The Best Of You - Chapter 37
Shen Nianshen membawa Sun Tiantian keluar dari hutan kecil. Sun Tiantian begitu malu hingga memeluk erat lengan Shen Nianshen dan menguburkan kepalanya di sana.
Shen Nianshen belum pernah melihat Sun Tiantian semalu ini, tidak bisa menahan tawanya dan berkata, “Kenapa begitu malu?”
Wajah Sun Tiantian yang terkubur di lengan Shen Nianshen, tertawa frustasi. Setelah beberapa saat, barulah dia mengangkat kepalanya dan menatap Shen Nianshen dengan wajahnya yang merona merah, “Katakan, kenapa kamu bisa melakukan hal semacam ini?”
Shen Nianshen mengangkat alisnya, sudut bibirnya terangkat dan menunjukkan senyum licik, “Hal apa?”
Sun Tiantian tertegun dan memukul lengan Shen Nianshen sambil malu-malu, “Shen Nianshen, kamu jahat sekali. Sudah tahu masih tanya.”
Shen Nianshen seketika tertawa dan menangkap tangannya, memegangnya kuat di telapak tangannya.
Sun Tiantian memelototinya, Shen Nianshen tersenyum padanya dan menarik tangannya, berkata lembut, “Ayo jalan.”
Barulah Sun Tiantian tersenyum lagi dan mereka berdua berjalan sambil berpegangan tangan ke arah asrama.
Seluruh otak Sun Tiantian penuh dengan adegan yang terjadi di hutan kecil tadi, ada kegembiraan yang sulit untuk dikatakan dan bertanya dengan malu pada Shen Nianshen, “Apa kamu diam-diam mempelajarinya?”
Shen Nianshen tersenyum dalam, “Belajar dari siapa?”
Sun Tiantian mendongak dan mengerjapkan matanya, “Dari TV.”
Kalau tidak, kenapa bisa tiba-tiba jadi begitu mahir…
Shen Nianshen meliriknya sekilas dan tersenyum tanpa daya, “Apa hal semacam ini perlu dipelajari?”
Sun Tiantian, “…”
Sudah sampai di depan pintu asrama, Shen Nianshen mengusap lembut kepalanya dan berkata, “Bodoh, itu bisa dipelajari sendiri, mengerti?”
Sun Tiantian, “…”
Shen Nianshen, “Pulanglah. Bereskan barang-barangmu, besok pagi jam 9 aku akan kemari menjemputmu. Lalu kuantar kamu pulang.”
Sun Tiantian mengangguk, “Mengerti.”
Shen Nianshen, “Kalau begitu aku pergi dulu.”
Sun Tiantian melihat ke sekelilingnya, memastikan tidak ada orang, dia segera berjinjit dan melingkarkan lengannya di leher Shen Nianshen, “Cium aku sebentar.”
Shen Nianshen tersenyum dan menundukkan kepala untuk mengecup bibir itu, “Sudah boleh?”
Sun Tiantian sangat senang, dia menyeringai dan menatap Shen Nianshen, “Kamu juga istirahatlah lebih awal.”
Shen Nianshen mengiyakan, “Aku tahu.”
Sun Tiantian, “Selamat malam.”
Shen Nianshen, “Selamat malam.”
……
Malam itu, Sun Tiantian tidur dengan luar biasa nyenyak. Di dalam mimpi, dia bermimpi berciuman dengan Shen Nianshen lagi. Di akhir ciuman itu, hatinya seperti akan segera lumer saja.
Keesokan paginya jam 9, Shen Nianshen datang ke asrama untuk menjemput Sun Tiantian. Tadi dia menelepon Sun Tiantian, akhirnya telepon berbunyi lama sebelum diangkat, suaranya masih terdengar mengantuk, “Ah Nian…”
Shen Nianshen tertegun dan bertanya pelan, “Masih tidur?”
