Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia] - Chapter 168
- Home
- Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia]
- Chapter 168 - Cinta (IV)
Di kediaman keluarga Gu.
“Mengapa dia datang juga?” Gu Shi Yun mengerutkan keningnya.
Wu Wan Jun menepuk putrinya dengan tenang, “Bukankah ayahmu yang masih mengingatnya. Sekarang, dia tinggal bersama keluarga Cheng. Ibu tidak tahu apa yang dipikirkan ayahmu sepanjang hari ni. Sesuatu yang jauh berbau harum dan yang dekat itu bau.”
Alis Gu Shi Yun juga berkerut. Bagaimana bisa ada Gu Xue Jiao di mana-mana?
Kemudian, kebenciannya semakin meningkat. Hati ayahnya masih terdapat Gu Xue Jiao? Mengapa dia masih menghubunginya bahkan di Malam Tahun Baru!
“Lupakan saja, jika dia datang, maka dia datang. Ketika dia datang, ayahlah yang akan marah pada saat itu!” Gu Shi Yun mengatakan seperti itu.
Mata Wu Wan Jun berbinar, “Benar, ini adalah Malam Tahun Baru. Jika ayahmu bertengkar hebat dengannya, mari kita lihat apakah dia masih merindukannya di masa depan.”
Gu Shi Yun juga memberikan senyuman, “Kalau begitu, ini sempurna karena ada yang ingin aku katakan juga!”
Pada pukul 12:00 siang, Gu Xue Jiao tiba di kediaman keluarga Gu Jing Xu.
Dia melihat ke arah gerbang dan banyak kenangan tentang Gu Xue Jiao yang muncul dari dalam benaknya.
Sepuluh tahun yang lalu, dia adalah seorang putri kecil yang dicintai oleh orang tuanya. Rumah itu dipenuhi dengan tawanya.
Setelah berumur sepuluh tahun, kakeknya meninggal. Gu Jing Xu dan Li Si Tong bercerai.
Saat itu, dia menangis dan menolak untuk meninggalkan kediaman keluarga Gu. Gu Ji Xu meraih tangannya dan berkata——
“Ini akan selalu menjadi rumahmu. Jika kau tidak ingin pergi, kau bisa tinggal di sini sepanjang waktu. Ayah akan selalu memperlakukanmu dengan baik.”
Kemudian, Li Si Tong membawa Gu Xue Jiao dan meninggalkan kediaman keluarga Gu. Di depan pintu, Li Si Tong berkata——
“Jiao Jiao, setelah ini, kau hanya akan memiliki Ibu. Percayalah, meski tidak ada Ayah, Ibu akan selalu baik padamu!”
Kebanyakan orang tua yang bercerai seperti ini.
Mereka merasa hanya orang tua dari anak mereka yang berpisah dan anak tersebut masih memiliki ayah dan ibu. Jadi apa bedanya?
Tapi pada akhirnya, ketika mereka menikah, mereka akan mengalami segala macam ketidakperdayaan.
Gu Jing Xu berkata, “Adikmu sangat penurut. Kau harus rukun dengannya. Ayah menyayangi kalian berdua.”
Li Si Tong berkata, “Kau harus mengerti Ibu. Tidak mudah bagi Ibu untuk tinggal di kediaman keluarga Cheng. Jangan membuat masalah.”
Bahkan setelah itu.
Gu Jing Xu berkata, “Mengapa kau selalu menindas adikmu! Mengapa kau begitu bodoh?”
Li Si Tong berkata, “Bisakah kau berhenti membuatku masalah? Kau sama sekali tidak bijaksana.”
Xue Jiao tidak pernah menentang pasangan yang bercerai dan tidak bisa memaksa mereka untuk tetap akur, akan tetapi dia hanya berharap bahwa orang tuanyanya bisa memberikan lingkungan yang sederhana kepada anak-anak mereka, setelah perceraian mereka.
Gu Xue Jiao bukan anak yang bijaksana, namun karakternya ini terbentuk karena faktor keretakan kedua keluarga.
Xue Jiao dengan lembut menghembuskan napas, lalu dia memasuki pintu kediaman keluarga Gu.
“Jiao Jiao datang!” Orang pertama yang menyadari kedatangannya adalah Wu Wan Jun. Suaranya terdengar sangat bahagia.
“Jiao Jiao, ayo duduk. Apa kau lelah? Bibi Wan Jun akan menuangkan air untukmu.”
