Fortunate To Meet You - Chapter 8
Menjelang akhir semester, perkuliahan sudah tidak terlalu banyak kelas.
Pada siang hari, Liang Zheng ke perpustakaan untuk belajar mandiri. Malam hari, dia akan pergi bekerja paruh waktu di restoran.
Restoran barat tempat Liang Zheng bekerja paruh waktu, terletak di antara beberapa kampus. Bisnisnya sangat baik di malam hari. Sebagian besar yang pergi makan malam di sana adalah mahasiswa. Ada pasangan kekasih, sahabat, juga sekelompok teman baik.
Setelah beberapa anak lelaki selesai bermain di ruangan basket indoor Politeknik, Zhou Xu pergi ke tribun untuk mengambil pakaiannya. Dia juga mengambil sebotol air di lantai, membuka dan minum setengahnya.
Qin Song datang dengan bersimbah keringat, “Kita pergi makan, aku sudah pesan tempat.”
Zhou Xu mengambil ponselnya dan menyetujuinya, “Aku telepon dulu, kutunggu kalian di luar.”
Zhou Xu belajar di luar negeri, waktu liburan sekolahnya berbeda dengan di Tiongkok. Mereka memiliki tiga semester dalam setahun, setiap semester sekitar 8 minggu. Selain liburan musim dingin dan panas, masih ada liburan sebelum Paskah. Ketika dia libur, teman-temannya di Tiongkok masih kuliah. Jadi selama ini, dia bermain basket di Politeknik.
Zhou Xu menelepon cukup lama, ketika sudah sampai restoran pun belum selesai.
“Aku baru makan di restoran itu dua hari lalu. Bosnya baru mempekerjakan seorang gadis yang sangat cantik.”
Yang berbicara ini adalah Yang Sheng, biasanya dia juga bermain bersama dengan Zhou Xu dan Qin Song.
Qin Song terkekeh, “Benarkah? Dari kampus mana? Tingkat berapa?”
“Di mana kampusnya sih tidak tahu. Tapi sepertinya mahasiswa tingkat satu.”
Yang Sheng berkata sambil mendongak melihat restoran itu dari luar. Melihat Liang Zheng yang sedang menyambut tamu di luar, dia berkata penuh semangat, “Itu, itu! Yang itu! Lihat tidak! Yang rambutnya dikuncir kuda, senyumnya sangat manis itu!”
Qin Song juga melirik ke arah yang ditunjuk oleh Yang Sheng, berdecak, “Sepertinya memang cukup cantik.”
Qin Song berkata sambil menyikut Zhou Xu, “A Xu, coba lihat.”
Zhou Xu sedang menerima telepon, saat disikut oleh Qin Song, dia mengerutkan keningnya. Tanpa sengaja mendongak dan melihat ke seberang jalan. Dia melihat Liang Zheng yang sedang memakai pakaian kerja, memegang menu restoran di tangannya sambil menyambut tamu. Suaranya tiba-tiba berhenti. Alisnya sedikit mengernyit.
Di seberang telepon sana tidak mendengar suara dan bertanya, “A Xu?”
Zhou Xu mengerutkan kening dan kembali bereaksi, “Tutup dulu, aku ada urusan di sini.”
“Baiklah, kita bicarakan nanti.”
Sekarang ini jam makan, di dalam restoran sangat ramai. Seluruh tempat duduk hampir penuh. Untungnya, lingkungan restorannya bagus dan tidak berisik.
Liang Zheng memakai pakaian kerja restoran. Kemeja putih, rompi hitam dan celana panjang hitam di bawahnya. Dia sedikit kedinginan setelah berdiri lama di luar. Tanpa sadar dia menyentuh lengan kirinya.
Saat mendongak dan melihat sekelompok orang datang kemari, dia segera tersenyum dan berbalik untuk membungkuk hormat, “Selamat datang!”
Kening Zhou Xu semakin berkerut, matanya menatap lekat pada gadis itu. Liang Zheng samar-samar merasakan ada tatapan yang tertuju pada dirinya. Saat dia mendongak, kebetulan bertemu pandang dengan mata itu. Dia juga tertegun sesaat, sedikit terkejut kenapa Zhou Xu bisa datang kemari. Tapi saat melihat teman-teman di sampingnya, Liang Zheng menduga teman-temannya kuliah di sekitar sini.
Dia kembali bereaksi dan mengalihkan tatapannya dari Zhou Xu, menatap Qin Song dan tersenyum, “Halo, apa sudah ada reservasi?”
Qin Song terkekeh, “Ada. Untuk tiga orang, bermarga Qin.”
“Baiklah, silakan masuk.”Liang Zheng sudah mengingat beberapa nama tamu yang sudah pesan tempat terlebih dahulu. Dia membantu membuka pintu dan membungkuk untuk mempersilakan, “Silakan lewat sini.”
Kemudian dia kembali berdiri tegak dan berjalan di depan untuk memimpin jalan. Qin Song memesan tempat yang di sebelah kanan yang dekat jendela, posisi itu memiliki pemandangan yang bagus dan suasananya lebih tenang.
