The Best Of You - Chapter 41
Waktu menunjukkan jam 21.30 malam ketika Sun Tiantian dan Shen Nianshen keluar dari bioskop mobil.
Shen Nianshen ingin mengantar Sun Tiantian pulang, tapi rumahnya terlalu jauh. Sun Tiantian takut Shen Nianshen tidak akan bisa pulang ke rumahnya naik MRT, jadi dia memilih untuk tidak diantar.
Kebetulan ibunya sedang berbelanja di dekat sana, jadi Sun Tiantian menelepon dan minta ibunya datang menjemput.
Begitu Ibunya Sun Tiantian menerima telepon dari putrinya, dia segera menuju ke sana dalam beberapa menit mengemudi.
Dari jauh, dia melihat putrinya berdiri di depan Gedung HSBC dan ada sekolah anak lelaki jangkung di sisinya.
Putrinya sedang mendongak dan anak lelaki itu menunduk, keduanya entah sedang membicarakan apa.
Nyonya Sun tidak dapat menahan senyumnya ketika melihat pemadangan ini dari kejauhan, dia bergumam sendiri, “Kelihatannya cukup serasi.”
Dia memarkir mobilnya di pinggir jalan dan turun dari mobil.
Sun Tiantian sedang mengobrol dengan Shen Nianshen, dia buru-buru melambai saat matanya menangkap sosok ibunya, “Ibu.”
Nyonya Sun menghampiri mereka dengan senyum di wajahnya.
Sun Tiantian buru-buru meraih tangan ibunya dan memperkenalkan, “Bu, ini Ah Nian.”
Shen Nianshen mengangguk sopan kepada Nyonya Sun, “Halo, Bibi.”
Nyonya Sun menatap Shen Nianshen dengan senyum yang sangat ramah, “Halo, Ah Nian. Tiantian selalu saja memujimu di rumah, ternyata memang sangat ganteng.”
Sun Tiantian berbangga diri, “Orang dia memang ganteng.”
Nyonya Sun berkata, “Kalian sudah makan? Kalau belum, aku traktir kalian makan. Di dekati sini ada restoran seafood yang sangat enak.”
Sun Tiantian menjawab, “Kami sudah makan, makan kue yang kubuat.”
Nyonya Sun yang mendengar ini, seketika tertawa terbahak-bahak. Dia memandang Shen Nianshen, “Kalian sudah menghabiskannya? Enak tidak?”
Shen Nianshen, “Sangat enak.”
Nyonya Sun tersenyum, “Baguslah. Tiantian sudah belajar dariku selama beberapa hari di rumah. Demi membuat kue itu, kemarin malam dia begadang hingga jam tiga pagi.”
“Bu——” Sun Tiantian menarik tangan ibunya, memberi isyarat agar tidak mengatakannya.
Shen Nianshen yang mendengar ini, sedikit tertegun dan langsung melihat ke arah Sun Tiantian.
Sun Tiantian tidak ingin memberi tahu Shen Nianshen kalau dia sudah berupaya keras untuk kue itu. Dia berbisik, “Soalnya tanganku sangat bodoh…”
Nyonya Sun terkekeh dan berkata, “Tidak masalah kalau tanganmu bodoh, kamu akan terbiasa setelah membuatnya beberapa kali.”
Sambil bicara, Nyonya Sun melihat Shen Nianshen, “Ah Nian, kamu tinggal di mana? Sekalian kuantar pulang.”
Shen Nianshen berkata, “Tidak perlu, Bibi. Aku masih ada sedikit urusan, nanti aku pulang sendiri saja.”
Sun Tiantian menatap Shen Nianshen, “Kamu ada urusan apa lagi?”
Shen Nianshen berkata, “Harus menemui seseorang. Kamu pulang saja dulu, nanti kalau sudah sampai rumah baru aku kirimi pesan.”
Sun Tiantian mengangguk, “Oke.” Setelah jeda sesaat, dia berkata lagi, “Selamat ulang tahun.”
Shen Nianshen menatapnya dan sangat ingin memeluk Sun Tiantian. Tapi karena ada orang tuanya di sini, dia tidak enak hati dan hanya menjawab, “Pulang sana.”
“Kalau begitu, kami pulang dulu. Ah Nian juga pulanglah lebih awal. Terkadang, biarkan Tiantian mengajakmu main ke rumah.” kata Nyonya Sun.
Shen Nianshen mengangguk, “Terima kasih, Bibi.”
Sun Tiantian pulang bersama ibunya. Setelah masuk ke dalam mobil, dia menurunkan jendela mobil dan melambai pada Shen Nianshen.
Shen Nianshen berjalan beberapa langkah ke depan, menyaksikan mobil Sun Tiantian yang melaju semakin jauh sebelum berbalik dan berjalan ke arah berlawanan.
Dalam perjalanan pulang, Nyonya Sun tersenyum dan berkata, “Putriku seleranya memang bagus, Ah Nian memang lebih ganteng daripada di foto.”
Sun Tiantian berkata bangga, “Tentu saja, seleraku memang bagus.”