Suara Wu Wan Jun terdengar bahagia dan juga terkejut, namun dia tetap menujukkan kesopanannya. Dia selalu bisa membuat Xue Jiao merasa bahwa dia tidak pantas untuk berada di sini.
Xue Jiao ingin tertawa. Jika dia adalah Gu Xue Jiao di masa lalu, dia mungkin merasa tidak nyaman, namin dia tidak memiliki perasaan apa pun terhadap mereka, sehingga dengan pikiran yang tenang, dia menerima “layanan” Wu Wan Jun.
“Kau masih tahu untuk datang ke sini. Apa masih ada Ayah di dalam hatimu?!”
Xue Jiao segera menjawab, “Tidak ada.”
“Kau——” Gu JIng Xu memelototinya.
Namun, sepertinya dia telah dimarahi berkali-kali oleh Xue Jiao, sehingga dia tidak merasa keterkejutan sama sekali?!
“Lupakan saja, Ayah terlalu malas untuk memarahimu!” Gu Jing Xu meletakkan cangkir di atas meja, “Bersiaplah untuk makan.”
“Bibi akan menyiapkan makanan. Xue Jiao, ka u bisa beristrirahat!” Wu Wan Jun berkata dengan cepat.
Sebelumnya, ketika Xue Jiao datang, jika Wu Wan Jun mengatakan ini, dia akan segera membantunya untuk menyiapkan makanan.
“Oh, baiklah.” Xue Jiao mengikuti perkataannya dengan sigap dan duduk diam.
Wu Wan Jun tertegun sejenak dan menatap Gu Jing Xu. Melihat bahwa pria itu tidak bereaksi, dia pergi ke dapur dengan marah.
Gu Xue Jiao telah berubah!
Pada saat itu, Gu Shi Yun muncul dari lantai atas dan berkata sambil tersenyum——
“Jie Jie, maukah kau berkunjung sebentar ke kamarku? Aku punya boneka baru. Apa kau ingin melihatnya?”
Sebelumnya, ketika Gu Xue Jiao datang, Gu Shi Yun akan mengundangnya ke kamarnya.
Gu Xue Jiao pernah tinggal di kamar itu selama beberapa tahun. Ketika dia melihat Gu Shi Yun menempati kamarnya, dia secara alami akan menjadi kesal. Gu Shi Yun akan mengucapkan beberapa kata lagi dan akhirnya hal tersebut menjadi gangguan bagi Gu Xue Jiao yang tidak berperikemanusiaan. Kemudian, Gu Jing Xu akan memarahinya.
Sudah berapa tahun hal ini berlangsung? Kenapa ini menjadi suatu rutinitas?
“Aku tidak ingin pergi. Dulu, aku tinggal di sana selama beberapa tahun. Tidak ada yang istimewa.”
Ketika Xue Jiao selesai berbicara, wajah Gu Shi Yun menjadi kaku untuk sesaat.
Gu Jing Xu juga mengerutkan keningnya, “Xue JIao, bicaralah dengan sopan!”
“Aku mengatakan yang sejujurnya.”
“…”
Gu Jing Xu tidak tahu harus berkata apa. Gu Shi Yun menarik napas dalam-dalam, menenangkan suasana hatinya, dan turun untuk membantu Wu Wan Jun yang sedang menyiapkan makanan.
Pada Malam Tahun Baru, hidangan yang disiapkan keluarga ini sangat kaya dan memenuhi satu meja penuh.
Xue Jiao telah menyelesaikan dua pertanyaan pada pagi hari, sehingga dia juga merasa sedikit lapar dan makan dengan serius.
“Jiao Jiao, makanan ini dibuat khusus oleh Bibi Wan Jun untuk menyambut kedatanganmu!” Wu Wan Jun berkata sambil tersenyum.
Jari Xue Jiao berhenti sejenak. Mengapa mereka tidak membiarkan dia makan dengan tenang?
“Pantas.”
“Hm?” Gu Jing Xu mendongak pada saat yang sama dan terlihat bingung.
“Tidak mengherankan, jika tidak ada makanan yang aku suka.”
“…”
Gu Xing Ju memelototinya, “Gu Xue Jiao, makan dengan benar!”
“Oh, baiklah.” Dia makan satu sendok penuh, kemudian dia tiba-tiba memikirkan apa yang dikatakan Lin Zhi Hua sebelumnya.
“Di dalam hidup, kau tidak bisa menyalahkan dirimu sendiri.”
Jelas, dia sedang mengerjakan soal-soal di rumah, namun Gu Jing Xu membuatnya datang untuk mendengarkan kata-kata munafik ini!