The Glass Maiden - Chapter 49
Kedua anak muda ini, dengan batin mereka selaras, langsung merasa kalau tak ada apa pun lagi yang bisa menghentikan mereka, tak ada lagi yang perlu dicemaskan. Bahkan bila tempat ini adalah neraka yang membara, mereka tidak merasa takut. Mereka tampak tak peduli dengan arus bawah yang bergejolak di tempat ini, berjalan bersama-sama ke belakang, tertawa dan bicara, sepenuhnya tenggelam dalam dunia mereka sendiri.
Mendadak Liu Yihuan meledak tertawa. Tawanya begitu riang hingga Ting Nu ikut tersenyum bersamanya. Mereka berdua merasa sangat gembira.
“Penguasa Istana Kecil, seorang pria sejati tak mengambil apa yang diinginkan orang lain. Lihatlah pada situasi ini, apa kau ingin menjadi tongkat yang memisahkan pasangan bebek mandarin?”
Meski pertanyaan Liu Yihuan tidaklah sopan, namun kata-katanya lumayan. Meski dirinya adalah seorang tetua di Istana Lize, namun tak ada alasan untuk memisahkan pasangan kekasih, apalagi Sifeng sudah ditanami oleh kutukan cinta. Sesuai aturan, dia hanya bisa dianggap sebagai separuh murid Istana Lize.
Tak ada ekspresi pada wajah sang Penguasa Agung Istana, dan barulah setelah cukup lama dia berkata, “Senior telah bicara dengan serius.”
Liu Yihuan tersenyum, “Baguslah kalau tahu bahwa kata-kata ini serius. Kami akan segera pergi sekarang juga, karena kita tak mau saling berselisih satu sama lain. Tetua Luo ini… akan dilepaskan begitu aku tiba di Ge’ermu. Sejak saat ini, Yu Sifeng tidak lagi ada hubungannya dengan Istana Lize, apa menurutmu kesepakatan ini akan bisa dipakai?”
Sang Penguasa Agung Istana tersenyum samar, “Soal itu, Istana Lize akan sedikit lebih banyak mengalami kerugian. Bukankah ini bisa dianggap sebagai senior menindas junior?”
Liu Yihuan melebarkan matanya, “Apa! Kau masih mau aku melepaskan Tetua Luo sekarang juga? Itu tidak mungkin. Jumlah kalian terlalu banyak, juga garang. Tetua Luo adalah payung penyelamat nyawa kami, kalau dia dikembalikan padamu, maka aku adalah orang yang sangat tolol!”
Sang Penguasa Agung Istana terdiam sejenak dan Tetua Luo yang lehernya dipegangi oleh Liu Yihuan jadi kesulitan bernapas, namun dia masih bicara dengan sikap galak, seakan bukan dirinya yang dijadikan sandera.
“Penguasa Istana, tak usah perhatikan orang gila ini! Juga jangan mencemaskanku. Istana Lize bukan tempat mereka bisa bersikap begitu seenaknya!”
Liu Yihuan menekankan belati pada lehernya dan tertawa, “Shixiong, ketenaran dan nama baik semuanya palsu, tapi nyawamu adalah yang paling penting. Aku tak bisa percaya bahwa setelah lewat bertahun-tahun lamanya, kau masih belum berubah sama sekali, berpura-pura menjadi orang lurus sepanjang waktu, begitu elegan!”
Tetua Luo berkata dingin, “Bajingan tak tahu malu! Aku tak mau bicara padamu! Penguasa Istana, jangan cemaskan aku, segera ringkus mereka!”
Liu Yihuan melihat bahwa sang Penguasa Istana tak mengatakan apa-apa namun dia takut berlama-lama kalau-kalau pria itu berubah pikiran. Dia pun langsung bersiul pelan ke angkasa dan melihat sebilah pedang batu raksasa dengan cepat terbang ke arah mereka dari cakrawala, bergoyang-goyang dan berhenti di tepi laut. Pedang itu benar-benar tampak seperti seekor kuda, bisa dipanggil untuk datang kapan saja.