Di seberang sana, Sun Tiantian berusaha bangkit dari dalam selimutnya dan akhirnya duduk dengan rambut acak-acakan. Dia menggosok matanya dan mengiyakan, “Sudah bangun.”
Shen Nianshen mendengar suaranya yang masih baru bangun tidur, entah harus tertawa atau menangis, “Bukankah sudah kubilang akan kujemput kamu jam 9?”
Sun Tiantian merasa agak dingin saat duduk di tempat tidur, tidak bisa menahan diri untuk kembali masuk ke dalam selimut, “Aku sudah pasang alarm, tapi begitu alarm-nya bunyi, langsung dimatikan olehku.”
Shen Nianshen, “Apa barang-barangmu yang ingin dibawa pulang sudah dibereskan?”
Sun Tiantian menggelengkan kepalanya dan suaranya terdengar sedih, “Tadinya aku berencana untuk membereskannya pagi ini…”
Shen Nianshen tidak bisa menahan tawanya, “Kalau begitu, biar aku tunggu. Kamu sekarang bangun dan beres-beres.”
Sun Tiantian membenamkan diri di dalam selimut dan suaranya sangat pelan, “Mau tidak kamu masuk dan bantu aku beres-beres? Duoduo sudah pergi, aku sendirian di kamar.”
Selama liburan sekolah, banyak mahasiswi yang meminta pacarnya untuk masuk dan membantu mereka membereskan barang. Selain itu, Sun Tiantian dari Fakultas Seni ini adalah yang liburnya paling awal. Seluruh mahasiswa di fakultas itu sudah hampir pulang semua dan di dalamnya kosong melompong, bayangan satu orang pun tidak ada.
Tapi karena sekolah masih dibuka sampai besok, masih ada bibi penjaga yang bertugas di depan pintu asrama. Shen Nianshen pergi ke sana untuk melapor dan bibi asrama tersenyum manis sambil bertanya, “Kemari untuk membantu pacar memindahkan barang?”
Shen Nianshen tersenyum, “Iya.”
“Tanda tangan di sini saja.”
“Terima kasih, Bibi.”
Setelah Shen Nianshen selesai melapor, barulah dia masuk ke dalam. Dia menelepon Sun Tiantian dan menanyakan nomor kamar, tak beberapa saat sudah sampai di depan pintu kamarnya.
Saat terdengar suara ketukan di pintu, Sun Tiantian masih di tempat tidur dan segera bangkit berdiri, “Sudah datang?”
Dia keluar dari selimut dan bersandar di pinggir ranjang, menggeser pantatnya untuk segera turun dari tempat tidur.
Begitu pintu terbuka, Shen Nianshen melihat Sun Tiantian mengenakan baju tidur dengan beruang merah muda, berdiri di dalam dengan rambut acak-acakan.
Dia mengangkat kepalanya dan mengusap rambut itu, “Kenapa tidurnya sampai berantakan begini?”
Sun Tiantian terkekeh dan menariknya masuk, “Cepat masuk, di luar dingin.”
Di dalam kamar asrama ada pemanas ruangan, ruangan itu terasa hangat.
Sun Tiantian menarik Shen Nianshen ke dalam dan berkata, “Duoduo sudah pergi pagi-pagi sekali. Sebenarnya dia membangunkan aku, tapi aku tidur-tiduran dan akhirnya ketiduran.”
Shen Nianshen menatapnya dan tertawa, “Babi pemalas kecil?”
Sun Tiantian menatapnya, “Kamu yang babi pemalas kecil, kamu babi pemalas besar.”
Shen Nianshen mencubit hidungnya, “Babi pemalas kecil, cepat pergi cuci muka.”
Sun Tiantian tersenyum dan berkata, “Kalau begitu, bantu aku bereskan barang. Hanya laptop di atas meja dan beberapa pakaian musim panas di dalam lemari.”
“Iya, aku bereskan untukmu. Cepat sana pergi mandi.”
