Buku Panduan Neraka - Chapter 292
Ketika sulurnya digerakkan, simpulnya pun terlepas dan batu-batu yang terbungkus di dalam jaket berjatuhan ke tanah. Su Jin juga sudah meletakkan beberapa bongkah batu di tanah tempat batu-batu itu akan mendarat. Suara benturan yang dihasilkan bukan cuma satu suara keras, tapi beberapa berturut-turut.
Dengan cepat lebah-lebah itu tertarik pada suara tersebut dan lari ke arah batu-batu itu. Su Jin memanfaatkan kesempatan ini untuk berlari, tapi persis ketika dia sudah akan melewati tempat lebah-lebah itu tadi berada, sesuatu menangkap pergelangan kakinya.
“Apa….” Jantung Su Jin berdebar ngeri. Dia menunduk untuk mendapati bahwa pelakunya adalah Kevin. Pria itu ternyata belum mati, dan kini sedang memegangi pergelangan kaki Su Jin ketika Su Jin berlari melewatinya.
“Tolong… aku…!” Kevin berkata dengan susah payah. Tubuhnya sepertinya tak bisa bergerak dan pipinya sedikit bergetar.
Su Jin melirik ke tempat lebah-lebah itu pergi. Dia bisa mendengar mereka kembali kemari. Dia bisa saja memilih untuk menendang tangan Kevin, tapi… dia memutuskan untuk mengangkat Kevin dan menggendongnya pergi.
Sebelum ini, tubuh Kevin sama sekali tidak akan memengaruhi kecepatan Su Jin. Namun kini semuanya berbeda. Kalau saja dia masih memiliki kemampuannya yang lalu, dia juga takkan perlu begitu kesulitan hanya demi menghindari sekelompok monster.
Kevin adalah tipikal seorang pria Kaukasia yang berotot dan jauh lebih berat dari Su Jin. Su Jin juga biasanya rutin berolahraga, tapi menggendong seseorang yang lebih berat dari dirinya tetap saja sulit baginya.
“Sial, kenapa sih kalian orang Kaukasia itu bawaan badannya jauh lebih besar,” rutuk Su Jin dari sela-sela gigi yang terkatup. Dia sudah nyaris ingin melemparkan tubuh Kevin ke samping saja.
“Maafkan… aku…,” ujar Kevin amat lirih. Dia tak mau kehilangan kesempatannya untuk bertahan hidup.
Suara lebah-lebah itu terdengar lebih keras lagi. Su Jin tahu bahwa jika lebah-lebah itu menemukan mereka, mereka berdua akan mati. Dia menggendong Kevin ke sebuah lereng kecil dan lebah-lebah itu pun kembali ke tempat mereka semula. Lebah-lebah itu berjalan melewati hutan, dan kedua pria tersebut berada dalam jarak pandang mereka.
Su Jin merasa jantungnya seperti akan berhenti, tapi dia teringat kalau lebah-lebah ini tak bisa melihat, jadi masih ada harapan.
Dia terus berjalan dengan hati-hati, tetapi dengan beban seberat 100 kilogram di punggungnya, berjalan dengan hati-hati terasa jauh lebih sulit daripada berjalan buru-buru. Kalau dia tidak cukup hati-hati, dia mungkin akan berakhir tersandung dan jatuh, yang dijamin akan membuat mereka terbunuh.
Ketika dia lanjut merayap naik, akhirnya dia berhasil bergerak melewati puncak bukit dan menggertakkan gigi seraya terus meneguhkan diri. Dia bisa melihat area bebatuan di depan sana dan akhirnya bisa menghembuskan napas lega.
Dia mulai bergerak lebih cepat dan meninggalkan area hutan. Dengan cepat dia menemukan sebongkah batu besar untuk mereka bersembunyi di baliknya, kemudian melemparkan Kevin ke tanah dan terengah berat.
Ketika dia memiliki tenaga luar biasa besar, menghadapi serangga-serangga menakutkan semacam itu takkan terasa berat dan menakutkan baginya. Tetapi ketika dia tak memiliki kekuatan semacam itu, mau tak mau dia jadi merasakan semua emosi negatif ini.
“Kau tak apa-apa?” Su Jin menyeka keringat yang menetes-netes di wajahnya dan berbalik untuk menatap ke arah Kevin. Kevin masih tak bisa bergerak, tapi kini sudah bisa bicara dengan lebih baik.
“Terima kasih karena telah menyelamatkanku!” dengan tulus Kevin mengucap terima kasih kepada Su Jin.
Su Jin hanya mengibaskan tangannya dan tertawa sedih. “Aku takut kalau aku meninggalkanmu di sana dan kau memanggilku, kita berdua akan sudah jadi mayat.”