“Kalian, naiklah duluan,” dia menginstruksikan.
Ting Nu mengangguk, meraih Yu Sifeng dan Xuanji, dan melangkah ke atas pedang batu lebih dulu, menunggu Liu Yihuan dari kejauhan.
Masih memegangi Tetua Luo, Liu Yihuan mundur perlahan, tetap memancangkan pandangannya pada pergerakan-pergerakan orang-orang di Istana Lize di sisi seberang, tak membiarkan satu orang pun keluar dari pandangannya. Alasan utama untuk hal ini adalah bahwa sang Penguasa Agung Istana tak memberi instruksi apa pun, jadi orang-orang tak bisa melakukan apa-apa. Mereka hanya bisa melihat ketika Liu Yihuan membawa yang lainnya menaiki pedang batu.
“Ting Nu, ikat mereka dengan tali pengikat siluman.” Liu Yihuan tak melihat ke belakang namun berkata dengan tegas.
Ting Nu langsung mengeluarkan tali dari dalam lengan bajunya, yang mana ternyata sudah dipersiapkan. Tali Pengikat Siluman merupakan sebuah senjata ajaib yang menambahkan mantra ke tali. Begitu terikat oleh tali itu, bahkan bila seseorang memiliki kekuatan dewata, mereka tetap tak mampu melepaskannya. Liu Yihuan memakai Tali Pengikat Siluman untuk mengikat Tetua Luo erat-erat. Setelah itu, tenaga Tetua Luo menjadi sama dengan orang biasa dan dia tak bisa melawan sama sekali.
“Ayo! Kita pergi! Liu Yihuan berseru riang, berbalik dan sudah akan mengangkat Tetua Luo lalu melompat ke atas pedang batu, ketika dia mendengar teriakan kaget dari Xuanji di seberangnya. Secara refleks dia melemparkan Tetua Luo ke depan dan berbalik untuk menghadapi pertarungan. Bayang-bayang kehijauan melintas di depan matanya, namun ternyata sang Penguasa Agung Istana malah memanfaatkan dirinya yang sedang berbalik dan akhirnya menyerang.
Liu Yihuan melihat bahwa tubuh sang Penguasa Istana bagikan hantu, pergerakannya secepat kilat, mustahil untuk dilihat. Hatinya terperanjat. Dia baru saja meraih belatinya dan melindungi bagian depan tubuhnya, menunggu sang Penguasa Istana menyerang dan kemudian dia akan membalasnya.
Namun sang Penguasa Agung Istana tiba-tiba melayang dan berkata tegas, “Tinggalkan orangnya!” Bayang-bayang hijau itu berada lebih dari sepuluh kaki di atas permukaan tanah, terbang dengan ringannya. Kemampuan meringankan tubuh yang begitu hebatnya sungguh mengejutkan. Orang-orang melihatnya memelesat di atas kepala lalu meluncur turun dengan cepat, mengulurkan tangan untuk meraih Tetua Luo. Serangkaian gerakan yang bagaikan air mengalir, dan sebelum mereka bisa bereaksi, sang Penguasa Istana sudah sampai di depan mereka.
Liu Yihuan buru-buru menyerang, namun dengan satu kibasan lengan baju dan jubahnya, sang Penguasa Istana menangkap belatinya dan merebut benda itu. Liu Yihuan begitu terkejut hingga tak mampu berkata apa-apa. Dia mendongak dan melihat kalau sang Penguasa Istana melayang naik lalu turun, jubah hijaunya melayang, dan ujung kakinya mengarah ke atas pasir, namun tak ada jejak yang tertinggal di pasir itu.
Melihat sang Penguasa Istana mendekat, Xuanji langsung mencabut Beng Yu untuk menantangnya, namun ditahan oleh Yu Sifeng. Setelah meragu sejenak, Liu Yihuan sudah mengejarnya. Meski pergerakannya tak semulus sang Penguasa Istana, kecepatan Liu Yihuan tidaklah rendah dan dia mengangkat tangannya untuk meraih bagian belakang baju sang Penguasa Istana. Tubuh sang Penguasa Besar Istana dimiringkan, dan dengan persis membuat Liu Yihuan melintas lewat di sisi lengannya, kelima jarinya sedikit terbuka seakan sedang memetik dawai, dan menyambar bahu Liu Yihuan.
