The Grand Princess - Chapter 44.3
“Satu-satunya orang yang pernah benar-benar kucintai dan hilang dariku adalah Li Rong.”
—————–
Pei Wenxuan baru saja selesai berpamitan kepada yang lain ketika dia berbalik dan melihat Li Rong menunggunya di depan pintu, membuat hatinya sedikit merasa hangat. Dia berjalan menghampiri seraya tersenyum dan berhenti di sisi Li Rong. Diamatinya Li Rong dari atas hingga bawah sebelum menaikkan alisnya dan bertanya: “Yang Mulia tampaknya cukup senang karena hari ini telah memperoleh kemenangan besar?”
Li Rong menundukkan kepalanya dan tersenyum: “Hari ini Pei daren juga keliatannya lumayan gembira?”
“Kalau bukan karena Yang Mulia menindas saya, bagaimana mungkin ada saat-saat ketika saya tidak gembira?”
Seraya berjalan pulang bersama Li Rong, Pei Wenxuan bertanya dengan penasaran: “Apa yang kalian semua lakukan di Kebun Istana? Apakah hari ini ada suatu kejadian yang menarik dan seru?”
Li Rong memberitahu Pei Wenxuan semua tentang apa yang telah terjadi di Kebun Istana, dan mereka berdua pun mengobrol sambil masuk ke dalam kereta. Pei Wenxuan mengeluarkan desahan penuh sesal: “Dunia wanita selalu begitu mencengangkan.”
“Kau juga bisa ikut bergabung.” Li Rong tertawa.
Pei Wenxuan buru-buru menyingkirkannya dengan kibasan tangannya: “Lupakan, lupakan. Tak usah. Hanya Tuan Putri Yang Mulia saja yang mampu menangani situasi semacam ini.”
Li Rong terkekeh pelan dan tak mengatakan hal lainnya. Dia menolehkan kepalanya dan melongok ke luar jendela.
Pada saat itu, mereka sudah berada di luar gerbang istana, dan di luar jendela, rembulan benderang bersinar di atas kepala. Dengan tenang dia memandangi rembulan lalu berkata perlahan: “Bulan baru akan selalu menjadi purnama. Pei Wenxuan, apa kau akan bilang bahwa sesuatu yang telah ditakdirkan selalu sukar untuk diubah?”
Pei Wenxuan merasa agak aneh ketika Li Rong tiba-tiba mengajukan pertanyaan semacam itu, jadi dia pun tak tahan untuk berkata: “Apa yang kau tanyakan?”
“Hari ini, tiba-tiba aku mengerti kenapa Chuan’er mulai menyukai Qin Zhenzhen.”
Li Rong menoleh untuk menatap Pei Wenxuan: “Dengan sifat Chuan’er, bisa bertemu dengan seseorang seperti itu di istana, tak bisa dibilang aneh kalau dia mulai menyukai Qin Zhenzhen.”
Pei Wenxuan tak mengatakan apa-apa. Ditatapnya ke dalam mata Li Rong, dan sejenak, tampaknya dia mengerti apa yang dimaksud: “Tapi kenapa kau mengatakan ini kepadaku?
“Apa kau sudah memikirkan tentang apa yang akan kau lakukan setelah bercerai?”
Li Rong menatap penasaran kepadanya. Pei Wenxuan balas menatap Li Rong dengan membisu, merasakan kepahitan perlahan membuncah, namun senyum di bibirnya tidak kunjung memudar: “Aku belum terlalu memikirkannya.”
“Saat Qin Zhenzhen mati di kehidupan lampau, apa kau merasakan penyesalan?”
Pei Wenxuan membisu. Dia hanya menatap Li Rong seraya tersenyum sementara Li Rong meneruskan: “Aku tahu dalam hati kau sangat menyayanginya. Di kehidupan yang lampau, saat dia mati muda, kau pasti telah merasa bersalah kepadanya. Kau adalah jenis orang yang tak pernah berpikir untuk meminta balasan apa pun dari orang yang kau sukai, tapi dalam kehidupan ini, kau harus berupaya sedikit lebih banyak lagi demi dia.”
“Berupaya sedikit lebih banyak dan melakukan apa?”
