The Glass Maiden - Chapter 50
Aksi mendebarkan dalam merebut orang mendapatkan hasil memuaskan untuk sementara waktu ini, namun mantra es pada Liu Yihuan sangat kuat dan mereka tak tahu bagaimana cara menawarkannya. Hal baiknya adalah bahwa dia sangat tangguh, menguburkan kepalanya dan tak mengucapkan sepatah kata pun. Liu Yihuan meminjam Pedang Beng Yu dari Xuanji untuk ditempelkan di bahunya. Pedang Beng Yu luar biasa kuat, terasa hangat dan melelehkan es pada bahunya, jadi setidaknya pedang itu mampu sedikit mengurangi kecepatan pembekuannya.
Liu Yihuan terluka dan pedangnya tak lagi bisa terbang jauh, hanya bisa kembali ke Ge’ermu terlebih dahulu. Saat mereka mendarat di tanah, Liu Yihuan jatuh pingsan dan Xuanji berkata, “Apa yang harus kulakukan? Bagaimana caraku untuk menghilangkan mantra esnya?”
Baik Ting Nu maupun Yu Sifeng sama-sama tampak serius, dan sesaat kemudian, Ting Nu berkata, “Mantra Es tersembunyi pada organ-organ dalam di otot dan pembuluh darah, juga paling sulit untuk dihilangkan. Sejauh yang kutahu, hanya ada dua cara untuk memecahkannya, satu adalah mencari orang yang memasang mantra agar membatalkannya; yang lain adalah memakai mantra yang bisa melawannya.”
Liu Yihuan tak mengucapkan kata-kata yang terakhir, semua orang mengerti bahwa kemungkinan berhasil dari kedua cara ini nyaris nihil. Apalagi Penguasa Agung Istana telah dibakar oleh naga api Xuanji, tidak diketahui apakah dia mati atau tidak, dan bahkan bila dia tidak mati, dia tentu saja takkan datang untuk menarik kembali mantra ini. Dan mantra es adalah milik jalur sihir air, dan air berlawanan dengan bumi. Tak ada seorang pun di sini yang mampu mengendalikan sihir bumi, dan karenanya hanya mampu menatap saja.
Mereka bertiga berdiskusi dalam waktu lama, namun tak bisa memikirkan cara yang bagus. Melihat bibir Liu Yihuan jadi keunguan akibat hawa dingin dan sekujur tubuhnya gemetaran, mereka buru-buru menambahkan tiga atau empat selimut lagi untuk menyelimutinya, lalu memanggil pelayan untuk mengantarkan empat tungku api besar lalu menyalakan api di sudut kamar. Ketika Ting Nu melepaskan pakaian Liu Yihuan, dia mendapati bahwa sisi kanan tubuh pria itu, dimulai dari bahu hingga ke seluruh lengannya, telah berubah warna menjadi biru samar dan warna biru itu perlahan-lahan menyebar ke sisi kiri.
Liu Yihuan langsung menempelkan Beng Yu ke bagian pinggir sisi yang berwarna biru, hanya merasa bahwa kecepatan penyebarannya tampak sediki melambat, dan langsung berbalik lalu berkata, “Xuanji, kau pergilah ke toko obat di Ge’ermu dan tanya apakah mereka menjual rumput kumala kering. Kalau ada, belilah sebanyak dua tael untuk membuat sup.”
Ketika Xuanji mendengar kata ‘rumput kumala’, dia langsung berkata, “Apakah maksudnya Rumput Kumala Kunlun?”
Sejenak Ting Nu tertegun, “Tentunya sangat bagus kalau ada Rumput Kumala Kunlun, tapi jenis itu sangat berharga. Kalau kita mencarinya di sini, takkan ada seorang pun yang akan menjualnya. Rumput kumala biasa juga boleh.”
Xuanji buru-buru mengeluarkan kantong wewangiannya dan mengeluarkan segenggam rumput kering beraroma aneh, berkata, “Ada banyak rumput ini yang tumbuh di Puncak Xiaoyang, dan biasanya dipakai untuk memberi makan hewan spiritual. Aku merasa kalau aromanya sangat enak, jadi aku mengeringkannya dan memasukkannya ke dalam kantong wewangian…. Apa kau bisa memeriksa apakah bisa dipakai?”