Nyonya Sun tersenyum, “Anak ini, baru dipuji sedikit saja sudah terbang ke langit tinggi.”
Sun Tiantian menarik sudut bibirnya dan tersenyum, lalu melihat ke luar jendela.
Semakin lama dia bersama dengan Shen Nianshen, semakin dia menyukai pemuda itu. Di dunia ini, mungkin dia tidak akan pernah temukan lagi lelaki yang memperlakukannya seperti Shen Nianshen.
Sun Tiantian tiba-tiba teringat akan ciuman yang barusan terjadi di dalam mobil, daun telinganya diam-diam terasa panas.
……
Setelah Shen Nianshen dan Sun Tiantian berpisah, dia berjalan melewati dua jalan dan berbelok masuk ke sebuah gang.
Ada warnet yang memiliki plang warna-warni di gang itu.
Begitu dia masuk, ada bau asap rokok yang menyengat di dalam. Shen Nianshen mengerutkan kening dan matanya menyapu ke sekeliling. Kemudian dia berjalan ke sudut terdalam, ke sebuah posisi di sudut.
“Ternyata kamu di sini.”
Seorang anak muda berpakaian hitam sedang duduk bermain game di depan komputer. Mendengar suara ini, dia mendongak dan melihat Shen Nianshen, “Wow, kenapa kamu kemari?”
Shen Nianshen meliriknya, “Nenekmu mencarimu ke mana-mana, dia meneleponku dan bertanya.”
Anak muda itu menggaruk kepalanya, “Bukankah sudah kubilang akan pulang agak malaman…”
Shen Nianshen melirik layar komputer, karakter yang dimainkan oleh anak muda itu sudah hampir mati. Dia pun bertanya, “Masih mau main?”
Anak muda itu bangkit berdiri, “Tidak mau main lagi. Permainan sampah seperti ini, aku bisa membuat yang lebih bagus dari ini!”
Shen Nianshen meliriknya, “Baru belajar sedikit, sombongnya sudah luar biasa.”
Dia pun berbalik dan berjalan keluar.
Anak muda itu mengikuti dari belakang dan berkata dengan tidak senang, “Aku bisa, kok. Aku punya latar belakang penulis naskah, pasti populer kalau membuat game.”
Shen Nianshen, “Kalau membuat game itu mudah, tidak akan ada perusahaan game yang tumbang tiap tahunnya.”
……
Ketika keduanya keluar dari warnet, udara seketika membaik.
Anak muda itu berpakaian tipis dan menendang batu kerikil di depannya.
Setelah berjalan beberapa langkah, dia menoleh ke arah Shen Nianshen, “Kak, bukankah kamu sedang kencan dengan pacarmu?”
Shen Nianshen mengiyakan, “Dia sudah pulang.”
Liang Qi berkata, “Kenapa kamu tidak mengantarnya pulang?”
Shen Nianshen mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya, mengeluarkan sebatang dan meletakkan di bibirnya. Dia bergumam samar, “Ibunya datang menjemput.”
Kemudian, Shen Nianshen mengeluarkan korek dan menyalakan rokok itu.
Liang Qi berjalan kembali dan menepuk pundak Shen Nianshen, “Aku tidak punya hadiah untukmu. Aku traktir kamu makan mi ulang tahun, bagaimana?”
Shen Nianshen meliriknya, “Makan di mana?”
Liang Qi, “Tepat di depan gang kita, tempat biasa.”
Shen Nianshen tinggal di gang yang sama dengan Liang Qi. Liang Qi lebih muda dua tahun dari Shen Nianshen dan masih sekolah di bangku SMA kelas 3.
Kedua orang tuanya sudah bercerai dan tidak mempedulikannya. Dia tumbuh dewasa bersama neneknya. Dalam beberapa aspek, kondisi keluarganya mirip dengan Shen Nianshen. Keduanya juga sering kali memiliki topik pembicaraan yang sama.
Perbedaannya adalah setelah ditinggalkan oleh orang tuanya, Shen Nianshen harus berjuang keras dan ingin menjadi seseorang yang berhasil nantinya. Sedangkan Liang Qi, dia sudah menyerah pada dirinya sendiri dan tidak pergi sekolah selama tiga hari. Setiap hari kerjanya main game di warnet. Setiap neneknya tidak dapat menemukan bocah ini, dia pasti akan menelepon Shen Nianshen dan minta bantuan darinya.
Keduanya kembali ke gang luar rumah mereka dan duduk memesan dua mangkuk mi daging.
Ponsel Shen Nianshen berbunyi, terlihat foto Sun Tiantian di layar ponsel. Tatapan Shen Nianshen melembut dan dia mengangkat telepon, “Sudah sampai?”
Suara Sun Tiantian terdengar dari ujung yang lain, “Hmm, baru saja sampai. Kamu sudah sampai rumah?”
“Aku sedang di depan gang, sebentar lagi pulang.”
Di sisi telepon lain, Sun Tiantian mengeluarkan pakaian dari lemari dan bersiap pergi mandi, “Pulanglah lebih awal. Di luar sangar dingin, jangan sampai kena flu.”