“Ah!” Liu Yihuan, tak tahu apakah ini benar atau tidak, memekik kesakitan dan tiba-tiba mengubah posisinya, mengayunkan kedua lengannya seperti kincir angin secara asal-asalan, dan mengenai sang Penguasa Agung Istana. Adegan ini tak tampak seperti pertandingan ilmu beladiri, melainkan lebih seperti perempuan bengis yang bertarung ganas.
Sang Penguasa Istana juga dibuat tak berdaya dengan gaya serangan ini. Seharusnya bisa dimengerti bahwa bila Liu Yihuan mulai berbuat curang, bahkan dewa juga bisa dibuatnya agak tercengang, jadi dia pun harus mundur beberapa langkah dan menyaksikan Liu Yihuan menggila.
Liu Yihuan hanya merasa kalau bagian yang telah digores oleh sang Penguasa Istana menjadi semakin dan semakin dingin, seakan ada sesuatu yang telah menghujam ke dalam kulitnya dan membekukan nadinya. Bagian bahunya menjadi semakin dan semakin berat, seperti membawa berkilo-kilo es. Dia tahu kalau kondisinya tidak baik, dirinya telah terkena mantra es, yang begitu diaktifkan, maka pembuluh darah di sekujur tubuh akan membeku, hingga mencapai jantung, dan bahkan bila mereka adalah Kaum Abadi yang agung, mereka tetap akan mati.
Dia memutar tangannya dalam waktu lama dan akhirnya tak mampu lagi menahannya, menggertakkan gigi dan memukul pedang batu dengan punggung tangan, berkata tegas, “Kalian pergi duluan!”
Begitu pedang batu itu diketuk olehnya, benda itu langsung bergetar pelan, dengan aura untuk terbang ke langit, namun setelah berguncang dua kali pedang itu pun menjadi stabil, tidak lagi melayang naik. Xuanji melihat kalau Liu Yihuan tidak ikut naik, maka mau tak mau dia berkata cemas, “Kakak Liu! Kau… jangan tetap di situ sendirian!”
Seakan tak mendengar teriakan Xuanji, tanpa memutar kepalanya, Liu Yihuan merasakan hawa sedingin es di bahunya merambat turun sedikit demi sedikut, perlahan-lahan membuat dirinya tak mampu bergerak. Tiba-tiba dia menampakkan seulas senyum licik, menatap sang Penguasa Istana, dan berkata, “Tak heran, tidaklah mudah memberikan posisi penguasa istana kepadamu.”
Sang Penguasa Agung Istana mengangkat tangannya dan memerintahkan dengan tegas, “Ringkus mereka semua!”
Orang-orang Istana Lize di belakangnya, yang sebelumnya hanya berdiri diam, langsung menerima perintah dan segera mencabut pedang mereka untuk menyerang. Murid-murid muda serta para tetua bergabung bersama-sama dalam lautan energi pedang yang pekat, semua mengarah pada orang-orang di tepi laut itu. Tampak jelas bahwa sang Penguasa Besar Istana berniat membuang Tetua Luo dan mempertahankan martabat Istana Lize. Bila energi pedang raksasa ini dilepaskan, jangankan Liu Yihuan, bahkan pantainya pun akan dibuat jungkir balik.
Liu Yihuan menarik napas dalam-dalam dan tertawa dengan suara rendah, “Sekarang ini tidak mudah. Sungguh keji, taktik yang bagus!”
Begitu kata-katanya keluar, Liu Yihuan tiba-tiba merasakan gelombang panas di belakang kepalanya dan menatap ke belakang dengan bingung, hanya untuk melihat Pedang Beng Yu di tangan Xuanji membara kembali, tak terhitung banyaknya naga-naga api mungil terbang memutarinya dengan tidak sabar. Gadis itu berkata tegas, “Jangan keterlaluan menindas orang!”
