The Best Of You - Chapter 39
Beberapa hari terakhir, Sun Tiantian setiap hari belajar masak di rumah dengan ibunya.
Saat memasak di siang hari, Shen Nianshen ingin membantu tapi SUn Tiantian malah mengusirnya keluar dari dapur.
Shen Nianshen tidak berdaya dan hanya bisa keluar dari sana.
Akhirnya tidak beberapa saat, terdengar suara teriakan dari dalam dapur. Hal ini membuat Shen Nianshen kaget setengah mati dan segera masuk ke dalam dapur.
Sun Tiantian sedang menggoreng kentang, tapi air di kentang-nya masih belum ditiriskan sepenuhnya. Saat masukkan ke dalam wajan, minyak panas langsung terciprat. Wajah dan punggung tangan Sun Tiantian semuanya terkena cipratan minyak. Sun Tiantian begitu ketakutan hingga mundur beberapa meter jauhnya. Ingin mematikan api, tapi begitu mengulurkan tangan, minyak sudah menyembur lagi.
Ketika Shen Nianshen masuk, dia melihat Sun Tiantian memegang sutil dan berusaha mematikan api. Tapi dia terciprat oleh minyak dan mundur kembali, wajahnya tampak panik dan cemas.
Shen Nianshen segera mendekat dan menarik Sun Tiantian ke sisinya untuk melindunginya, kemudian dengan tenang mengecilkan sedikit apinya. Kemudian, dia mengambil alih sutil dari tangan Sun Tiantian dan menggorengnya beberapa kali di dalam wajan. Setelah beberapa saat, wajan tersebut sudah berhenti menyipratkan minyak keluar.
Sangat banyak asap di dalam dapur, Shen Nianshen membuka jendela dan barulah kembali menatap Sun Tiantian. Senyuman tidak bisa disembunyikan dari matanya.
Sun Tiantian bersembunyi di belakang Shen Nianshen, ketika melihat Shen Nianshen malah menertawakannya, dia menjadi malu dan berbisik, “Berminyak sekali…”
Shen Nianshen tertawa keras dan mengusap kepalanya dengan sayang, “Kenapa bodoh sekali?”
Sun Tiantian mengatupkan bibirnya dan berkata pelan, “Aku lupa meniriskan airnya.”
Shen Nianshen memeriksa wajah Sun Tiantian dengan seksama dan bertanya cemas, “Kena minyak tidak?”
Sun Tiantian menggelengkan kepalanya, “Tadi sakit sedikit, tapi sekarang sudah tidak.”
Shen Nianshen memeriksa dengan seksama dan baru menghela napas lega setelah melihat tidak ada luka bakar. Dia menarik Sun Tiantian menjauh beberapa meter dari kompor, “Sebaiknya aku saja. Ke depannya, kamu tidak boleh masuk ke dapur.”
Sun Tiantian berdiri di belakang dengan patuh sambil menautkan tangannya, dia tidak mengatakan apa-apa.
Shen Nianshen memasak makanan dan tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Benar saja, saat dia berbalik, dia melihat Sun Tiantian sedang berdiri di belakang dengan kepala tertunduk dan wajah sedih.
Shen Nianshen menatapnya sebentar dan Sun Tiantian merasakan ada tatapan mata yang tertuju padanya. Dia pun mendongak dan bertemu pandang dengan Shen Nianshen yang sedang tersenyum.
Sun Tiantian mengerjapkan matanya, pupil matanya yang hitam itu membuatnya tampak seperti hewan kecil yang lucu.
Shen Nianshen akhirnya tidak bisa menahan senyumnya dan menunjuk ke lemari berisi bumbu, “Ambilkan garam kemari.”
Ketika Sun Tiantian mendengar ada hal yang bisa dia lakukan, matanya berbinar. Dia segera mencari toples garam dan menyerahkannya pada Shen Nianshen, “Berapa sendok?”