Ting Nu kegirangan, dan buru-buru mengambil gulungan rumput kering itu lalu mencabutnya satu demi satu. Daun-daunnya panjang dan ramping, dengan benang-benang yang saling menyambung di atasnya. Ini memang adalah Rumput Kumala Kunlun yang luar biasa berharga. Rumput kumala jenis ini juga menghasilkan buah kumala, yang mana bisa dipakai untuk memberi makan hewan-hewan spiritual dan mengumpulkan energi spiritual, sungguh sempurna.
Ting Nu tertawa dan berkata, “Sungguh langka bisa menemukan orang semewah dirimu, malah memakai rumput kumala sebagai kantong wewangian. Kalau kau menceritakannya pada para pemilik toko obat, mereka akan muntah darah karena marah.”
Xuanji menatap sepasang mata yang menyorot gembira itu, tak tahu apa sebabnya.
Rumput kumala itu sendiri sudah merupakan obat yang sangat mahal, dan Rumput Kumala Kunlun merupakan pusaka yang langka. Jumlah pemilik toko obat yang mencari cara untuk mendapatkan satu atau dua batang Rumput Kumala Kunlun, harga pasar yang diperkirakan mencapai nilai yang gila-gilaan tingginya, yang mana bahkan lebih mahal daripada ginseng liar terbaik. Jadi Xuanji memakainya sebagai wewangian, artinya sama saja dengan memancing pertengkaran. Pria-pria tua sok itu akan memaki dirinya kalau mereka mengetahuinya.
Karena kini mereka memiliki rumput kumalanya, maka mereka tak bilang apa-apa lagi. Xuanji dan Yu Sifeng turun untuk merebus obat, sementara Ting Nu tetap tinggal di ruang tamu untuk merawat Liu Yihuan, dan memakai air panas untuk menyeka tubuh pria itu.
Xuanji mencuci tanaman obat itu secara seksama dan memasukkannya ke dalam kuali yang separuhnya berisi air dan separuhnya arak, lalu meletakkannya di atas tungku untuk direbus dengan suhu rendah. Tiba-tiba dia merasakan ada seseorang memandangi dirinya, berbalik, dan bertemu dengan sorot mata penuh senyum dari Yu Sifeng. Dia sedikit merona dan tanpa sadar memakai tangannya untuk menyibakkan rambut yang menempel di pipinya lalu berbisik, “Apa, ada sesuatu di wajahku?”
Sifeng menggelengkan kepalanya, dan menghampiri untuk menggenggam tangan Xuanji erat-erat, dekat pada jantungnya. Xuanji terkejut sekaligus gembira, hanya untuk merasa bahwa Sifeng tampak jauh lebih berani daripada sebelumnya. Meski dia tak tahu sebabnya, namun pada akhirnya dia merasa gembira. Lama kemudian, dia menggumam, “Sifeng… kau, kau takkan menyesalinya, kan? Kakak Liu bilang… kau takkan kembali ke kampung halamanmu… aku tak tahu bagaimana cara untuk menebusnya.”
Sifeng masih menggelengkan kepalanya. Sesaat kemudian,pemuda itu berkata, “Di antara kau dan aku, mengapa kita perlu bicara soal penebusan. Aku selalu merasa gundah, terjebak oleh mantranya, dan tak bisa melihat urusan ini dengan jelas. Baru sekarang aku menyadari kalau akulah orang yang tak bisa memecahkannya.”
Melihat Xuanji tampak tak mengerti, Sifeng tak bisa menahan senyumnya dan berkata lirih, “Kita akan selalu bersama dan takkan pernah terpisahkan.”
Dalam hati Xuanji kegirangan, dan tiba-tiba tersenyum lalu berkata, “Sifeng, kita harus jadi lebih kuat! Kemudian kita akan pergi ke Gunung Buzhou untuk menyelamatkan Linglong dan Shixiong Keenam serta Shixiong kedua. Lalu setelah kita menyelamatkan mereka, kita akan bepergian dan berkelana di pegunungan, bagaimana?”