“Kau tak usah mencemaskan hal itu. Sudah terlalu sulit bagiku bahkan untuk bicara sepatah kata pun, apalagi sampai memanggilmu.” Kevin tersenyum dengan amat susah payah, kemudian berkata, “Aku Kevin, ketua tim dari Tim Camar Kepala Hitam.”
“Su Jin dari Tim Pisau Tulang.” Su Jin mengangguk sebagai balasannya. Sekarang mereka adalah sesama kaum menderita di pulau ini.
Kevin berkata, “Aku sudah pernah dengar tentang Tim Pisau Tulang sebelumnya. Timmu sudah menyelesaikan beberapa Tantangan secara sempurna dan kalian cukup terkenal.”
“Makasih.”
“Jadi… sekarang kita adalah tim, kan?” tanya Kevin agak gugup.
Su Jin tahu apa yang Kevin takutkan. Kevin sama sekali tak bisa bergerak, jadi jika Su Jin mau, Su Jin bisa membunuhnya dengan mudah dan memperoleh satu poin dari hal itu dengan gampang. Namun Su Jin sama sekali tak berniat untuk membunuhnya.
“Jangan cemas, aku takkan membunuhmu. Menilik dari situasi kita saat ini, menjaga agar lebih banyak dari kita yang tetap hidup itu lebih penting. Poin-poin ini tak ada gunanya,” ujar Su Jin seraya menggelengkan kepalanya. “Buku Panduan cuma sedang berusaha memakai poin-poin ini demi membuat kita semua terbunuh. Kita hanya bisa membangkitkan satu orang dengan memakai sepuluh poin, tapi jumlah kita cuma 36 orang dan beberapa di antaranya sudah mati di tangan monster-monster itu segera setelah mendarat di pulau. Sudah cukup sulit untuk memastikan kalau separuh dari jumlah kita tetap hidup, dan jika para pemilik mulai berusaha saling bunuh, maka mustahil untuk mendapatkan sepuluh poin.”
Kevin mengangguk setuju. “Memang benar begitu. Tapi takutnya akan ada beberapa orang yang benar-benar gila, atau beberapa yang terlalu bego untuk menyadari hal ini dan berusaha membunuh semua orang.”
“Setuju. Sebenarnya, kalau kita semua berada di pihak yang sama, kita bisa saling membantu dan kita mungkin akan bisa bertahan hidup di tiga hari berkutnya. Para pemilik adalah sumber daya paling berharga di dalam Tantangan ini!” Su Jin juga mengangguk.
Mereka berdua pun sepakat, jadi mereka bisa menghembuskan napas lega. Mereka beristirahat sedikit lebih lama lagi dan Kevin akhirnya bisa menggerakkan tubuhnya.
“Bagus sekali. Sepertinya bisa dari lebah-lebah itu pengaruhnya tak terlalu lama.” Kevin gembira ketika dia menyadari bahwa kini dirinya bisa bergerak.
“Iya, soal yang itu. Bagaimana kau bisa diserang oleh lebah-lebah aneh itu?” tanya Su Jin penasaran. Toh dia tak ada kerjaan lain.
Kevin menghela napas dan berkata, “Ada kilasan sinar terang dan saat aku membuka mata, sekujur tubuhku sudah mati rasa dan aku sama sekali tak bisa bergerak. Kurasa aku dipindahkan persis ke dalam sarang mereka.”
Su Jin menghela napas dalam hati. Dengan kata lain, Buku Panduan tidak benar-benar memberi perlindungan apa pun pada para pemilik, tidak bahkan pada beberapa menit pertama dari Tantangan. Jika Buku Panduan bisa mengirim para pemilik persis ke dalam mulut monster-monster ini, maka kemungkinan para pemilik mati seketika luar biasa tinggi.
“Baru lewat satu jam dan kita harus bertahan hidup selama 72 jam di pulau ini. Apa yang harus kita lakukan dengan sisa waktunya?” Kevin mengenakan sebuah jam tangan mekanis, jadi dia bisa menentukan waktu dengan sangat tepat.
“Ayo kita coba kumpulkan lebih banyak orang,” ujar Su Jin menghela napas.
Kevin meragu, kemudian berkata pada Su Jin, “Kalau… kalau cuma kita berdua, bukankah jadi akan lebih mudah untuk melewati Tantangan ini dengan menemukan tempat yang bagus untuk menyembunyikan diri?”
Su Jin menatap Kevin dan menggelengkan kepalanya. “Itu mustahil. Pulau ini penuh dengan monster, jadi mustahil bagi kita untuk bertahan hidup jika cuma berdua. Selain itu, apa kau pikir Buku Panduan akan mengizinkan celah semacam itu? Kalau kita tetap tinggal di satu tempat terlalu lama, kurasa melakukan hal itu adalah hal paling berbahaya untuk dilakukan. Di samping itu, rekan-rekan satu timku membutuhkanku, jadi aku takkan berusaha untuk cari selamat sendiri.”