Liburan musim dingin cukup singkat, Sun Tiantian tidak ingin pulang dengan membawa terlalu banyak barang. Kalau tidak, nanti akan merepotkan untuk dibawa kemari lagi kalau perkuliahan sudah dimulai.
Shen Nianshen membantunya meletakkan beberapa pakaian musim dingin dari lemari ke dalam koper. Kemudian berjalan ke meja belajar untuk membereskan laptopnya.
Ketika sedang membereskan laptop, dia menemukan ada selembar kertas yang diletakkan di bawah laptop itu. Di gambar itu adalah adegan di hutan kecil kemarin, adegan mereka berdua sedang berciuman di bawah pohon.
Seorang lelaki dengan tubuh yang sangat tinggi dan sedikit membungkuk, satu tangannya di punggung gadis itu dan satu tangannya di belakang kepala gadis itu, menunduk dan menempelkan bibirnya di bibir gadis itu.
Tubuh gadis itu mungil, menyusut dalam pelukan lelaki itu. Matanya berputar-putar dan ada rona malu-malu di wajahnya.
Di sebelah gambar lelaki itu ada sebuah gambar hati, di dalam hati itu ada tulisan kaligrafi kartun yang tertulis “Ah Nian”. Di sebelah gadis itu juga ada sebuah gambar hati yang di dalamnya tertulis “Tiantian”.
Di bagian bawahnya tertulis kalimat: 20 Januari 2012, aku dan Ah Nian berciuman, senangnya ^_^
Shen Nianshen menatap kertas gambar itu cukup lama, kemudian dia melipatnya dan memasukkannya ke dalam kantong bajunya.
Setelah Sun Tiantian selesai bersih-bersih, dia masuk lagi untuk mengambil pakaian ganti dan berlari ke kamar mandi.
Saat berlari ke kamar mandi, dia menjulurkan kepalanya keluar dan berkata pada Shen Nianshen, “Tidak boleh ngintip.”
Shen Nianshen terbelalak dan berkata, “…memangnya aku secabul itu?”
Sun Tiantian terkekeh dan kembali menutup pintu kamar mandi.
Setelah berganti pakaian, Shen Nianshen sudah hampir selesai membereskan barang. Dia menunjuk ke lemari sambil terbatuk, “Coba kamu lihat apa lagi yang mau kamu bawa pulang.”
“Baik.”Sun Tiantian berjalan ke lemari.
Semua pakaian musim dinginnya sudah dibereskan, dia tersenyum manis, “Sudah semua, ini saja.”
Mata Shen Nianshen terlihat agak aneh saat menatapnya, “Kamu yakin? Yang lain tidak perlu dibawa?”
Sun Tiantian tertegun, tanpa sadar melirik ke dalam lemari dan menemukan bahwa pakaian dalamnya masih tergantung di sisi paling dalam lemari.
Sun Tiantian tiba-tiba merasa agak salah tingkah. Dia diam-diam mengeluarkan mereka dan melipatnya jadi gulungan. Sambil memasukkannya ke dalam koper, dia diam-diam melirik pada Shen Nianshen. Shen Nianshen sedang menatap ke arah lain, tidak menatapnya.
Sun Tiantian, “…”
Sun Tiantian telah selesai membereskan barang-barangnya, kopernya agak sedikit penuh dan tidak mudah untuk ditutup. Shen Nianshen kemari untuk membantunya dan berkata, “Kamu lihat lagi apa masih ada barang lain yang bisa disimpan kembali.”
“Baik.” Sun Tiantian kembali memeriksanya lagi. Pakaian sudah di sana, laptop juga, produk perawatan kulit ada di rumah dan dia malas membawanya pulang.
Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan menundukkan kepalanya untuk mencarinya cukup lama. Dia tiba-tiba bertanya, “Ah Nian, apa kamu lihat gambarku?”
Shen Nianshen menutup koper itu dan berdiri sambil membawa koper itu, barulah dia menatap Sun Tiantian, “Gambar apa?”