Sifeng hanya tersenyum. Xuanji tak tahu apa yang dipikirkan pemuda itu. Tiba-tiba secercah kesedihan menghias alis Sifeng, dan pemuda itu tampak sedang berpikir penuh konsentrasi.
Xuanji berbisik, “Apa kau memikirkan tentang kutukan cinta? Topeng itu tak pernah tertawa… apakah akan ada efek sampingnya?”
Sejenak Yu Sifeng terperangah, lalu berkata, “Tidak. Sekarang aku tak lagi punya rasa takut dalam hatiku, mantra cinta tak bisa melakukan apa-apa padaku. Aku sedang memikirkan… memikirkan….”
Apa yang kau inginkan? Mata Xuanji yang hitam dan putih menatapnya.
Akhirnya, Sifeng mendesah dan berbisik, “Aku sedang memikirkan tentang guru… yang telah membesarkan aku, tapi sekarang…. Aku mencemaskan tentang lukanya. Aku tak yakin apakah aku akan bisa berpamitan kepadanya. Aku sungguh telah mengkhianati kebaikannya.”
Xuanji berpikir bahwa dirinyalah yang telah melukai sang Penguasa Besar Istana. Dia merasa agak malu, menyentuh telinganya, dan berkata lembut, “Maaf, aku terlalu gegabah… lain kali… aku akan pergi bersamamu ke Istana Lize untuk minta maaf kepadanya, memohon pengampunannya, aku pasti akan bisa membujuknya. Pasti.”
Yu Sifeng mendengus tertawa dan membelai kepala gadis itu, “Kepandaianmu bicara itu… masih takkan bisa mengandalkanmu. Sebenarnya, asalkan aku bisa bersama denganmu setiap hari, aku akan jadi sangat puas. Semua ini, menjadi tidak sia-sia.”
Xuanji tak bisa menahan diri untuk memeluk Sifeng, telinganya berada dekat dengan jantung pemuda itu, mendengarkan detak jantungnya yang teratur, hanya untuk merasakan dekapannya yang hangat dan harum. Yu Sifeng membentangkan tangan memeluk diri Xuanji, dan pelukan lembut seperti itu lebih menghangatkan hati ketimbang pelukan mesra penuh hasrat mana pun. Xuanji berbisik, “Sifeng, Kakak Liu bertanya apa yang bisa kulakukan untukmu. Dia bilang kalau kau telah menyerahkan semua jalan mundur, sementara aku punya banyak jalan mundur. Tapi jalan-jalan itu bila tanpamu, akan menjadi sangat membosankan. Sekarang karena kita sudah bersama, maka hanya ada satu jalan untuk ditempuh, tak ada seorang pun yang bisa meninggalkan siapa pun, tak peduli siapa pun itu. Bila tersesat di jalan ini, maka takkan ada jalan untuk kembali. Aku… hanya sepertimu, tak punya jalan mundur. Sekarang… tak ada seorang pun yang akan pernah bilang kalau aku bersalah padamu… sebenarnya, sebenarnya, aku….”
Xuanji tampak mengalami sedikit kesulitan, terdiam di sana, tak tahu bagaimana harus meneruskan.
Yu Sifeng membelai pipinya dan tertawa dengan suara rendah, “Memangnya kapan kau bisa berpikir dengan hati-hati? Aku sudah tahu sejak awal.”
Xuanji merona dan berkata, “Kadang-kadang… aku memikirkannya… aku kan bukan orang-orangan kayu….”
Aroma dari rumput kumala yang menggelegak berbuih serta meluap dalam waktu lama, membuat orang-orang di penginapan berdatangan untuk menanyakan apa yang sedang dimasak. Xuanji dan Yu Sifeng buru-buru memisahkan diri, masih agak malu, dan telinga mereka memerah. Melihat bahwa rumput kumalanya sudah terebus dengan baik, keduanya pun perlahan menuangkan semangkuk rebusan itu dan melihat kalau orang-orang lain di sekitar mereka masih tampak merona, jadi mereka pun saling bersitatap dan tersenyum.
