Fate - Chapter 3
Pertama kalinya Liang Lin melihat Gu Ruichen adalah pada hari ketiganya di SMP 1.
Saat itu sedang musim gugur.
Liang Lin baru saja menyelesaikan kelas terakhirnya di siang hari dan membawa tas sekolahnya sepanjang jalan pulang ke rumah.
Ada lapisan daun tebal di pinggir jalan dan dia sengaja menginjaknya untuk mendengarkan suara daun patah. Ketika dia mendongak, dia melihat seorang pemuda berkulit putih dengan kemeja putih, sedang berjongkok di sudut jalan dan memberi makan anak anjing jalanan.
Si pemuda itu mendengar pergerakan di belakangnya, menolehkan kepalanya dan tersenyum simpul padanya. Itu adalah senyum yang jernih dan hangat, sangat cantik.
Liang Lin merasa senyum itu tampak seperti telah terpatri di hatinya.
Keesokan harinya di sekolah, Liang Lin melihatnya lagi dan menemukan kalau pemuda itu ternyata teman sekelasnya dari kelas sebelah.
Liang Lin sedikit kebingungan.
Mereka sudah berada di sekolah yang sama selama tiga tahun, hanya terpisahkan oleh dinding, tapi, dia tidak pernah memperhatikan pemuda ini sebelumnya.
Namun, sejak saat itu, Liang Lin sering melihatnya tanpa sengaja.
Pemuda itu akan lewat di depan jendela kelasnya saat kelas berakhir dan dia akan berjalan bersama teman-teman sekelasnya sambil membawa tas sekolah mereka sepulang sekolah.
Ternyata, kamu hanya perlu bertemu satu kali dengan seseorang sebelum kamu mulai terus-menerus memperhatikan mereka.
Masa SMP mereka berlalu dengan cepat, Liang Lin diterima di SMA yang sama dengan pemuda itu.
Pada saat ini, mereka terpisahkan oleh dua ruang kelas, tapi Liang Lin masih sering melihatnya.
Jendela kelas itu menghadap ke lapangan olahraga. Meski pemuda adalah pria yang lembut, tapi dia masih suka bermain bola basket. Duduk di posisi yang nyaman dekat jendela, Liang Lin sering mengintip setiap kali pemuda bermain basket.
Di tahun kedua SMA, Liang Lin mengetahui nama pemuda itu adalah Gu Ruichen. Sedangkan untuk namanya sendiri, Liang Lin tidak berpikir bahwa Gu Ruichen akan menanyakan tentang itu.
Liang Lin terus mengawasinya seperti ini selama tiga tahun. Setiap hari sepulang sekolah, dia akan mengambil jalan yang sama untuk melihat apakah anak anjing yang tersesat itu masih ada di sana. Sayangnya, anak anjing kecil itu telah pergi dan dia tidak pernah bertemu dengan Gu Ruichen lagi di jalan itu.
Kemudian, ujian masuk perguruan tinggi yang menegangkan pun berakhir dan Liang Lin masuk ke Universitas A di Kota A.
Pada hari kelulusan SMA, Liang Lin memutuskan untuk berbicara dengan Gu Ruichen, tapi setelah mencari ke mana-mana, dia tidak dapat menemukannya.
Dia diam-diam mendekati teman-teman sekelas Gu Ruichen dan akhirnya mendengar mereka menyebutkan nama pemuda itu. Ternyata dia jatuh sakit dan tidak bisa datang.
Liang Lin merasa menyesal.
Apakah perasaan yang dia miliki pada Gu Ruichen tidak ditakdirkan hingga pada akhirnya?
Jawabannya adalah: ini masih belum berakhir.
Saat Liang Lin tiba di Universitas A, dia menemukan kalau Gu Ruichen ternyata masuk ke fakultas yang sama dengannya.
Liang Lin tidak bisa mengungkapkan betapa bahagianya dia, tapi dia harus berpura-pura tidak peduli tentang hal itu.
Liang Lin berkata, “Kamu dari Kota C, kan? Aku pernah melihatmu sebelumnya.”
Senyum pemuda itu masih secantik biasanya dan menjawab, “Aku juga melihatmu di sekolah, kamu suka melihat pertandingan basket dan kamu duduk di lantai dua di seberang lapangan olahraga, terpaut dua ruang kelas dariku.”
Liang Lin merona cerah, mengamati Gu Ruichen dengan cermat dan akhirnya memutuskan bahwa pemuda ini tidak bermaksud apa-apa dengan ucapannya tadi. Untung saja.
Dengan hubungan sebagai alumni dan berasal dari kota yang sama, juga kuliah di jurusan yang sama, secara alami mereka menjadi memiliki lebih banyak interaksi sekarang.
Kepribadian Liang Lin agak pendiam dan pemalu, Gu Ruichen juga orang yang lembut dan tenang.
Saat ini, Liang Lin sudah yakin akan perasaannya pada Gu Ruichen. Dia menyukainya.
Teman baiknya di kelas saat itu adalah XIao Ting. Liang Lin tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya pada Gu Ruichen, dia ingin meminta bantuan dari Xiao Ting.
Xiao Ting sangat bersemangat hari itu. Dia juga berkata kalau dia ingin mengungkapkan perasaan pada lelaki yang dia sukai, dia bahkan sudah tahu bagaimana cara melakukannya. Sayangnya, orang yang Xiao Ting suka ternyata adalah Gu Ruichen.
Ucapan ini langsung membunuh hati Liang Lin, dan Xiao Ting sama sekali tidak menyadarinya. Dia masih membicarakan rencananya dengan gembira.
Xiao Ting bilang karakter Gu Ruichen itu tenang, jadi dia harus menjadi gadis yang memulainya. Xiao Ting terus berbicara dan menjelaskan ide-idenya, Liang Lin hanya mendengarkan tanpa bisa mengatakan apa-apa.
PAda hari itu, sampai mereka kembali ke kamar asrama, Liang Lin tidak mengatakan kepada siapa dia ingin menyatakan perasaan, dan Xiao Ting pun tidak bertanya. Xiao Ting terlalu sibuk untuk memikirkan pernyataan cintanya sendiri.
Sebulan kemudian, pada pertunjukan sastra, Xiao Ting memainkan piano. Dia memang gadis yang sangat berbakat dan cantik.
Liang Lin melihat Xiao Ting di belakang layar dan merasa dia tidak akan bisa dibandingkan dengan Xiao Ting.
Pertunjukan Xiao Ting mendapatkan tepuk tangan meriah. Xiao Ting tampak percaya diri dan gembira.
Xiao Ting mengambil mikrofon dan berkata pada kerumunan di auditorium, “Terima kasih, aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyatakan perasaanku pada pria yang kusukai…”