Zhao Yao - Extra Chapter 81
Ketika cahaya fajar mulai terbit, di puncak gunung mulai terdengar suara-suara orang yang mencari seseorang. Di atas Gunung Chen Ji, malam itu sangat riuh dan ramai. Perjamuan sekte iblis di Istana Wu E dan pertunjukan api unggun besar yang mencapai puncak rembulan telah menyebar ke seantero Dunia Persilatan. Akan tetapi, di depan gerbang gunung, hal absurd dan kegilaan yang tak diketahui oleh siapa pun hanya menjadi milik mereka berdua.
Mo Qing menggantungkan satu-satunya benda yang berhubungan dengan identitasnya ke leher Lu Zhaoyao, sebuah cermin perak kecil. Sementara Lu Zhaoyao tertidur seperti berada dalam kondisi koma yang mendalam.
Dalam hati, Mo Qing merasa luar biasa gelisah. Dia bertanya-tanya bagaimana dirinya harus menghadapi Lu Zhaoyao yang berpikiran jernih. Kalau Lu Zhaoyao teringat pada apa yang telah terjadi malam ini, bagaimana wanita itu akan menangani dirinya? Akankah Lu Zhaoyao mempertahankannya atau… mengusirnya?
Kalau yang pertama, maka ini adalah pilihan terbaik yang bisa Mo Qing harapkan. Kalau yang kedua….
Dia melihat Sima Rong memimpin orang-orang mencari Lu Zhaoyao dan kemudian membawa pergi tubuh Lu Zhaoyao yang masih tertidur. Mo Qing tak punya pilihan selain bersembunyi di dalam mantel longgarnya seperti biasa, mundur ke satu sisi, dan tanpa bersuara mengawasi mereka pergi.
Pada hari-hari berikutnya, rasanya begitu berat, seakan dirinya sedang menunggu keputusan hukuman. Akan tetapi, Mo Qing tak menyangka bahwa setelah Lu Zhaoyao tertidur selama setengah bulan, wanita itu pun terbangun dan melupakan semua tentang malam penuh kegilaan yang terjadi setengah bulan yang lalu.
Lu Zhaoyao tidak berpura-pura karena sejak hari itu, Mo Qing mendapati bahwa cermin perak yang selalu dibawa-bawanya sejak kecil ternyata mampu mengintai isi pikiran orang lain.
Dia sudah melihat ke dalam hati Lu Zhaoyao. Wanita itu benar-benar tidak ingat, dari perjamuan besar-besaran di Istana Wu E, pertunjukan api unggun besar yang mencapai puncak rembulan, hingga momen ketika wanita itu turun gunung, dan kemudian bergulat gila-gilaan dengannya sepanjang malam. Lu Zhaoyao sudah melupakan setiap detilnya.
Oleh karena itu, tak perlu menyebut-nyebut tentang bagaimana menangani Mo Qing.
Mo Qing tak tahu apakah dia harus menangis atau tertawa.
Insiden itu telah membuatnya gelisah selama berhari-hari, namun bagi Lu Zhaoyao, semua ini seperti sebuah mimpi…. Mungkin bahkan tak bisa dibandingkan dengan mimpi.
Pokoknya, apa lagi yang bisa Mo Qing lakukan, wanita itu adalah Lu Zhaoyao. Dia menyukainya.
Karena itu, insiden tersebut dianggap tidak ada, sementara di sisi lain, Cermin Pengintai Hati yang dia berikan kepada Lu Zhaoyao membuatnya agak bersedih. Dia tahu kalau dia tak seharusnya terus-terusan membuat Lu Zhaoyao mengenakan Cermin Pengintai Hati di leher, karena bahkan ketika dia sedang menjaga formasi mantra di depan gerbang gunung, terkadang dia bisa mendengar keluhan-keluhan Lu Zhaoyao di Istana Wu E: “Ah, Yuan Jie, pak tua ini kebanyakan bicara. Suatu hari nanti aku akan harus mencari alasan untuk membuatnya pergi entah ke mana, dan tidak kembali untuk ikut rapat. Sima Rong mengungkit-ungkit lagi insiden ketika aku sedang mabuk, mengganggu sekali. Aku harus suruh Shiqi menjahit mulutnya dan Yuan Jie untuk menyudahinya. Oh, sepertinya akhir-akhir ini, dada Shiqi sudah sedikit tumbuh. Sekarang aku harus menyuruh dia mengenakan dudou….”