Shen Nianshen menatap makanan di wajan dan berkata, “Satu setengah sendok.”
Sun Tiantian segera menyendok garam dan membuat Shen Nianshen tidak berdaya, “Dasar bodoh, setengah sendok saja.”
“Ah?” Sun Tiantian buru-buru menuang kembali garam itu, “segini cukup?”
Shen Nianshen melihatnya sekilas, “Hmm, cukup. Masukkan setengah sendok lagi.”
Sun Tiantian dengan patuh memasukkan setengah sendok lagi.
Sangat cepat, Shen Nianshen selesai memasak potongan kentang itu dan menyerahkan pada Sun Tiantian, “Anak pintar, bawa keluar.”
“Baik!” Sun Tiantian segera mengambilnya dan membawanya keluar dengan gembira.
“Oh, semuanya sudah siap?” Nenek menoleh ke belakang dan bertanya sambil terkekeh.
Sun Tiantian tersenyum, “Iya, ini masalah Ah Nian. Aku hanya membantunya saja.”
Sun Tiantian berlari kembali ke dapur dengan gembira dan melihat Shen Nianshen sudah bersiap untuk membuat sayap ayam cola. Dia segera menarik tangan Shen Nianshen, “Ini biar aku saja. Biarkan aku saja yang masak, ya?”
Sun Tiantian menatap Shen Nianshen dengan memohon, “Aku sudah mempelajarinya lama sekali.”
Sun Tiantian sangat ingin membuatnya, Shen Nianshen hanya bisa memberikan posisi padanya.
Tapi untuk menghindari minyak muncrat lagi, Shen Nianshen membantu sampai ayam itu dimasukkan ke dalam wajan. Setelah minyak tidak lagi muncrat, Sun Tiantian baru berdiri di depan kompor sambil memegang sutil dengan gembira.
Saat menuang cola ke dalam panci, dia berbalik dan membual pada Shen Nianshen, “Hidangan ini aku sangat mahir membuatnya, ibuku saja bilang enak.”
Shen Nianshen bersandar di pintu sambil bersedekap, menatap Sun Tiantian dengan lembut, “Iya, Tiantian-ku memang yang paling hebat.”
Sun Tiantian merasa manis dalam hatinya dan seketika menjadi sedikit besar kepala.
Tapi konsekuensi dari besar kepala adalah… sepanci sayap ayam cola yang dia goreng itu gosong.
Ketika Shen Nianshen datang untuk mencicipinya, Sun Tiantian merasa sangat bersalah. Dia memegang erat sutil di tangannya dan menatap gugup, “Bagaimana? Apa masih bisa dimakan?”
Shen Nianshen mengangguk, “Enak.”
“Benarkah?” Sun Tiantian sedikit tidak percaya, dia mengambil sumpit untuk mencicipinya. Tapi, baru saja memasukkan ke mulut, dia sudah buru-buru memuntahkannya, “Gosong, tidak enak.”
Dia tadi lupa mengatakan, saat dia membuatnya dengan enak, itu karena ibunya membantu untuk memastikan suhu api di sisinya. Hari ini dia pertama kali melakukannya sendiri dan tanpa sengaja membuatnya jadi gosong.
Sun Tiantian mengangkat panci itu dan akan membuangnya. Shen Nianshen menghentikannya, “Jangan dibuang.” Shen Nianshen menatap Sun Tiantian dengan serius, “ini pertama kalinya kamu memasak untukku, mana boleh dibuang.”
Sun Tiantian mengerutkan bibirnya dan berbisik, “Tapi tidak enak.”
Shen Nianshen tersenyum dan mencubit pipinya, “Menurutku ini enak.”
Shen Nianshen mengambil alih piring dan membawanya keluar, dia kembali ke dapur untuk memasak dua piring sayur dan sup.
Ulang tahun Shen Nianshen dirayakan dengan sederhana, tidak mengundang orang lain dan hanya ada dia, Sun Tiantian dan nenek.