Shen Nianshen mengiyakan, “Aku tahu, kamu sedang apa sekarang? Sudah mau tidur?”
“Belum, aku mau mandi dulu. Nanti aku video call kamu.”
Shen Nianshen tersenyum, “Oke.”
“Kalau begitu, aku tutup dulu.”
“Hmm.”
Sun Tiantian mengatakan “mwah” sebelum menutup telepon.
Shen Nianshen menerima ciuman jauh dan matanya tampak tersenyum geli. Dia mendongak dan membelai keningnya, matanya terlihat lembut.
Liang Qi melihat ke sisi lain dan berkata, “Kak, kurasa sejak kamu punya pacar, kepribadianmu berubah sepenuhnya.”
Shen Nianshen tersenyum, “Benarkah?”
Liang Qing, “Perubahanmu terlalu banyak! Dari dulu aku belum pernah melihatmu tersenyum seperti ini.”
Begitu Shen Nianshen teringat akan Sun Tiantian, tanpa sadar sudut bibirnya terangkat. Setelah beberapa saat, “Aku tidak tahu kalau ada gadis sebaik ini di dunia ini.”
Liang Qi tersenyum jahil dan mencondongkan tubuhnya, “Kamu ini sudah jatuh hati sepenuhnya?”
Shen Nianshen meliriknya, tidak menjawab.
Bukan hanya jatuh cinta sepenuhnya, bahkan jiwanya juga sudah sepenuhnya menjadi milik Sun Tiantian. Seumur hidup tidak akan ditemukan kembali.
……
Shen Nianshen dan Liang Qi minum dua botol bir di luar. Ketika mereka kembali ke rumah, sudah jam sebelas malam.
Shen Nianshen pergi mandi dan keramas. Begitu kembali ke kamar, kebetulan layar ponselnya menyala.
Itu video call dari Sun Tiantian.
Shen Nianshen duduk di tempat tidur dan bersandar di kepala tempat tidur, menjawab telepon itu.
Di sisi lain layar, Sun Tiantian juga sedang duduk di tempat tidur. Dia memakai gaun tidur berpayet dan wajahnya penuh dengan senyum riang. Dia berkata dengan senang, “Ah Nian.”
Ketika Shen Nianshen melihat Sun Tiantian, terbit senyum sayang di matanya, “Sudah mandi?”
Sun Tiantian mengangguk, “Iya, kamu? Sudah mau tidur?”
Shen Nianshen, “Belum, temani kamu mengobrol sebentar.”
Mata Sun Tiantian menyipit karena tersenyum , mengambil boneka beruang merah di kepala tempat tidur dan memeluknya sambil berkata, “Besok aku akan pulang ke kampung halaman, baru kembali nanti setelah Imlek.”
Shen Nianshen tertegun sejenak, “Secepat itu?”
Sun Tiantian mengangguk, “Kata ayahku. Tadinya kupikir masih beberapa hari lagi.”
Shen Nianshen terdiam beberapa saat sebelum berkata, “Hati-hati. Belakangan ini sering turun salju, pakai pakaian lebih tebal dan jaga dirimu baik-baik.”
Begitu Sun Tiantian teringat dia tidak bisa melihat Shen Nianshen beberapa saat, tiba-tiba dia menjadi sedih, “Aku akan meneleponmu.”
Shen Nianshen mengangguk, “Iya.”
Sun Tiantian sangat enggan menutup telepon. Dia mengobrol dengan Shen Nianshen hingga hampir jam 12 malam. Sun Tiantian melihat jam dan pada menit terakhir sebelum hari ulang tahun Shen Nianshen berlalu, dia berkata, “Ah Nian, selamat ulang tahun. Aku mencintaimu.”
Hati Shen Nianshen seketika bergetar. Dia menatap Sun Tiantian dan matanya tiba-tiba sedikit sembab dan berkata pelan, “Aku juga mencintaimu.”
Sun Tiantian tersenyum sambil melihat Shen Nianshen, meletakkan ponselnya di depan dan memberikan ciuman jauh pada Shen Nianshen.
Shen Nianshen tidak bisa menahan tawanya, “Sudah, tidurlah lebih awal. Ini sudah malam.”
Sun Tiantian mengiyakan, “Kamu juga tidur lebih awal. Selamat malam.”
“Selamat malam.”
……
Malam itu, Sun Tiantian mendapat mimpi indah. Dia bermimpi menjadi mempelai pengantinnya Shen Nianshen.
Dia mengenakan gaun pengantin putih, berdiri di halaman berumput yang tenang, bersama dengan keluarga dan teman-teman yang duduk menyaksikan mereka.
Shen Nianshen memakai setelan dan sepatu kulit, berjalan perlahan ke arahnya dengan seikat bunga di tangannya.
Shen Nianshen mendekat dan berlutut dengan satu kaki, memegang tangannya, bertanya apakah Sun Tiantian bersedia menikah dengannya.
Kelopak bunga persih merah bertebaran di udara, Sun Tiantian tersenyum bahagia bahkan saat tidur.