Pei Wenxuan memasukkan tangannya ke dalam lengan baju dan bersandar pada satu sisi dinding kereta, mendengarkan ketika Li Rong berkata tenang, “Dia sekarang sudah memasuki usia menikah, dan akan butuh sekitar tiga tahun sebelum kau dan aku bisa dengan mulus sampai pada apa yang kita butuhkan. Kalau sekarang kau tak berjanji kepadanya, takutnya pada saat itu dia akan sudah menikahi orang lain. Aku sudah sering mengatakan ini, sebagian besarnya sebagai candaan, tapi hari ini, aku bicara padamu dengan penuh kesungguhan,” Li Rong mendongak menatapnya, “Kau masih harus melakukan sesuatu.”
“Seperti?”
“Aku sudah memberitahunya bahwa aku membantu dia hari ini adalah karena kamu. Aku juga memberitahu dia kalau tidak ada perasaan di antara kita dan kita akan bercerai baik-baik tiga tahun kemudian. Dia tak bereaksi, aku cuma pergi duluan. Nantinya kita bisa mengatur kesempatan untukmu bertemu dengannya. Kalian berdua sudah punya perasaan satu sama lain, jadi kau bisa bersikap baik kepadanya, kemudian menyatakan perasaan kepadanya. Begitu kalian sudah saling bertukar tanda cinta dan sumpah, kita akan mengirim pesan ke Qin Lin lalu kirim dia ke utara untuk bersembunyi selama tiga tahun ini. Setelah kita bercerai,” Li Rong tertawa dan mendongakkan matanya ke arah Pei Wenxuan, “Aku akan pergi dan melamarkannya untukmu.”
Pei Wenxuan tak bicara sepatah kata pun. Dengan membisu ditatapnya Li Rong.
Li Rong agak kebingungan: “Kenapa kau tak bilang apa-apa?”
“Aku bisa bilang apa lagi?” Pei Wenxuan tertawa, “Bukankah Yang Mulia sudah membuat persiapan memadai untuk semuanya? Bukankah sudah jelas di mana posisi semua orang di dalam hati Anda dan apa yang harus mereka lakukan?”
“Kalau kau tidak puas,” Li Rong berkata perlahan, “Kau bisa bilang padaku. Apa kau merasa kalau mengirim dia ke utara itu telah menyalahi dia?”
Pei Wenxuan tak sanggup lagi mendengarkannya. Dia berdiri dan berseru: “Hentikan keretanya!”
Keretanya mendadak berhenti. Pei Wenxuan mengangkat tirai dan melompat keluar.
Li Rong tertegun. Dia hanya bisa melihat sekilas Pei Wenxuan dari arah belakang sebelum mendapati bahwa pria itu sudah keluar dari kereta. Dia tak mengerti mengapa dia merasa bahwa mereka sepertinya telah tiba-tiba kembali ke titik yang itu di kehidupan lampau mereka. Setiap kali Pei Wenxuan marah, tidak seperti dirinya, pria itu takkan banyak bicara. Pei Wenxuan akan kehilangan kesabaran setelah sedikit berdebat, kemudian akan pergi begitu saja.
Hanya saja di masa lampau, mereka akan bertengkar saja saat mereka menginginkannya, tetapi ketika hari ini Pei Wenxuan pergi seperti ini, Li Rong merasa agak tidak nyaman. Dia tak tahu apakah ini adalah karena hari ini telah terjadi begitu banyak hal yang telah menguras batinnya sehingga membuatnya merasa seperti ini.
Li Rong mengendalikan emosinya dan dengan tenang memberi perintah kepada orang di luar: “Kirim orang untuk mengikuti Fuma supaya jangan sampai terjadi apa-apa padanya. Kita akan pulang duluan.”
Terdengar tanggapan gugup dari luar. Li Rong mengangkat tangannya untuk memegangi dahi dan merasakan keretanya bergerak lagi.
Pei Wenxuan terus memunggungi kereta Li Rong dan terus berjalan maju, amarah memuncak di dalam hatinya.
Dia bahkan tak tahu apa yang membuatnya marah.
Dia sudah tahu seperti apa sifat Li Rong.
Li Rong adalah jenis orang yang akan membuat pengaturan sebaik mungkin begitu telah memutuskan sesuatu.
Li Rong yakin kalau masih ada Qin Zhenzhen dalam hati Pei Wenxuan, jadi Li Rong merasa bahwa bahwa Qin Zhenzhen adalah penyesalan seumur hidup bagi pria itu, dan dia harus memperbaikinya.