Sun Tiantian sedang mengambil nasi di dapur. Ketika dia keluar, dia melihat ada dua orang tambahan di dalam rumah. Orang itu adalah tetangga Shen Nianshen yang terakhir kali Sun Tiantian lihat, Lin Li dan ibunya.
Lin Li memegang kue di tangannya dan Ibunya Lin Li berkata sambil tersenyum, “Lili bilang hari ini ulang tahun Ah Nian. Dia ini pagi-pagi saja sudah pergi untuk membelikan kue untuknya.”
Sun Tiantian melihat kue yang dibawa oleh Lin Li, hatinya sedikit tidak senang. Tapi dia tidak bisa menunjukkan apa pun karena latihannya selama ini dan hanya berdiri di samping.
Biasanya saat Shen Nianshen pergi kuliah, Ibu Lin sering merawat nenek. Ditambah lagi mereka tamu, jadi tidak bisa berkata apa-apa. “Maaf sudah merepotkan kalian. Ah Nian ini tidak suka merayakan ulang tahun. Jadi merepotkan kalian untuk mengingat hari ini.”
Nenek tersenyum dan menerima kue dari tangan Lin Li, dia juga berkata pada Shen Nianshen, “Ah Nian, tidak berterima kasih pada Bibi Lin dan Lili?”
Shen Nianshen berkata, “Terima kasih, Bibi Lin.”
“Xiao Mei, kamu dan Lili duduklah untuk makan.” Nenek menyambut tamu dan berteriak pada Shen Nianshen, “Ah Nian, ambilkan lagi dua buah mangkuk dan sumpit.”
“Baik.” Shen Nianshen menjawab dan menggandeng tangan Sun Tiantian. Dia berbisik, “Ikut denganku.”
Meski Sun Tiantian tidak senang, tapi dia tidak menunjukkannya. Dia mengikuti Shen Nianshen yang menggandengnya ke dapur.
Lin Li melihat Shen Nianshen menggandeng tangan seorang gadis untuk pertama kalinya, dia begitu terkejut hingga bola matanya nyaris copot.
Dalam kesannya selama ini, Ah Nian sangat membenci perempuan dan tidak pernah menyentuh perempuan. Bahkan dia tidak membiarkan dirinya disentuh oleh perempuan.
Dia menatap lekat pada tangan kedua orang yang saling bergandengan, untuk sementara waktu tertegun dan tidak bisa menahan diri untuk bertanya pada nenek, “Nenek, siapa gadis itu?”
Begitu membahas tentang Sun Tiantian, Nenek langsung tersenyum bahagia, “Itu pacar Ah Nian. Gadis yang sangat baik.”
Lin Li perah bertemu Sun Tiantian. Terakhir kali saat nenek tidak sengaja jatuh, gadis itu datang ke rumah Shen Nianshen untuk mengunjungi nenek. Tapi pada saat itu, dia masih belum jadi pacar Shen Nianshen.
Lin Li menggertakkan giginya dengan kuat, hatinya terasa tidak nyaman seperti ditusuk jarum.
Sesampainya di dapur, Sun Tiantian melepaskan tangan Shen Nianshen dan memalingkan kepalanya dengan marah.
Shen Nianshen memeluknya dari belakang dan menoleh ke samping untuk melihatnya, dia bertanya dengan suara rendah, “Kenapa?”
Sun Tiantian mendengus dan berkata dengan kesal, “Kelihatannya bukan cuma aku seorang yang mengingat hari ulang tahunmu.”
Shen Nianshen tahu kalau Sun Tiantian akan cemburu, dia menjelaskan dengan lembut, “Aku tidak tahu mereka akan kemari, jangan marah.”
Sun Tiantian sebenarnya tidak marah, tapi Lin Li menyukai Shen Nianshen. Memikirkan pacarnya disukai oleh gadis lain, hatinya terasa tidak nyaman.