Dan seperti inilah, tanpa disengaja Mo Qing tersenyum ketika menatap angin dan api yang bersiul dari formasi mantra yang mematikan.
Dia seharusnya mengambil kembali cermin itu karena Lu Zhaoyao jelas takkan suka kalau orang lain mengintai pikiran-pikirannya.
Masalahnya adalah, bagaimana dia harus memintanya?
’Ketua Sekte, mohon kembalikan tanda cinta yang telah saya berikan kepada Anda.’ Kata-kata ini, dia tak mampu menjelaskan dan tak mampu mengutarakannya. Ditambah lagi…. Setiap hari, Mo Qing bisa mendengar suara hati Lu Zhaoyao. Baginya, mengering karena menjaga gerbang gunung, rasanya….
Luar biasa menarik.
Ini seperti mendapat berkah dari Langit, supaya dia bisa menyentuh Lu Zhaoyao pada jarak sedekat itu. Dia duduk di depan gerbang gunung, matanya menerawang ke kejauhan, namun hatinya diam-diam dan dengan penuh rahasia mengintip seperti pencuri. Dia merasa luar biasa bersalah tapi tak mampu mengendalikan dirinya sendiri dan terus mengamati isi hati orang yang tak mampu dia jangkau ataupun sentuh.
Dia menjadi semakin dan semakin kecanduan pada hal ini dan menjadi semakin sulit baginya untuk melepaskan dirinya sendiri.
Dia sangat mencintai Lu Zhaoyao, karenanya, tak peduli apa pun pemikiran dan ide yang wanita itu miliki, dia menganggap semuanya menggemaskan. Begitu menggemaskan sehingga dia selalu ingin memeluk dan mencium Lu Zhaoyao. Kalau hal ini bisa terjadi, dia bersumpah akan mengambil semua hal indah yang Lu Zhaoyao inginkan dan memberikannya pada wanita itu.
Asalkan Lu Zhaoyao gembira.
Akan tetapi, waktu itu ketika Lu Zhaoyao membawa pulang Qin Qianxian kembali ke Gunung Chen Ji, Mo Qing menyadari bahwa dia ternyata tak bisa menoleransi semua hal yang Lu Zhaoyao sukai.
Untuk alasan ini, dia jadi sangat marah, tetapi setelah kemarahan sesaat, tiba-tiba dia tersadar. Sebenarnya, dia menyadari bahwa dirinya tak punya hak untuk marah.
Di antara dirinya dan Lu Zhaoyao, bukan hanya ada sepuluh ribu anak tangga yang membentang di sepanjang Gunung Chen Ji. Lu Zhaoyao adalah rembulan di langit. Lu Zhaoyao bukan milik siapa-siapa, dan jelas tak mungkin bisa menjadi miliknya. Dia berdiri di atas anak tangga di depan gerbang gunung, dan matanya menatap ke kejauhan. Di depannya ada angin dan api, halilintar dan petir, dengan aura mematikan di keempat sisi. Akan tetapi, dalam benaknya, Lu Zhaoyao mengalami ketenangan yang tak pernah terlihat sebelumnya.
Pada saat ini, Lu Zhaoyao sedang mengagumi Qin Qianxian dan merenungkan bagaimana bisa ada orang serupawan ini di dunia?
Mo Qing menundukkan kepalanya dan membuat mantel hitamnya menutupi wajahnya.
Dia menatap pola hitam rapat yang ada di punggung tangannya, lalu tersenyum dingin. Lihatlah betapa jelek dirinya.
Keesokan harinya, Qin Qianxian dilepaskan, dan Lu Zhaoyao menyuruh Penjaga Kilas Gelap untuk membawa pria itu turun gunung. Formasi mantra di depan gerbang gunung dihilangkan, dan membuka sebuah jalan yang amat-amat lebar supaya Qin Qianxian bisa pergi.
Mo Qing berdiri di pojokan dan melihat Qin Qianxian. Pakaian pria itu terbuat dari sutra putih, ekspresinya acuh tak acuh, seakan semua debu di dunia tak mampu menyentuh hatinya. Hanya dengan sekali lihat, Mo Qing sudah mengerti kenapa Lu Zhaoyao mengagumi Qin Qianxian.