Li Rong menerka bahwa Li Chuan masih akan mulai menyukai Qin Zhenzhen tetapi merasa kalau Qin Zhenzhen tak seharusnya bersama Li Chuan karena tak ada hal baik yang akan dihasilkan bagi keduanya.
Maka Li Rong memilih jalan dengan hasil terbaik dan membiarkan Qin Zhenzhen bersama dengan Pei Wenxuan.
Tidak bisa dibilang kalau Li Rong telah melakukan kesalahan karena Li Rong memikirkan yang terbaik bagi semua orang dan berharap semua orang bisa menjalani kehidupan yang baik.
Bagaimana bisa Li Rong disalahkan untuk hal itu?
Tetapi Pei Wenxuan sungguh merasa tidak nyaman, tidak nyaman yang tak terkatakan ketika dia berjalan ke arah berlawanan dengan punggung masih menghadap pada kereta. Ketika dia mendengar suara roda kereta berputar di belakangnya, tiba-tiba dia berhenti.
Sesaat, dia teringat pada berkali-kali kesempatan dirinya harus menatap punggung Li Rong di kehidupan lampaunya.
Dia berbalik dan memandangi ketika kereta itu perlahan bergerak semakin dan semakin menjauh. Dia menatap dalam kebisuan, kemudian sejenak kemudian, dia menggertakkan gigi dan berlari balik. Ketika dia berhasil menyusul keretanya, dipukulnya sisi kereta itu seraya berseru keras: “Berhenti! Hentikan keretanya untukku!”
Li Rong dikejutkan oleh tindakan Pei Wenxuan, dan keretanya juga berhenti sebagai tanggapannya. Li Rong langsung mengangkat tirai dengan kipas emasnya dan menatap dingin pada Pei Wenxuan, yang berdiri di samping kereta, lalu bertanya dengan marah: “Untuk apa kau sampai hilang akal begini?”
Melihat keduanya tampak sedang bertengkar, sang kusir buru-buru melompat turun dari kereta dan pergi. Dalam sekejap, tak ada seorang pun yang tersisa di sekeliling mereka, hanya meninggalkan mereka berdua. Pei Wenxuan menatap lurus pada Li Rong, mencengkeram sisi kereta erat-erat seraya berkata dingin: “Li Rong, biar kukatakan padamu. Kalau kelak kau ingin memutuskan urusanku, setidaknya kau harus bertanya lebih dulu kepadaku dan lihat apakah aku bersedia atau tidak.”
Li Rong dibuat berdiri terbengong-bengong di tempatnya. Pei Wenxuan bicara dengan sangat cepat seakan sedang melampiaskan sesuatu: “Jenis orang yang seperti apa yang kau anggap tentangku, apa yang menurutmu kuinginkan, apa yang menurutmu harus kulakukan – semua ini adalah hal-hal yang kau harus mendapatkan izinku terlebih dahulu.”
“Ternyata kau ingin aku mengaku dosa di depan semua orang,” Li Rong memaksakan senyuman, “Seperti? Kesalahpahaman apa yang telah kubuat tentang Pei daren sekarang ini yang telah membuat Pei daren sedemikian marahnya?”
Pei Wenxuan tak mengucapkan sepatah kata pun dan hanya menatapnya. Ekspresi Li Rong tetap tenang seperti biasanya, seakan tak ada apa-apa yang bisa membuatnya goyah sama sekali. Tampak jelas bahwa mereka berdua seperti orang-orang yang berdiri di tengah guyuran hujan lebat, kecuali bahwa Pei Wenxuan telah tampak begitu mengenaskan sementara Li Rong tetap tenang dan anggun, tak tergoyahkan sedikit pun.
Pei Wenxuan merasa getir dan kesal, begitu kesal sampai-sampai ingin maju lalu menarik orang ini jatuh bersamanya dan bergulingan bersama-sama di lumpur kotor.
Namun Pei Wenxuan tak sanggup melakukannya. Karena dalam hatinya, Li Rong harus tetap seperti ini untuk seumur hidup.
Dia hanya bisa menatap Li Rong dengan cara seperti ini, menggunakan matanya untuk mengekspresikan semua yang telah menumpuk di dalam hati, namun dia tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Tapi dia jelas-jelas tahu bahwa jika dia tak mengatakannya, dirinya takkan ada bedanya dengan di kehidupan lampau, selalu menyembunyikan semuanya.