“Itu…” Sun Tiantian sedikit malu mengatakannya, dia tidak mungkin mengatakan kalau dia menggambar adegan ciuman mereka kemarin malam, kan? Sangat memalukan.
Dia menggaruk kepalanya dan menunduk untuk waktu yang lama, masih tidak ditemukan. Dia kembali mendongak dan bertanya pada Shen Nianshen, “Gambar, gambar… gambar pasangan kekasih.”
Shen Nianshen memasang wajah serius, “Tidak melihatnya.”
Sun Tiantian tidak senang dan cemberut, “Menyebalkan sekali, butuh waktu lama untukku menggambarnya.”
Shen Nianshen berjalan ke sana dan menarik tangannya, menatapnya, “Nanti kamu gambar ulang saja.”
Sun Tiantian mengerutkan bibirnya, “Hanya bisa begitu.”
Awalnya, ibunya ingin datang menjemputnya. Tapi karena Sun Tiantian ingin pulang bersama Shen Nianshen, dia secara khusus mengatakan pada ibunya untuk tidak usah kemari jemput.
Setelah meninggalkan gerbang kampus, Shen Nianshen memanggil taksi. Sun Tiantian sibuk menghentikannya, “Kita naik MRT saja, aku tidak ingin pulang secepat itu.”
Dia masih ingin bersama Shen Nianshen untuk beberapa saat lagi.
Shen Nianshen menatapnya sebentar sebelum mengangguk, “Oke.”
Untung sudah libur, juga bukan jam kerja. MRT dalam keadaan kosong dan ada banyak tempat duduk.
Sun Tiantian memegang tangan Shen Nianshen sepanjang jalan dan bertanya pelan, “Apa yang akan kamu lakukan malam ini?”
Shen Nianshen menjawab, “Mungkin istirahat sebentar.”
“Besok?”
Shen Nianshen, “Tidak tahu, kamu ada rencana?”
Sun Tiantian menggelengkan kepala, “Aku belum memikirkannya. Nanti setelah pulang, aku akan memikirkannya dan meneleponmu nanti malam.”
Shen Nianshen mengangguk, “Oke.”
Setelah dua jam naik MRT, akhirnya mereka sampai di stasiun tujuan.
Rumah Sun Tiantian di pinggiran kota, butuh waktu setengah jam perjalanan dengan MRT.
Keluar dari stasiun MRT, mereka menunggu beberapa saat di pinggir jalan dan pulang naik taksi.
Setengah jam kemudian, akhirnya mereka tiba di rumah Sun Tiantian.
Lingkungan tempat tinggalnya sangat bagus dan sangat tenang.
Dilihat sepintas, itu adalah komplek perumahan mewah. Setiap rumah memiliki pekarangan yang luas dan pekarangan itu semarak dengan bunga dan tanaman.
Shen Nianshen berdiri di luar komplek dan melihat ke dalam. Dia berbalik dan berkata pada Sun Tiantian, “Pulanglah, nanti malam baru berkabar.”
Sun Tiantian menatapnya dan bertanya pelan, “Kamu tidak mau mampir ke rumahku? Orang tuaku sangat ingin bertemu denganmu.”
Shen Nianshen menatapnya dan berkata, “Apa boleh lain kali?”
Sun Tiantian mengangguk, “Baiklah, berhati-hati saat kamu pulang. Telepon aku setelah sampai di rumah.”
“Baik.”
Sun Tiantian sedikit tidak rela, masih berdiri di sana tanpa bergerak.
Shen Nianshen tersenyum dan membelai kepalanya, “Masuklah, nanti aku akan meneleponmu.”
Barulah Sun Tiantian mengangguk dan mengambil alih kopernya. Dia menoleh ke belakang setiap tiga langkah berjalan dan masuk ke dalam rumah dengan enggan.
