Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia] - Chapter 93
- Home
- Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia]
- Chapter 93 - Menawan (III)
“Jiao Jiao, cepatlah bersiap, kita akan pergi menonton pertunjukan drama jam 6 sore.” Li Si Tong meletakkan segelas air di sebelah Xue Jiao yang “memegang penanya dengan mati-matian” dan Cheng Shuo, yang datang bersamanya tertawa.
Xue Jiao mengalihkan perhatiannya dari soal Matematika dan menatap mereka. Ekspresinya meredup. Awalnya, matanya yang besar terlihat apatis dan kemudian fokus secara perlahan.
Menonton pertunjukkan?!
Sepertinya, Xue Jiao kembali tersadar, matanya melebar dan wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan.
Wajahnya yang putih dan lembut itu tampak redup, bodoh, dan… imut.
Li Si Tong tidak bisa menahan dirinya. Dia mengulurkan tangannya dan mengusap kepala putrinya, “Jiao Jiao, kita sudah memutuskannya minggu lalu. Kita akan menonton pertunjukkan drama minggu ini.”
Minggu lalu…
Oh, benar, Cheng Shuo dan Li Si Tong memberikan hadiah ujian tengah semester kepada dirinya dan Cheng Ming Ze berupa menonton pertunjukan drama.
Memikirkan kesepakatan itu, pipi Xue Jiao menggembung.
“Bisakah…”
Bisakah kita tidak pergi…
Cheng Shuo bergurau, “Tidak mungkin. Jiao Jiao, ini adalah kegiatan keluarga dan kau tidak bisa absen, terlepas dari signifikansinya.”
“Oh…” Xiao Jiao langsung tertekan.
“Cepat bersiap agar kita bisa pergi.”
“Baik.” Suara Xue Jiao sangat pelan dan dia melihat ke arah meja, tepatnya ke arah soal yang baru diselesaikannya dengan perasaan enggan, “Kalau begitu biarkan aku menyelesaikan soal ini terlebih dulu!”
“Anak ini…” Li Si Tong menggelengkan kepalanya.
Cheng Shuo berkata sambil tertawa, “Si Tong, bawakan pakaian yang kau beli untuk Jiao Jiao. Ketika kita pergi keluar hari ini, ayo kita dandani dia dengan cantik!”
“Baik.”
***
Xue Jiao menatap gadis yang ada di dalam cermin dengan tatapan kosong. Dia mengenakan kemeja sifon lengan panjang sebagai atasannya dan celana panjang berpinggang tinggi sebagai bawahannya. Perpaduan warna hitam dan putih memberikan kesan yang sangat kontras.
Li Si Tong mengulurkan tangannya untuk mengatur gelungan rambut Xue Jiao yang biasanya dia atur saat dia berangkat sekolah dan gelungan yang semula tertata rapi menjadi longgar.
“Kelihatan bagus!” Li Si Tong tidak bisa menahan senyumannya dan berkata, “Putriku sangat cantik.”
Ini adalah pengalaman yang belum pernah dialami Li Si Tong. Sebelumnya, Xue Jiao selalu mendandani dirinya sendiri seperti seorang berandalan. Li Si Tong bahkan tidak mempunyai banyak waktu untuk mengajarkan Xue Jiao, apalagi mendandani dia secara pribadi.
Saat ini, Xue Jiao telah berubah menjadi anak yang penurut dan bijaksana. Secara tidak terduga, dia juga berubah menjadi orang yang serius dan pekerja keras dalam studinya. Dia juga mencapai hasil yang membuat iri semua orang. Melihat seragam sekolah yang dikenakan oleh putrinya sepanjang hari, dia tidak sabar untuk mendandaninya seperti tuan putri dan membawanya keluar setiap hari.
Li Si Tong akhirnya bisa mengatakan kalimat ini dengan bangga, “Ini adalah putriku.”
Li Si Tong mengerjapkan matanya dan memandangi gadis yang luar biasa cantik di depannya ini, matanya sedikit lembab.
Pesona bunga segar dari seorang gadis muda memancar dari putrinya. Bibirnya hanya dipoles dengan sedikit lipstik, wajahnya terlihat cukup mempesona.
Xue Jiao menarik ujung bajunya, dia merasa agak risih dengan pakaiannya saat ini, “Tidakkah ini… ini terlalu tipis?”
“Tidak!” Li Si Tong terseyum dan memperbaiki kerah kemejanya, “Suhu udara di dalam teater cukup tinggi. Nanti, kau akan membawa jas putih dan memakainya, jika kau ingin pergi keluar.”
Xue Jiao menghindari tangan Li Si Tong dengan perasaan tidak nyaman, “Aku akan melakukannya sendiri!”
Tangan Li Si Tong sedikit menegang dan sinar matanya agak meredup.
***
“Apa mereka belum turun?” Cheng Ming Ze menggigit apel itu dan berkata dengan bosan.
Chen Shuo meletakkan koran dan menatap putranya sambil tertawa, “Anak muda, kau harus mempunyai kesabaran untuk menunggu seorang wanita muda. Ini adalah etiket dasar bagi seorang pria sejati.”
Cheng Ming Ze mengerucutkan bibirnya, “Seorang wanita tidak akan membiarkan seorang pria untuk menunggu terlalu lama.”
“Anak ini!” Cheng Shuo melotot.
Pada saat itu, terdengar suara langkah kaki dari lantai atas.
Cheng Shuo tersenyum lagi, “Benar-benar wanita dari keluarga kita.”
Cheng Ming Ze tidak berbicara, dia hanya mengerucutkan bibirnya, mengalihkan pandangannya ke puncak tangga, dan tertegun.
Dia tidak bisa menjelaskan perasaannya saat ini. Perasaan ini seperti pot bunga yang sering dia lewati di mana pot bunga itu mempunyai bunga yang masih kuncup. Sebelumnya pot bunga ini selalu berjalan di depannya dan menghalangi langkahnya, sehingga dia mulai merasa bosan setiap dia melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya dengan cermat. Makanya, dia tidak bisa melihat keindahan dari bunga itu.
Tetapi suatu hari, bunga dalam pot ini tidak lagi menghalangi langkahnya, namun bunga itu menjauh darinya dan diam-diam mekar dengan sendirinya…
Perasaan itu membawa sedikit ketidakjelasan dan sedikit kebingungan di dalam hatinya.
Saat ini, Cheng Ming Ze tidak bisa mendeskripsikan perasaan ini secara lebih mendetail, tapi suatu hari ketika dia akhirnya melihat keindahan dari bunga ini, dia akan menyadari bahwa bunga ini sudah lama berada di telapak tangan orang lain.
Pada saat itu, sakit hatinya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
“Putriku sangat cantik!” Cheng Shuo mengucapkannya dengan suara yang keras, bangga, dan puas.
Xue Jiao dengan tidak nyaman menyentuh gelungan rambutnya yang longgar dan tampak berantakan. Wajahnya dipenuhi dengan rasa malu.
Senyuman Cheng Shuo berubah menjadi lebih penuh kasih, “Jiao Jiao, Paman tidak berbohong. Ming Ze, apakah kau berpikir bahwa Mei Mei-mu terlihat cantik hari ini?”