? Itu sebabnya aku tidak merasakan apa-apa.”
Gu Shi Shi sedikit mengernyitkan keningnya, tetapi dia dengan cepat mengabaikannya.
Yang terpenting adalah merasakan keterampilannya, membiarkan dia menemukan arti sebenarnya dari lukisan itu, serta meningkatkan watak dan pikiran seseorang.
Proses jauh lebih penting daripada hasil.
Dia sadar bahwa dia telah melakukan yang terbaik.
Gu Shi Shi dengan perasaan bahagia mengagumi kembali lukisan Bambu Berangin itu.
Sambil menunggu tintanya mengering, dia menghabiskan waktu selama setengah jam untuk mengagumi kulitnya yang tanpa cela dan senyumannya yang cantik di depan cermin.