Liang Zheng memimpin orang-orang itu dan tersenyum sambil meletakkan menu di hadapan Qin Song. Kemudian dia berbalik ke bar untuk mengambil dua menu tambahan.
Saat kembali, dia meletakkan dua menu itu di hadapan Yang Sheng dan Zhou Xu masing-masing satu. Ketika dia membungkuk untuk meletakkan menu di hadapan Zhou Xu, Zhou Xu menatapnya. Kedua tatapan mereka saling bertemu, entah kenapa dia ditatap seperti ini oleh Zhou Xu sampai merasa salah tingkah.
Ketika kembali berdiri tegak, entah kenapa dia tidak berani melihat ke arah Zhou Xu.
Setelah Qin Song memesan makanan, dia menarik kembali menu dan tersenyum, “Mohon ditunggu.”
Selesai bicara, dia berbalik dan menuju ke dapur. Begitu Liang Zheng pergi, Yang Sheng langsung bertanya pada Qin Song dan Zhou Xu, “Bagaimana? Cantik, kan? Terutama ketika dia senyum. Astaga, cantik sekali.”
Qin Song bersandar di kursinya sambil tertawa dan berkata, “Kalau suka ya kejar saja.”
Yang Sheng berkata, “Aku juga berpikir begitu. Nanti saat dia kemari, coba tanya dia punya pacar atau tidak.”
Zhou Xu bersandar di kursi. Saat dia mendengar itu, matanya memandang ke arah Yang Sheng. Yang Sheng melihat Zhou Xu melihatnya, agak tertegun, “Kenapa?”
Zhou Xu menunduk dan menjawab malas, “Tidak kenapa-kenapa.”
Setelah mengucapkan itu, dia tiba-tiba bangkit berdiri dan ingin pergi. Qin Song mendongak, “Mau ke mana?”
“Cuci tangan.”
Liang Zheng pergi ke dapur untuk meletakkan pesanan. Saat dia keluar dari dalam, pergelangan tangannya ditarik seseorang dan membuatnya kaget. Dia segera menoleh dan menemukan orang itu adalah Zhou Xu.
Dia mengelus dadanya, “Membuatku kaget saja.”
Zhou Xu meliriknya, melepaskan tangannya dan berkata dingin, “Kemari.”
Selesai bicara, dia berbalik dan berjalan pergi terlebih dahulu. Liang Zheng mengikutinya, mereka berdua berdiri di samping wastafel. Zhou Xu menatapnya lekat dan bicara tanpa bertele-tele, “Kehabisan uang?”
Liang Zheng tertegun, “Ada kok.”
Zhou Xu menatapnya sebentar dan malas untuk berdebat dengannya. Dia mengulurkan tangan dan mengeluarkan dompet dari kantong celananya. Dia langsung mengeluarkan semua uang di dalam sana dan menyerahkannya pada Liang Zheng, “Aku tidak bawa begitu banyak uang denganku, ambil saja dulu.”
Liang Zheng tidak menyangka Zhou Xu akan memberikan uang padanya. Dia tanpa sadar mundur selangkah dan meletakkan tangan di punggungnya, “Sedang apa kamu?”
Zhou Xu menatapnya diam. Setelah beberapa saat baru bicara, “Liang Zheng, tidak usah sok jagoan.”
Liang Zheng berkata, “Aku tidak sok jagoan. Pakaianmu memang dikotori olehku, tidak bisa dicuci bersih, tentu saja harus ganti rugi padamu.”
Zhou Xu mengerutkan kening dan masih menyerahkan uang itu padanya. Tidak lupa berkata, “Ambil, jangan sampai mati kelaparan.”
Liang Zheng berkata dengan serius, “Mana mungkin. Aku punya kaki dan tangan, bagaimana bisa mati kelaparan?”
Baru saja ucapannya jatuh, ada dua orang yang keluar dari kamar mandi di sebelahnya. Kedua orang itu melihatnya dan Zhou Xu, tatapan mereka terlintas tatapan ambigu. Kedua orang itu saling berbisik. Saat sudah melangkah ke luar, masih beberapa kali melongok ke belakang.
Liang Zheng tiba-tiba tersadar oleh tatapan kedua orang itu. Dia melangkah maju dan memegang tangan Zhou Xu, berkata dengan suara pelan, “Cepat kamu simpan uangnya! Kalau sampai dilihat orang lain, mereka kira aku sedang membuat kesepakatan yang tidak pantas denganmu!”
Setelah selesai bicara, dia baru sadar kalau posisinya terlalu dekat dengan Zhou Xu. Dia sangat takut hingga segera melepaskan tangan Zhou Xu dan berlari keluar sambil menunduk. Zhou Xu berdiri di sana, menyaksikan Liang Zheng yang pergi dengan panik. Teringat ucapannya yang terakhir, mau tidak mau keningnya mengerut. Di dalam otaknya jadi memikirkan hal yang aneh-aneh.