Sun Tiantian melepaskan diri dari pelukan Shen Nianshen dan berjalan ke depan lemari es, mengeluarkan kue yang dia buat dari dalamnya.
Shen Nianshen tertegun dan buru-buru menahan tangan Sun Tiantian, “Kamu sedang apa?”
Sun Tiantian mendengus, “Kue yang aku buat, kamu tidak boleh makan!”
“……”
Kecemburuan Sun Tiantian ini agak tidak masuk akal. Shen Nianshen entah harus tertawa atau menangis. Dia mengambil alih kue dari tangan Sun Tiantian dan mengembalikannya ke dalam lemari es. Kemudian dia memeluk Sun Tiantian dengan lembut dan menunduk untuk mengecupnya beberapa kali, “Anak baik, jangan marah lagi ya?”
Tatapan dan nada bicara Shen Nianshen sangat lembut. Sebenarnya, Sun Tiantian juga tahu kalau kecemburuannya ini tidak berdasar. Hatinya pun melembut dan tidak bisa menahan tawanya, “Aku tidak sepelit itu kok.”
Dia mendorong Shen Nianshen, “Kamu ambil mangkuk dan sumpit, tamu menunggu di luar.”
Shen Nianshen yang melihat Sun Tiantian sudah tersenyum, membelai lembut kepala gadis itu dan berkata, “Setelah makan siang, kuajak kamu keluar.”
Sun Tiantian mengangguk senang, “Oke.”
Shen Nianshen mengambil mangkuk dan sumpit tambahan, makan siang yang awalnya hanya bertiga pun menjadi berlima.
Shen Nianshen dari waktu ke waktu terus menambahkan hidangan ke mangkuk Sun Tiantian, Lin Li terus mengawasi dari samping. Dia begitu terkejut hingga tidak bisa berkata-kata lagi. Dia tidak pernah melihat Shen Nianshen memperlakukan gadis mana pun dengan selembut itu.
Tidak, jangankan selembut itu, dia bahkan tidak pernah melihat Shen Nianshen berhubungan dengan gadis mana pun.
Lin Li memandang Sun Tiantian, tiba-tiba hatinya merasa cemburu. Apakah karena Sun Tiantian cantik?
Selama selesai makan siang, sayap ayam cola yang dibuat Sun Tiantian itu penjualannya sangat buruk dan hanya Shen Nianshen seorang yang memakannya.
Sepanci penuh, Shen Nianshen benar-benar hampir menghabiskan semuanya.
Sun Tiantian tampak sedikit khawatir di sampingnya dan berbisik, “Ah Nian, yakin nanti kamu tidak diare?”
Shen Nianshen meliriknya dan tertawa rendah, “Kalau diare, kamu tanggung jawab.”
Wajah Sun Tiantian menjadi sebal, “Menyebalkan.”
Shen Nianshen tersenyum dan mencubit pelan tangan Sun Tiantian di bawah meja.
Setelah makan siang berakhir, Shen Nianshen ingin pergi mencuci piring. Tapi, dia dihentikan oleh Sun Tiantian, “Jangan kamu yang cuci. Hari ini yang berulang tahun, biar aku saja.”
Sambil bicara, dia mendorong Shen Nianshen keluar dari dapur.
Shen Nianshen melirik jari-jari tangan Sun Tiantian yang putih dan lembut, mana tega membiarkannya mencuci piring. Dia masuk dan berkata, “Aku saja, biar lebih cepat. Kita bisa main keluar.”
Sambil bicara, dia mulai bergerak untuk mencuci piring.
Sun Tiantian tidak bisa menghentikannya, hanya bisa membantu mengelap mangkuk di sebelahnya.
Dengan kerja sama kedua orang itu, tak beberapa saat pun dapur sudah selesai dibereskan.
Ketika keluar, ibunya Lin Li kebetulan sedang ingin mengajak Lin LI pulang. Dia berkata pada Shen Nianshen, “Ah Nian, aku dan Lili pulang dulu. Selamat ulang tahun, ya.”