Obat Kumala Kunlun akhirnya untuk sementara ini berhasil menekan mantra es pada tubuh Liu Yihuan, dan mantranya menciut pada bahu kanannya hingga tinggal menjadi sepetak besar warna biru. Ting Nu berkata, dalam waktu enam bulan, takkan ada masalah serius. Asalkan kita bisa menemukan seseorang yang menguasai mantra bumi dalam kurun waktu enam bulan, maka lengan kanan Liu Yihuan akan bisa tetap bertahan dan takkan mengalami pembusukan. Setelah enam bulan berlalu, maka akan jadi berbahaya. Demi menjaga agar mantra esnya tidak sampai membekukan jantungnya, Liu Yihuan akan harus memotong lengan kanannya.
“Aku takkan memotong sebelah lenganku! Kalau tidak, bisnisnya akan jadi terlalu tidak menguntungkan!” Liu Yihuan berbaring di ranjang, bicara dengan mulut berbusa-busa, dan ketika dia mengatakan ini, Yu Sifeng dan Xuanji yang ada di seberangnya menganggukkan kepala mereka. Ada semangkuk sup di tangan Yu Sifeng dan dengan hati-hati dia mendekatkannya ke mulut Liu Yihuan, tersenyum, “Kakak Liu, jangan khawatir, aku pasti akan mencari orang yang bisa melakukan sihir bumi untukmu. Ayo, minum dulu sup ini.”
Liu Yihuan memelotot, berkata tegas, “Sembarangan, tentu saja kalian berdua harus menemukannya. Memangnya demi siapa aku sampai dapat luka ini? Kalian membantu, itu sudah jelas dan harus. Tidak membantu berarti punya jantung serigala dan paru-paru anjing!”
Yu Sifeng mengangguk tanpa daya dan menjejalkan sendok ke dalam mulut Liu Yihuan supaya pria itu tidak terus berteriak dan mengatakan hal-hal buruk.
Xuanji berkata, “Kakak Liu, apa kau tahu apakah ada orang di dalam gang-gang itu yang bisa melakukan sihir bumi? Besok Sifeng dan aku akan pergi untuk mencari mereka.”
Liu Yihuan meminum separuh mangkuk sup sebelum tertawa dan berkata, “Kalian tak perlu pergi besok. Aku cuma bercanda. Luka ini tertinggal di lengan, tidak terasa sakit, bukan hal besar. Aku punya beberapa urusan pribadi yang perlu ditangani sementara ini, jadi aku tak bisa menunggu kalian menemukan orangnya. Beberapa bulan lagi, akan ada Turnamen Tusuk Rambut Bunga, kan? Empat sekte besar semuanya akan berkumpul di Pulau Fuyu. Di mana ada banyak orang berbakat, pastinya ada seseorang yang menguasai mantra bumi. Karena itu kita akan bertemu di pulau Fuyu saja.”
Yu Sifeng agak terkejut, “Kakak… tidak ikut dengan kami? Tapi lukanya….”
Liu Yihuan menggelengkan kepalanya dan berkata, “Takkan terjadi apa-apa hingga setengah tahun lagi. Tak apa-apa. Aku adalah seorang pria tua besar, aku tak suka terlibat dengan kalian dua bocah ini. Jangan tatap aku seperti ini, aku juga punya urusan serius yang perlu dikerjakan.”
Urusan utama yang harus dia lakukan adalah mengunjungi tempat pelacuran dan minum-minum, kan? Xuanji dan Yu Sifeng menatapnya dengan pasrah.
“Jadi, apa Kakak akan kembali ke Qingyang?” Yu Sifeng teringat pada perselisihan Liu Yihuan dan Istana Lize yang sebelumnya, dan kali ini dia telah melukai sang Penguasa Istana. Sungguh mencemaskan bila pria itu berada di luar sana sendirian.
“Aku akan pergi main di tempat lain…. Oh tidak, aku punya tempat lain untuk dituju, kenapa pertanyaanmu banyak sekali?” Li Yihuan kembali menatap tajam pada mereka dengan mata besarnya.
Yu Sifeng menggelengkan kepalanya dan berkata, “Kakak, aku mengkhawatirkanmu.”
Sejenak Liu Yihuan tertegun, dan kemudian matanya berbinar, sudut-sudut mulutnya menyeringai, menampakkan senyum mesumnya yang khas, mengaitkan lengan pada leher Yu Sifeng dan mengguncangkannya kuat-kuat, tertawa, “Anak ini, dasar anak ini! Padahal kukira setelah kau dapat cewek, kau melupakanku!”