Ketika Qin Qianxian pergi, pria itu tidak melihat siapa-siapa melainkan hanya melirik Mo Qing dari sudut matanya. Bertahun-tahun kemudian, Mo Qing teringat pada tatapan Qin Qianxian itu, dan menyadari bahwa, mungkin pada saat itu, Qin Qianxian sudah mendapati kalau dia bukan orang biasa. Akan tetapi, setelah Qin Qianxian pulang, pria itu langsung melahirkan iblis hati, menjadi sibuk, dan tak lagi peduli dengan dunia luar.
Setelah hari itu, Gunung Chen Ji melanjutkan kehidupan sehari-harinya. Dan seperti sebelumnya, Mo Qing menjaga gerbang gunung dan dengan hati-hati serta waspada memata-matai isi hati Lu Zhaoyao.
Rahasia ini adalah miliknya seorang, persis seperti malam bersama dengan Lu Zhaoyao itu; dia adalah satu-satunya orang yang tahu. Pada saat itu, Mo Qing biasa berpikir kalau dirinya adalah seorang kultivator Mo Dao dengan kmampuan kultivasi yang rendah. Harapan hidupnya ditakdirkan untuk menjadi jauh lebih pendek daripada para kultivator Mo Dao lainnya. Ketika waktunya telah berakhir, dia akan membawa semua rahasianya ke dalam kubur, dan bahkan Lu Zhaoyao takkan tahu.
Namun, sebuah insiden tak terduga yang tak bisa diantisipasi oleh Mo Qing terjadi. Pada suatu hari di masa mendatang, Lu Zhaoyao akan terlebih dahulu meninggalkan pusat hidupnya.
Kabar tentang Pedang Wan Jun muncul.
Pada saat ini, Sima Rong sedang terikat pada perasaannya jatuh cinta secara mendalam dengan Yue Zhu.
Sima Rong punya banyak teman di Sekte Wan Lu, yang juga luar biasa dekat dengan Lu Zhaoyao, tetapi dia hanya mengungkapkan cerita tentang Yue Zhu kepada Mo Qing seorang. Sejak awal ketika Mo Qing tahu bahwa Yue Zhu adalah orang dari Sekte Nan Yue, dalam hati dia jadi curiga pada Yue Zhu. Akan tetapi, Mo Qing melihat mata Sima Rong penuh dengan cinta; dia hanya bisa mengingatkan yang bersangkutan agar jangan terlalu dalam jatuh cinta.
Ditambah lagi, orang yang paling tidak berkualifikasi untuk menasihati Sima Rong adalah Mo Qing.
Sebenarnya, persis seperti kecurigaan Mo Qing, Yue Zhu adalah mata-mata yang dikirim oleh Sekte Nan Yue untuk membunuh Sima Rong. Akan tetapi, Yue Zhu juga jatuh cinta pada Sima Rong; gadis itu tak sanggup turun tangan membunuh Sima Rong, dan karenanya Yue Zhu pun diculik kembali ke Sekte Nan Yue.
Sementara Lu Zhaoyao memimpin pasukannya dari Sekte Wan Lu menuju Kuburan Pedang, Sima Rong pergi ke Nan Yue untuk menyelamatan Yue Zhu.
Di luar Kuburan Pedang, semua orang mematuhi perintah Lu Zhaoyao untuk tetap tinggal di luar dan mencegah murid-murid dari sekte-sekte lain masuk. Dalam kekacauan itu, Mo Qing bergantung pada Cermin Pengintai Hati untuk menjelajahi pikiran-pikiran Lu Zhaoyao, menghindar dari perhatian wanita itu, dan diam-diam mengikutinya memasuki Kuburan Pedang.
Tiba-tiba, sekte-sekte xian muncul dan menyergap Lu Zhaoyao. Seluruh perhatian mereka terpusat pada Lu Zhaoyao. Mo Qing tahu kalau kultivasinya rendah, jadi ketika Lu Zhaoyao bertarung melawan sekte-sekte xian, diam-diam dia bersembunyi. Dia memerhatikan Lu Zhaoyao, yang terluka parah dan dipaksa bersembunyi di dalam celah pada batu, dan kemudian dia tahu apa yang harus dia lakukan.
Dia harus keluar, membantu Lu Zhaoyao mengalihkan perhatian para murid sekte xian, dan memberi Lu Zhaoyao waktu sebanyak mungkin untuk memenangkan Pedang Wan Jun, yang masih diidamkan wanita itu. Kemudian Lu Zhaoyao bisa melanjutkan perjalanannya.