Shen Nianshen terus berdiri di sana. Setelah sosok Sun Tiantian tidak terlihat lagi, barulah dia berbalik dan kembali ke jalan tadi dia datang.
Sesampainya Shen Nianshen di rumah, waktu sudah lewat jam dua siang. Di rumah sangat sepi dan tidak ada orang di ruang tamu.
Shen Nianshen berganti sepatu dan memasuki rumah. Dia berjalan perlahan menuju ke kamar nenek dan melihat nenek sedang tidur siang. Setelah merasa lega, dia menutup pintu dengan pelan dan kembali ke dalam kamarnya.
Dia membuka ritsleting jaketnya dan duduk di atas tempat tidur, bersandar pada kepala tempat tidur untuk menelepon Sun Tiantian.
Di sisi lain telepon, Sun Tiantian sedang makan kue yang dibuat oleh ibunya. Ketika ponselnya berdering, dia segera menyeka mulut dan berlari ke lantai atas dengan ponselnya.
Nyonya Sun sungguh tidak berdaya dan berteriak dari belakang, “Aduh, pelan-pelan. Nanti kamu jatuh.”
Sekembalinya ke kamar, dia segera mengunci pintunya. Sun Tiantian menjawab telepon sambil menjatuhkan dirinya ke tempat tidur, “Ah Nian, kamu sudah sampai rumah?”
Sebuah suara yang riang terdengar dari seberang sana, suasana hati Shen Nianshen pun membaik, “Hmm, sudah sampai. Kamu sedang apa?”
Sun Tiantian berguling di tempat tidur dan berkata dengan gembira, “Aku tadi sedang makan kue. Ibuku membuatkan kue untukku.”
Shen Nianshen tersenyum, “Makanlah lebih banyak.”
“Ah Nian, kamu suka kue rasa apa?” Saat Sun Tiantian tadi makan kue, dia baru saja berpikir. Beberapa hari lagi ulang tahun Shen Nianshen, dia ingin membuatkan kue untuknya.
“Kue? Aku biasanya tidak makan.”
“Aduh, kamu tinggal sebutkan saja salah satu. Pasti ada yang kamu suka, kan?”
“Sungguh tidak ada.” Shen Nianshen sejak kecil tidak terlalu suka makan kue, dia tidak tahu rasa apa yang dia sukai.
Sun Tiantian menghela napas, “Baiklah.”Kemudian dia berkata dengan gembira, “Kalau aku suka makan kue krim vanila, enak sekali.”
Shen Nianshen mendengarkan di seberang sana dan diam-diam mengingatnya.
Kedua mengobrol beberapa saat sampai Nyonya Sun memanggil Sun Tiantian dari bawah. Sun Tiantian bangkit dari tempat tidur, “Ah Nian, aku tutup dulu. Ibuku memanggilku di bawah, nanti malam aku video call ke kamu.”
Shen Nianshen, “Oke.”
Tidak ada suara lagi di ujung telepon sana, tapi Shen Nianshen masih memegang ponsel dan tidak kunjung meletakkannya. Setelah beberapa saat, barulah dia meletakkannya.
Dia menyandarkan punggungnya ke kepala tepat tidur, sedikit mendongakkan kepalanya dan menatap langit-langit kamar yang sudah retak.
Kamar yang sempit dan udara yang lembab. Lingkungan tempat tinggal yang sudah biasa untuknya, tiba-tiba menjadi tekanan yang tak terlukiskan.
Dia menatap langit-langit untuk waktu yang lama dan tiba-tiba teringat sesuatu, dia mengeluarkan gambar yang tadi dia sembunyikan di sana.
Tatapannya tertuju pada barisan kata di bawahnya: 20 Januari 2012, aku dan Ah Nian berciuman, senangnya ^_^
Melihat wajah yang tersenyum bahagia itu, Shen Nianshen akhirnya tidak bisa menahan tawa.
Dia menatap lukisan itu sangat lama, lalu meletakkannya di laci kamar yang terkunci dan menyimpannya.