Kalau begitu, maka kekhidupan ini takkan ada bedanya dengan yang lalu.
Jadi setelah lama berselang, Pei Wenxuan berusaha mati-matian untuk mengungkapkannya, kata demi kata dan dengan susah payah: “Aku tak menyukai Qin Zhenzhen.”
“Aku tahu,” Li Rong bisa langsung mengerti setelah mendengarnya dan perlahan meyakinkan pria itu: “Bagaimanapun juga, setelah lewat bertahun-tahun ini, memang mustahil bagimu untuk menyukai dia sebesar rasa sukamu di masa lalu. Tapi sebenarnya….”
“Tak ada kebenaran lainnya, dan tak ada yang semacam menyukai dia di masa lampau!”
Pei Wenxuan menyelanya dan berkata: “Aku tak punya perasaan semacam itu kepadanya saat aku masih muda!”
Li Rong terperangah, dan begitu Pei Wenxuan mengatakan hal ini, sisanya tampaknya mengalir keluar secara alami begitu saja. Pei Wenxuan menatap Li Rong, menghampiri gadis itu dan meneruskan dengan tulus: “Aku tak pernah memikirkan dia. Aku tak pernah merindukan dia. Aku tak pernah pergi ke luar dan melihat tusuk rambut di jalan yang ingin kubeli untuknya, dan tak pernah aku berpikir ingin mencium dia.”
“Hanya saja ketika aku masih muda, mereka semua bilang padaku bahwa dia akan menjadi istriku, jadi aku selalu berpikir bahwa seperti inilah yang namanya cinta.”
“Tapi kemudian, aku bertemu seseorang,” Pei Wenxuan menatap Li Rong, matanya berkilau dengan lapisan bening, seakan membawa secercah senyum, “Aku merasa gembira ketika kulihat dia gembira, dan aku cemas saat melihat dia marah. Saat aku melihat dia memandangi sebuah tusuk rambut, aku akan menyimpannya dalam hati, dan ketika dia tersenyum, aku merasa bahwa takkan ada musim dingin lagi di dunia ini.”
“Aku merindukan dia saat dia tidak ada di sisiku. Bahkan ketika aku sekedar pergi ke biro pemerintahan, aku berpikir untuk menulis surat kepadanya. Aku akan memikirkan tentang berapa banyak anak yang akan kami miliki, dan betapa aku ingin menua bersamanya.”
“Li Rong,” Pei Wenxuan menarik napas dalam-dalam, “Aku benar-benar tak punya sedikit pun penyesalan atas Qin Zhenzhen. Kenyataannya adalah dia mati, dan sebagai seorang teman, sebagai seorang kakak, aku telah melakukan semua yang kubisa, tetapi aku tak pernah lagi berpikir tentang menghabiskan seluruh sisa hidupku bersamanya. Kalau aku memikirkan tetang hal itu bahkan untuk sejenak saja, aku takkan pergi ke perjamuan musim semi.”
“Kalau aku punya penyesalan….”
Suara Pei Wenxuan memudar. Ditatapnya Li Rong, dan sesaat kemudian, dia berkata parau: “Maka hanya ada dirimu.”
“Karena satu-satunya orang yang pernah kucintai dan hilang dariku,” Pei Wenxuan tertawa. Ini adalah jenis tawa yang berada di ujung tangisan: “… adalah kamu, Li Rong.”
————–
Pengarang ingin bilang sesuatu:
[Teater Mini]
Li Rong: “Kalau kami bertengkar, maka kami bertengkar. Kenapa kalian kabur sejauh itu?”
Kusir: “Supaya lebih mudah memberi Anda berdua kendali bebas sebanyak mungkin.”
Li Rong: “Kendali bebas untuk melakukan apa? Memangnya dia akan memukulku?”
Penonton: “Dia tak bisa memukulmu, tapi dia bisa menciummu.”
Li Rong: “….”
(Kemudian)
Li Rong: “Kami sekarang akan bertengkar, harap jauh-jauh.”
Pei Wenxuan: “Ya, ya, aku mau mencium istriku sayang, jadi harap jauh-jauh.”
Li Rong: “….”