Bagi Mo Qing, hidupnya ini telah dipilih oleh Lu Zhaoyao. Kalau, pada masa paling kritisnya, dia bisa berguna bagi Lu Zhaoyao, maka tak ada yang perlu dia sesali. Tiba-tiba, hanya pada saat itulah dia ingin, pada momen terakhirnya, agar Lu Zhaoyao memandangnya. Dia ingin Lu Zhaoyao tahu bahwa dirinya ada dalam hidup wanita itu, bahkan meski hanya sekejap.
Ini bisa dianggap sebagai…. Penilaiannya sendiri atas dirinya.
Dia muncul di depan Lu Zhaoyao, wanita itu bangkit untuk membela diri, tetapi setelah melihat dirinya dengan jelas, mata Lu Zhaoyao berbinar: “Mo Qing.” Lu Zhaoyao langsung memanggil namanya.
Persis seperti hari itu di kaki Gunung Chen Ji, di depan formasi mantra, Lu Zhaoyao berbaring di dadanya, dan memanggil lembut namanya. Dalam sekejap mata, hati Mo Qing terasa lemah dan lunglai, dan dia membelainya dengan rasa sakit yang pahit.
Mata berbinar Lu Zhaoyao menatap lurus padanya: “Apa kau menyukaiku?”
Ketika tiba-tiba Lu Zhaoyao mengucapkan pertanyaan ini, Mo Qing dibuat mundur karena kaget. Akan tetapi, dengan sangat cepat, dia mendengar isi hati Lu Zhaoyao lewat Cermin Pengintai Hati. Normalnya Lu Zhaoyao tak punya perasaan, tapi pada kenyataannya, wanita itu adalah orang yang sangat cerdas. Lu Zhaoyao bisa melihat keinginan orang lain dengan jelas; karena itu, berdasarkan dari perilaku Mo Qing, Lu Zhaoyao sudah bisa melihat isi pikirannya.
Lu Zhaoyao mengetahui keinginan yang tersembunyi jauh di dalam dirinya, keinginannya agar Lu Zhaoyao mengingatnya. Akan tetapi, karena Lu Zhaoyao sungguh adalah orang tak berperasaan, pada saat itu, Lu Zhaoyao hanya melihat Mo Qing sebagai muridnya, bidaknya. Karena itu, setelah melihat keinginan Mo Qing, Lu Zhaoyao tersenyum dan menatapnya: “Kau menyukaiku. Kau takkan membiarkan aku mati di sini, kan?”
Lu Zhaoyao ingin menggunakan dirinya.
Mo Qing merundukkan tatapannya pada cermin perak kecil yang bertengger di dada Lu Zhaoyao. Bahkan pada saat ini, dia masih merasa kalau getaran-getaran samar dan diri Lu Zhaoyao yang cerdik benar-benar menggemaskan. Bahkan meski Lu Zhaoyao ingin bermain-main dengan nyawanya.
“Aku akan memberikan cermin perak ini kepadamu sebagai tanda kepercayaan. Kalau hari ini, kau bisa melindungiku dengan aman hingga meninggalkan tempat ini, maka di masa mendatang, di hadapan seluruh Alam Iblis, aku akan mengangkatmu sebagai pahlawan hebat dan membanggakan.”
Kemudian, Lu Zhaoyao mulai melukiskan gambaran indah kepadanya.
Dia sudah mengintip ke dalam pikiran Lu Zhaoyao selama bertahun-tahun sehingga, pada kenyataannya, Cermin Pengintai Hati tak lagi dibutuhkan. Mo Qing bisa memahami isi pikiran Lu Zhaoyao dengan jelas.
“Kau tak perlu memberiku apa-apa.” Dia menekan turun tangan Lu Zhaoyao untuk mencegah wanita itu melepaskan cermin perak kecil tersebut. “Kau simpanlah, simpanlah baik-baik.”
Lu Zhaoyao tak perlu mengetahui dari mana cermin perak kecil itu berasal. Sebenarnya, Lu Zhaoyao tak perlu tahu apa-apa karena semua ini hanya perlu diserahkan untuk Mo Qing tanggung seorang diri.
Lalu untuk Lu Zhaoyao, dia hanya perlu terus hidup dengan penuh kebanggaan, kadang-kadang menatap cermin perak kecil itu, dan ingat bahwa pernah ada seseorang seperti Mo Qing dalam hidupnya.