Luka pada tubuh Yu Sifeng belum sembuh benar. Dia dibuat jadi terguncang-guncang dan pusing, sehingga hanya bisa berseru, “Baiklah! Kakak pergilah, kami… takkan mengganggumu.”
Liu Yihuan melepaskannya, berkata, “Kau mengikutiku juga tak ada gunanya. Kau belum sembuh, tak bisa pergi jauh, tinggallah untuk memulihkan diri di sini. Sampai jumpa nanti di Pulau Fuyu, sehat selalu.”
Tiba-tiba terpikirkan sesuatu, Liu Yihuan kemudian berkata, “Aku ingin membawa Ting Nu bersamaku, aku butuh bantuannya.”
Pria itu harus menjerumuskan Ting Nu lagi! Xuanji menatap curiga padanya, berpikir bahwa kali terakhir dia melihat Ting Nu yang baik hati di rumah bordil, si manusia duyung terpaksa menghadapi para pelacur dengan tenang. Xuanji jadi merasa bahwa pria di hadapannya ini sungguh parah.
Liu Yihuan terbatuk dua kali, “Jangan lihat aku seperti ini. Kau kan sudah punya Phoenix Kecil, kau jadi ingin menjaga dengan gaya wanita….”
“Kak!” Yu Sifeng tak tahu harus tertawa atau menangis.
Liu Yihuan tertawa dua kali, dan tiba-tiba menatap lurus lalu berkata, “Tak bercanda lagi. Kalian berdua tinggallah di sini, Xuanji jagalah Phoenix Kecil baik-baik. Lukanya tidak ringan, dan dengan semua memar dan lebam itu, vitalitasnya pasti terluka, jadi dia perlu memulihkan diri baik-baik. Sebenarnya, yang kumaksud adalah lebih baik tidak tinggal di Ge’ermu. Tempat ini terlalu dekat dengan Gunung Buzhou, takutnya akan ada perubahan…. Tapi lukanya tidak cocok untuk melakukan perjalanan jauh, maka hanya bisa tetap di sini. Singkatnya, kalian semua harus berhati-hati. Xuanji, kau juga jangan gegabah, ada banyak hal yang tidak sesederhana yang kau pikirkan. Semua masalah, tunggulah sampai setelah Turnamen Tusuk Rambut Bunga ketika kita bertemu lagi, mengerti?”
Mereka berdua jarang melihat Liu Yihuan bicara dengan sikap seserius itu dan bergegas menganggukkan kepala mereka.
Liu Yihuan menarik napas panjang, menyandarkan punggungnya pada ranjang dan berkata lembut, “Omong-omong, keberadaan si rubah ungu kecil itu juga tak diketahui… kuharap dia bisa lolos dari bencana ini.”
Hati Xuanji bergetar dan berkata gelisah, “Kakak Liu tahu di mana dia?”
Liu Yihuan tersenyum samar, dan berkata lirih, “Yang seharusnya datang akan datang, dan bencana yang seharusnya dialami takkan bisa terhindarkan. Masing-masing orang memiliki takdirnya sendiri, dan bila kelak berjodoh, kita tentunya akan berjumpa.”
Kedua orang itu tahu kalau Liu Yihuan telah memakai Mata Langit untuk melihat pada masa itu, pasti mendapatkan gambarannya dalam benak. Namun rahasia Langit tak boleh dibocorkan, jadi bahkan bila Liu Yihuan mengetahuinya, dia tak bisa mengatakannya. Mendengar apa yang dikesankan dari kata-kata pria itu, semestinya tak ada bahaya yang dialami Zi Hu, dan Xuanji pun menghembuskan napas lega.
Setelah meminum supnya, Liu Yihuan meletakkan mangkuknya, berbaring di ranjang dan menutupi kepalanya dengan selimut, lalu berseru, “Sekarang aku mau tidur! Kalian keluarlah sekarang juga! Jangan berisik!”
Xuanji dan Sifeng tak bisa menahan diri untuk saling bersitatap sebelum mereka berjalan keluar dari kamar tamu itu bersama-sama, bergandengan.