Shen Nianshen segera menjawab, “Terima kasih, Bibi.”
Masalah Lin Li menyukai Shen Nianshen, ibunya Lin Li paling tahu. Kalau Shen Nianshen bisa menjadi menantunya, dia tidak akan meminta yang lebih lagi. Karena itulah dia serang kemari untuk menjaga nenek Shen Nianshen, ingin membantu menciptakan peluang untuk putrinya.
Namun, melihat bahwa pemuda itu sudah punya pacar, tentu saja niatnya harus dipatahkan. Dia berpamitan pada Shen Nianshen dan neneknya, kemudian mengajak putrinya pulang.
Nenek sudah tua, dia ingin istirahat setelah selesai makan siang. Dia berkata pada Shen Nianshen, “Ah Nian, kamu ajak Sun Tiantian pergi main. Nenek kembali ke kamar untuk tidur siang, tidak menemani kalian lagi.”
“Baiklah, Nenek. Istirahatlah dengan baik.”
“Iya.” Nenek bangkit berdiri dari sofa dan berjalan ke hadapan Sun Tiantian, terkekeh sambil menepuk punggung tangan Sun Tiantian, “Tiantian dan Ah Nian, selamat bersenang-senang.”
Sun Tiantian tersenyum dan mengangguk, “Baik, Nenek.”
Shen Nianshen ingin mengajak Sun Tiantian pergi main, tapi dia berencana mandi dulu dan kembali ke kamar untuk berganti pakaian.
Saat kembali ke kamar, Sun Tiantian sedang berbaring di atas tempat tidurnya dengan ponsel yang terangkat tinggi, dia sedang main game.
Shen Nianshen mengenakan jaketnya, kemudian berjalan ke sisi ranjang untuk menarik Sun Tiantian agar bangun, “Sudah, ayo jalan.”
Sun Tiantian tidak bergerak di tempat tidur dan merentangkan tangannya, “Gendong.”
Shen Nianshen menggelengkan kepalanya, membungkuk dan menggendongnya, “Senang?”
Sun Tiantian memeluk leher Shen Nianshen dan menyeringai konyol, “Senang.”
Shen Nianshen menggendongnya turun dari tempat tidur dan menurunkannya ke lantai.
Kemudian dia berjalan ke meja, mengambil dompet dan kunci sebelum keluar dari kamar sambil menggandeng tangan Sun Tiantian.
Ketika hampir keluar dari gang, Sun Tiantian tiba-tiba bertanya, “Nanti kita kembali kemari untuk makan malam?”
Shen Nianshen berpikir sejenak, “Nanti malam makan di luar saja.”
“Kalau begitu, aku ingin bawa kuenya! Tunggu aku sebentar!” kata Sun Tiantian sambil kembali berlari ke dalam.
Shen Nianshen mengikutinya tanpa sadar, tapi belum sempat berjalan beberapa langkah, dia mendengar ada orang yang memanggilnya dari belakang.
“Ah Nian.”
Langkah Shen Nianshen berhenti dan menoleh, “Ada perlu?”
Lin Li menatapnya, “Kamu benar-benar pacaran dengannya?”
Shen Nianshen mengiyakan.
“Selain cantik, dia masih ada apalagi? Sayap ayam cola itu dia yang masak, kan? Nona kaya yang bahkan tidak bisa memasak, hidup dengan dimanja oleh orang tua. Kamu bersama dengannya, ingin memperlakukannya bagai seorang putri?”
“Kalau iya, memang kenapa?” Shen Nianshen mengangkat matanya untuk melihat Lin Li, nada bicaranya sangat serius dan tegas, “dia bersama denganku, pada dasarnya juga tidak perlu melakukan apapun.”
Dengan kalimat tegas ini, Lin Li kehilangan kata-katanya dan mulutnya ternganga lama sebelum bertanya lagi, “Kenapa?”
Shen Nianshen menjawab, “Karena aku mencintainya.”