Bagi Mo Qing, hal ini sudah cukup untuk menghibur perasaan-perasaan rahasia yang telah disembunyikan dalam hatinya selama bertahun-tahun.
Lu Zhaoyao menatapnya dan tersenyum. Wanita itu berusaha membuat dirinya tampak lebih murah hati: “Bantu aku mengalihkan perhatian murid-murid sekte xian itu, ya?”
Bagaimana bisa Mo Qing berkata ‘tidak’, ketika dia melihat senyum lebar Lu Zhaoyao dilontarkan kepadanya. Pada akhirnya, Mo Qing tak bisa mengendalikan emosi-emosinya. Dia mengangkat tangannya dan dengan lembut membelai lesung pipit di pipi Lu Zhaoyao. Rasanya seakan dia sudah menenggak tiga ribu cawan arak yang entah bagaimana telah menjerat batinnya: “Ketua Sekte, aku bisa memberikan semuanya untukmu, asalkan kau baik-baik saja.”
Mungkin ini adalah pengakuan paling tidak ditutup-tutupi yang bisa terucap dari bibirnya untuk memberitahukan perasaannya kepada Lu Zhaoyao.
Akan tetapi, Lu Zhaoyao tidak berpikir demikian. Hati Lu Zhaoyao merendahkannya. Wanita itu berpikir bahwa Mo Qing bisa melepaskan semuanya karena sejak awal dia tak punya apa-apa.
Pemikiran-pemikiran wanita itu membuat Mo Qing tiba-tiba memperoleh kembali kesadarannya.
Benar, kecuali nyawanya, dia tak punya apa-apa lagi yang bisa diberikan kepada Lu Zhaoyao.
Mulanya, Lu Zhaoyao telah memungut nyawanya ini, jadi sudah seharusnya dia mati demi Lu Zhaoyao.
Mo Qing menggenggam pedangnya dan berjalan keluar. Dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk memancing murid-murid sekte xian lain agar mengikutinya, namun situasinya tidak terlalu optimis. Dia tahu, walaupun hari ini dia merisikokan nyawanya, dengan kultivasi serendah itu, dia tak punya cara untuk melindungi Lu Zhaoyao dan agar wanita itu bisa pergi dengan selamat. Satu-satunya harapan baginya ada di dalam Kuburan Pedang.
Dia hanya melawan ke depan dan belakang lalu pada akhirnya mundur ke samping di dalam Kuburan Pedang. Ketika dia merisikokan nyawanya dan memanjat naik ke Kuburan Pedang, otot salah satu kakinya terpotong. Dia bahkan tak sempat berteriak kesakitan. Dicengkeramnya Pedang Wan Jun dari dalam tanah, darah segar mengaliri menuruni tangannya dan melumuri gagang pedang. Tiba-tiba, ada tak terhitung banyaknya aliran udara yang menghasilkan bilah-bilah setajam belati yang membuatnya merasakan sakit seakan tubuhnya diiris hingga ribuan kali. Rasa sakitny mengoyak jiwa. Membuatnya tak mampu bertahan dan mengendalikan dirinya lagi. Dia merisikokan serpihan terakhir nyawanya dan mengeluarkan pekikan menggema ketika dia mencabut seluruh bilah Pedang Wan Jun keluar dari dalam Kuburan Pedang.
Pada saat itu, sesuatu langsung terjadi!
Energi iblis di dalam Kuburan Pedang berguncang hebat; membawa kekuatan untuk menghancurkan semua yang kuno dan memusnahkan dunia hingga ribuan li jauhnya. Di dalam pusaran energi ganas itu, tak terhitung banyaknya orang dari sekte xian yang tidak sempat berteriak dan kemudian diubah menjadi abu tanpa bersuara.
Mati-matian Mo Qing menggenggam Pedang Wan Jun, dia ingin mencegah keganasan pedang itu saat senjata itu muncul.
Tak bisa membiarkannya lepas lebih jauh lagi. Zhaoyao masih di sini….
Terdengar suara berdentum, Kuburan Pedang runtuh dan tempat itu pun hancur sepenuhnya. Akan tetapi, semua bebatuan runtuh yang mengenai medan pelindung sekitar Pedang Wan Jun langsung berubah menjadi serbuk halus.
Suara bumi berguncang berlangsung sangat lama; pada akhirnya, perlahan dunia menjadi sunyi.