Kevin mengangguk setelah memikirkannya lagi. Dia menjulurkan kakinya, kemudian mengangguk pada Su Jin. “Beri aku waktu sedikit lagi. Semestinya aku akan bisa bergerak sebentar lagi.”
Su Jin mengangguk samar, dan kedua pria itu pun tak bicara lagi, memilih untuk memejamkan mata untuk beristirahat sejenak. Su Jin tidak sepenuhnya memercayai Kevin dan menyelamatkan pria itu hampir secara instingtif. Kalau dia diperbolehkan untuk memilih kembali, dia mungkin tidak akan memilih untuk menyelamatkannya.
Tak lama kemudian, tiba-tiba Su Jin berdiri. Tiba-tiba dia menyadari kalau ada sesuatu yang salah. Sekeliling mereka sangat sunyi. Terlalu sunyi mungkin. Akhirnya dia mengamati bebatuan di sekitar mereka secara seksama dan terkesiap. Bebatuan itu tampak seperti telah diukir dengan bentuk seragam oleh manusia. Batu-batu ini adalah… batu nisan.
“Ini kuburan!” Su Jin ketakutan. Jenis Tantangan yang paling berbahaya adalah Tantangan yang berisi hantu dan makhluk-makhluk supernatural lainnya, karena ini adalah jenis Tantangan di mana para pemilik bisa kehilangan nyawa mereka tanpa tahu sebab musababnya.
“Ayo pergi!” Su Jin menarik Kevin agar berdiri. Mereka tak bisa berdiam lebih lama lagi di sini.
Kevin tak tahu apa yang sedang terjadi tapi berhasil berdiri. Dia bertanya pada Su Jin, “Ada apa?”
“Kita harus pergi sekarang juga! Tempat ini adalah tanah kuburan, jadi kita tak bisa tetap berada di sini lagi!” ujar Su Jin pada Kevin seraya mengamati sekelilingnya.
Kevin juga ketakutan dan buru-buru memastikan dia mengikuti Su Jin lekat-lekat. Su Jin tahu dia tak bisa kembali ke hutan, karena tempat itu tidak lebih aman dari tempat ini. Hutannya berada di sisi wilayah bebatuan, jadi dia harus memilih untuk pergi ke timur atau barat.
Pada akhirnya dia memilih untuk pergi ke timur, karena dia akan bisa bergerak lebih jauh lagi dari hutan maupun tanah pemakaman. Namun kabut putih menghalangi jalan mereka setelah mereka berjalan beberapa jauh dari situ.
“Sialan,” rutuk Su Jin. Merupakan hal umum jika sesuatu semacam ini terjadi di dalam Tantangan-tantangan supernatural itu.
“Tuan Su, mari kita kembali! Kalau kita terus berjalan, sesuatu yang buruk akan terjadi.” Ekspresi Kevin sama ketakutannya. Dia sudah melalui lebih banyak Tantangan ketimbang Su Jin, termasuk yang supernatural. Dia tahu kalau mereka berada dalam situasi bahaya.
Su Jin berhenti berjalan. Berbalik adalah ide bagus, tapi bagaimana jika situasi ini tetap terjadi bahkan setelah mereka berganti arah?
“AHHH!” Tiba-tiba Kevin berteriak keras dan menunjuk ngeri pada sesuatu di belakang Su Jin.
Su Jin merasakan semua rambut di tubuhnya berdiri dan langsung merunduk. Tapi segera setelah dia berjongkok, sebentuk wajah mengerikan muncul di depannya.
Duk! Su Jin jatuh terduduk. Dia berniat untuk bergerak mundur, tapi tubuhnya tidak lagi sekuat sebelumnya dan tak bisa digerakkan seperti kemauannya, membuat dia jatuh terduduk.
Wajah mengerikan itu diselimuti oleh kabut, namun kabut tebal tersebut berubah menjadi sepasang tangan besar yang mencengkeram leher Su Jin. Kevin terus bergerak mundur ketakutan. Kakinya sendiri sudah lemas, jadi menyelamatkan Su Jin tak mungkin bisa dilakukannya. Su Jin sendiri pelan-pelan merasa semakin kesulitan untuk bernapas.
Lidah Su Jin terjulur tanpa daya dari dalam mulutnya dan matanya berputar ke atas. Kevin berteriak ketika sepasang tangan kabut besar lainnya menyeret dirinya ke dalam kabut tebal.
“AHHH!” Pekikan mengerikan datang dari dalam kabut, diikuti oleh semburan darah segar. Darah itu memerciki Su Jin, yang sudah berhenti bernapas, dan ke dalam matanya yang telah berputar ke atas.