Setelah berkata demikian, Xuanji berniat mengayunkan pedangnya untuk melepaskan naga apinya. Saat dirinya masih berada di dalam istana, sang Penguasa Agung Istana sudah melihat kekuatan Api Samadhi dari Xuanji. Gadis ini tampak sangat aneh. Apinya berbeda dari api biasa. Ini adalah api dari langit. Orang-orang dari Istana Lize takkan mampu menghadapi api seganas itu. Takutnya mereka akan mengalami korban jiwa dan cidera parah.
Dalam sekejap sang Penguasa Istana memikirkan beberapa jalan keluar, dan dengan langkah secepat kilat, dia pun menyerbu ke sisi Xuanji dalam sekejap, mengangkat tangannya seakan hendak merebut pedang gadis itu. Xuanji tak mampu mengatasinya yang bergerak secepat itu dan terpaksa mundur. Gerakan sang Penguasa Istana tiba-tiba berubah di tengah jalan. Begitu lengan bajunya terentang, dia pun menangkap Yu Sifeng yang sedang terluka parah yang ada di sisi Xuanji.
Orang-orang tak pernah menyangka kalau sang Penguasa Istana tak berada di sini demi menyelamatkan Tetua Luo, melainkan untuk menangkap Yu Sifeng. Liu Yihuan dan Ting Nu sama-sama terkejut, namun yang satu telah terkena mantra es dan tak mampu bergerak, sementara yang lainnya sejak awal memang tak punya kekuatan, jadi mereka hanya bisa melihat.
Sang Penguasa Istana mencengkeram kerah baju Yu Sifeng dan dengan lembut mengangkatnya, tampak seakan hendak melemparkan pemuda itu ke belakang. Tiba-tiba, ada sambaran api di sisi wajahnya seakan dia telah dijilat oleh lidah api, dan rasa sakitnya sungguh luar biasa. Suara Xuanji memasuki telinganya dari arah samping, “Lepaskan dia!”
Sang Penguasa Istana mengira Xuanji tak berpengalaman dan merasa bangga atas kecepatannya sendiri, jadi dia bahkan tak menyangkanya. Dia mundur beberapa langkah, dan sudah akan mengumpulkan tenaganya untuk melayang naik, ketika dia melihat cahaya api di depannya, dan tak terhitung banyaknya naga api menyerbu ke arahnya, beberapa kali lebih cepat ketimbang dirinya. Sang Penguasa Agung Istana begitu terkejut hingga dia tak lagi memedulikan Yu Sifeng. Dilemparkannya pemuda itu jauh-jauh dan bergegas mundur, namun dirinya masih terlambat selangkah dan salah satu dari naga api itu menggigit dadanya dan menggoresnya. Meski dirinya berusaha tampak setenang biasa, dia tetap meraung kesakitan dan dibuat terjungkal oleh naga api itu, terbaring telentang di atas pasir, hidup atau matinya tak diketahui.
Orang-orang dari Istana Lize dibuat terkejut melihat bahwa sang Penguasa istana telah dibuat terluka parah. Mereka tak lagi memikirkan soal melepaskan qi pedang mereka dan berlarian maju untuk memeriksa luka sang Penguasa Istana.
Liu Yihuan mengabaikan mantra es yang menyebar di tubuhnya dan menangkap Yu Sifeng terlebih dahulu, sementara Ting Nu menangkap mereka berdua ke atas pedang batu. Liu Yihuan masih bernapas, dan mendorong Tetua Luo ke bawah. Tetua Luo bergulingan beberapa kali di pasir, menatap mereka dengan nafsu membunuh, sorot mata menakutkan diarahkan pada Liu Yihuan. Yang bersangkutan tertawa dan berkata lirih, “Jaga dirimu, Shixiong, sampai jumpa lagi!” Setelah berkata demikian, seskali lagi dia menepuk pelan pedang batunya, berkata, “Cepat, cepat pergi!”
Pedang batu itu akhirnya berayun pelan dan membubung ke angkasa, dalam sekejap menghilang di antara awan, tak pernah terlihat lagi.