Dari dalam Kuburan Pedang, Mo Qing menggenggam Pedang Wan Jun dan berdiri perlahan. Dia berbalik dan menatap pemandangan kacau balau itu, dikelilingi oleh tumpukan reruntuhan dengan potongan-potongan anggota tubuh di mana-mana. Mustahil untuk membedakan yang mana milik siapa.
Rasa takut luar biasa besar mencekam hati Mo Qing dan sekejap kemudian menyebar ke sekujur tubuhnya. Rasa takut ini bagaikan belatung yang menggerogoti tulang-belulangnya; menggali ke dalam setiap inci sumsumnya, dan akhirnya menerjang hingga ke kepalanya, menyebabkan otaknya berteriak.
Dia menyangga dirinya sendiri dengan Pedang Wan Jun, pedang iblis dari masa kuno yang ternama di seluruh dunia, yang akhirnya mengakui pemiliknya. Tapi kini, Mo Qing hanya menganggapnya seperti tongkat untuk menyangga tubuhnya yang gemetaran, membantunya untuk terus melangkah maju.
Di antara tumpukan bebatuan dan tubuh-tubuh terpotong, dia terus mencari: “Zhaoyao.” Dengan hampa dia meratapkan kedua suku kata itu. Pedang Wan Jun telah menghancurkan semuanya sampai-sampai dia bahkan tak bisa mendengar satu gema pun.
“Zhaoyao….”
Dia tak tahu di mana Lu Zhaoyao berada; samar-samar dia hanya merasa kalau sepertinya Zhaoyao berdiri di sini. Dia langsung berlutut dan menggunakan tangannya untuk terus menggali. Dia menggali dan mencari selama seharian penuh. Yuan Jie memimpin Pengawal Kilas Gelap menghampirinya dan melihat Pedang Wan Jun yang dibuang oleh Mo Qing tergeletak di tengah-tengah reruntuhan. Sementara Mo Qing, yang tubuhnya tak lagi tersegel, masih menggali mati-matian di antara reruntuhan.
Tak ada waktu untuk mengajukan pertanyaan. Yuan Jie memimpin Pengawal Kilas Gelap serta para murid untuk mencari di dalam Kuburan Pedang selama tiga hari tiga malam. Hampir semua batu yang ada di dalam Kuburan Pedang sudah dikeluarkan. Akhirnya, di bagian dasar, mereka menemukan sebuah cermin perak kecil bernoda darah.
Mo Qing menatap cermin perak itu dan tak bicara sepatah kata pun.
Di samping Mo Qing, Yuan Jie akhirnya menyerah atas pencarian tubuh Lu Zhaoyao. Dia mengirim seseorang agar mengambil Pedang Wan Jun untuk dibawa pulang ke Sekte Wan Lu. Pada saat bersamaan, dia pun menemukan kalau Pedang Wan Jun ternyata sudah punya pemilik, yaitu Mo Qing.
Yuan Jie murka dan dengan marah menanyai Mo Qing kenapa dia mencelakai Lu Zhaoyao.
Mo Qing hanya menatap cermin perak kecil itu dan tak mengatakan apa-apa.
Dia mendengarkan seksama, tapi tak peduli sekeras apa pun dia berusaha mendengarkan, dia tak bisa mendengar satu suara pun dari Cermin Pengintai Hati.
Wanita yang mengenakan cermin perak kecil ini sudah menghilang.
Ketika Yuan Jie menanyainya, kenapa dia membunuh Lu Zhaoyao, Mo Qing tak mampu berkata-kata. Begitu Yuan Jie dengan marah mengangkat Tongkat Qing Gang-nya, Mo Qing tak melawan. Tidak menjadi masalah kalau dia mati di sini. Orang paling berharga yang dia sembunyikan jauh dalam lubuk hatinya, orang yang dia ingin berikan seluruh jiwa raga untuk melindunginya, pada akhirnya, orang itu mati gara-gara dia.
Dia harus menggunakan nyawanya ini sebagai kompensasi.
Dia pantas mati.
Akan tetapi, Pedang Wan Jun menyelamatkannya.
Tepat pada saat itu, Yuan Jie sudah akan menghantam kepala Mo Qing dengan tongkatnya, dan kemudian Pedang Wan Jun menghalangi. Pedang itu menghadang serangan dari Yuan Jie dan melayang di depan Mo Qing. Membuat semua orang di sekitarnya tertegun.
Sungguh konyol ketika Pedang Wan Jun melindungi dirinya, ketika dia tak lagi membutuhkan perlindungan. Ketika dia tak lagi takut. Tanpa disangka-sangka Pedang Wan Jun melindungi dirinya. Andai saja pedang ini bisa melindung Zhaoyao seperti ini sesaat yang lalu….
Dia dibawa kembali ke Sekte Wan Lu oleh Yuan Jie. Yuan Jie ingin membawanya ke Panggung Pencambuk Mayat untuk dipenggal demi membalaskan kematian Ketua Sekte. Namun Sima Rong, yang kembali dari Sekte Nan Yue dengan kaki patahnya, bersikeras untuk melindunginya. Sima Rong berkata bahwa Lu Zhaoyao pernah menyatakan bahwa siapa pun yang bisa membunuh dirinya akan menjadi Ketua Sekte.
Sima Rong bersikukuh pada pendiriannya dan mendorong Mo Qing pada posisi sebagai Ketua Sekte.
Sebenarnya, Mo Qing tak mau bekerjasama. Barulah kemudian tanpa disengaja dia mendengar kata-kata yang dipakai Sima Rong untuk membujuk Shiqi.
Sejak saat Lu Zhaoyao meninggal, Shiqi terus menangis dengan hati hancur berkeping-keping. Gadis itu terus menyeka air matanya, hampir jadi buta. Mo Qing sedang ada di belakang dan mendengar Shiqi menanyai Sima Rong dengan suara parau: “Dia telah membunuh Ketua Sekte. Kenapa kau melindungi dia dan membantu dia menjadi Ketua Sekte? Kau juga pengkhianat. Kau tidak setia kepada Ketua Sekte!”
Tetapi Sima Rong berkata: “Zhaoyao telah berjumpa dengan akhir yang malang. Aku tahu kalau dia lebih terluka dibandingkan dengan yang lainnya. Aku tahu kalau dia tak sengaja melakukannya. Tapi sekarang, dia adalah satu-satunya orang yang bisa mengambil alih Sekte Wan Lu dan mempertahankan sekte yang dibuat oleh Zhaoyao. Selain dari Li Chenlan, yang memiliki Pedang Wan Jun, tak ada orang lain yang bisa dipilih. Jangan menangis. Aku tahu kalau di seberang lautan ada suatu tumbuhan dewa. Kau pergilah membantu Zhaoyao mencarinya. Aku akan menunggu hingga kau berhasil menemukan tumbuhan itu dan pulang….”
Tentu saja, Shiqi terperdaya, namun Mo Qing juga mengerti alasan mengapa Sima Rong ingin dirinya menjadi Ketua Sekte.
Sebagai saudara selama bertahun-tahun, Sima Rong sudah bisa melihat rahasia yang telah tersimpan lama dalam hati Mo Qing. Sima Rong juga mengetahui perasaan Mo Qing kepada Lu Zhaoyao. Karena itu, supaya tidak mengecewakan upaya dan kerja keras Lu Zhaoyao dalam membangun Sekte Wan Lu, Sima Rong pun memberinya posisi sebagai Ketua Sekte.
“Zhaoyao sudah tak bisa lagi memenuhi mimpinya, kaulah yang akan membantu dia menuntaskannya.”
Seperti yang telah dikatakan oleh Sima Rong, Mo Qing memiliki Pedang Wan Jun, jadi tak mungkin dia menolak posisinya.
Kehidupannya ini telah dipungut oleh Lu Zhaoyao. Kalau dia tak bisa mati untuk Lu Zhaoyao, maka dia akan melindungi semua hal yang ditinggalkan oleh Lu Zhaoyao di dunia ini hingga seluruh tenaganya terkuras.
Mo Qing memiliki Pedang Wan Jun, segel Raja Iblis sudah dipatahkan, dia memperoleh kembali kekuatan bawaannya, dan pola-pola segel yang mengerikan pada tubuhnya juga sudah lenyap sepenuhnya. Dia menatap wajahnya yang sempurna di dalam cermin dan bertanya-tanya apakah penampilannya ini bisa dianggap tampan. Namun tak peduli wajahnya tampan atau tidak, Lu Zhaoyao sudah mati. Bahkan meski dia jadi lebih tampan pun, hal itu sudah tidak penting lagi.
Terkecuali mata Lu Zhaoyao, pandangan orang lain tidak penting baginya.
Dia mulai mengurus masalah-masalah Sekte Wan Lu, berlatih menggunakan dan mengendalikan Pedang Wan Jun, dan belajar cara menyesuaikan diri dengan kekuatan dalam tubuhnya.
Dia menyatakan bahwa dalam waktu tiga bulan, dia pasti akan membantai habis Sekte Nan Yue.
Tiga bulan kemudian, seorang diri dia menyerang ke Xi Nan dan membantai Sekte Nan Yue. Mulai dari pertarungan itu, dia pun memantapkan dirinya sendiri di Dunia Persilatan. Mereka bilang dirinya bahkan lebih brutal daripada Lu Zhaoyao. Akan tetapi, ketika sebelah lengannya berlumuran darah dan mayat-mayat bergeletakan di puncak Gunung Nan Yue, hanya dia yang tahu.
Hatinya hampa dan dingin. Bahkan lebih sunyi daripada tempat kematian ini.
Di dunia ini sudah tidak ada Lu Zhaoyao, jadi dirinya tak ada bedanya dengan mayat di permukaan tanah.
Malam sudah larut, begitu dingin dan angin yang membekukan terasa bagaikan pisau.
Tak peduli berapa lama pun waktu berlalu, ketika dia melihat ke belakang, yang ada selalu merupakan saat-saat penuh rasa sakit mengerikan yang membekukan darah.
Mo Qing menolehkan kepalanya untuk menatap griya Sima Rong. Lu Zhaoyao sedang mengejar Li Mingshu dengan riang gembira. Sementara itu Li Mingge sudah menimbang-nimbang tentang bagaimana cara menyambungkan kembali potongan-potongan kayu itu ke tangan manusia milik Muka Bundar Kecil.
Mo Qing tak bisa menahan dirinya, sorot matanya melembut. Dia tak mau mengingat kembal pengalaman-pengalaman lampaunya, karena semua yang ada di masa lalu tak bisa dibandingkan dengan saat-saat indah di masa kini.
Akan tetapi, sesekali, dia terkenang, meski hanya sejenak. Semua itu sudah cukup baginya untuk menghargai kehidupan yang dia miliki saat ini.
Sima Rong duduk di bawah pohon dan terlarut lama dalam lamunannya. Dia memikirkan tentang apa yang baru saja Mo Qing katakan dan semangatnya pun kembali pulih. Dia membuka mulut untuk bertanya: “Apakah sekarang ini Yue Zhu masih ada di sini?”
“Dulu masih, kalau tak terjadi apa-apa, dia seharusnya masih ada di sini. Hanya saja Zhaoyao tak bisa lagi melihatnya.”
Ketika Sima Rong mendengar hal itu, dia menundukkan kepalanya seraya tersenyum pahit. Akan tetapi, tanpa sadar senyumannya membawa suatu rasa manis: “Yue Zhu bodoh sekali.”
Pada saat itulah, angin berhembus dan menyapu rambut Sima Rong. Mo Qing menatap Lu Zhaoyao di kejauhan, berkata lembut: “Yue Zhu sedang bicara padamu.”
Sima Rong mengangguk: “Aku mendengarnya.” Dia menundukkan kepala untuk menatap jemarinya, dan matanya sedikit bergetar. “Dia memberitahuku kalau dia merasa sangat gembira.”
Mengetahui bahwa jiwa orang itu ada di sekitarnya, dia bisa memperkirakan makna dari angin yang berhembus. Dahulu, Mo Qing seperti itu. Sekarang, Sima Rong juga sama. Ini tak terlalu menyakitkan, melainkan bisa menjadi… dianggap sebagai suatu penghiburan.
Hanya mengetahui kalau orang itu ada di sini, bahkan meski hidup dalam kesendirian, kehidupan pun telah jadi sedikit lebih menarik.
“Hei! Li Chenlan!” Akhirnya, Lu Zhaoyao berhasil mengejar Li Mingshu, yang terus berlari kabur, “Putramu ini nakal sekali. Aku tak sanggup lagi mengurus dia. Ayo kita buang saja dia.”
Ketika Li Chenlan mendengarnya, dia tertawa: “Kalau begitu buang saja dia. Kelak, kita akan buat lagi.”
Betapa beruntungnya, bahkan kini, Lu Zhaoyao dan Mo Qing masih bisa memiliki masa depan.