My Husband With Scholar Syndrome - Extra 5
Ketika Bai Xiao Tuanzi lahir, dia sering menangis; menangis saat lapar, menangis saat haus, menangis di siang hari, menangis di malam hari, menangis kapan saja. Ketidakteraturan dan kedaruratan terus-menerus itu telah menyusahkan ayahnya.
“Kenapa kau selalu menangis?” Bai Chuan menatap marah pada si bayi di dalam stroller.
“Wa wa wa~~” Bai Xiao Tuanzi bukan cuma menangis, tapi dia juga mengiler saat menangis.
Mysophobia Bai Chuan kambuh, dia mengeluarkan tisu dan mulai menyeka liur anak itu, “Ibumu juga suka mengiler saat dia masih kecil.”
“Wa wa wa~~” Bai Xiao Tuanzi terus menangis, ilernya terus mengalir, Bai Chuan terus menyeka. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh mereka untuk bolak-balik seperti ini hingga pada akhirnya, Bai Xiao Tuanzi menangis hingga ketiduran sendiri.
Bai Chuan menderita sakit kepala akibat keributan itu, dan dia merasa agak jijik dengan berandal cengeng itu.
“Ini adalah putramu, jangan benci dia.”
Bai Chuan teringat kembali pada desakan berulang kali dari istrinya. Dia merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk mempertahankan cintanya kepada putranya, jadi dia pun mengulurkan jarinya untuk menyodok Bai Xiao Tuanzi yang baru saja tertidur. Bai Xiao Tuanzi membuka sepasang mata badamnya yang tampak sama persis dengan ibunya. Bai Chuan merasa lebih baik ketika dia menatapnya, namun kemudian si Xiao Tuanzi yang belum cukup tidur, terbangun dan meratap ‘wa wa~‘ lagi.
Ekspresi di wajah Bai Chuan kembali jadi kaku. Dia mengambil sebungkus tisu yang baru saja dibuka di tangannya, dan menyeka dengan serius.
“Wa wa wa~~” Bai Xiao Tuanzi terus menangis, dan akhirnya membangunkan Mu Xiaoya yang sedang tidur nyenyak.
“Apa yang kau lakukan?” Mu Xiaoya berjalan memasuki kamar bayi.
“Menyeka iler.” Bai Chuan mengangkat tisu di tangannya.
“….” Mu Xiaoya tak bisa berkata-kata selama sesaat. Dia berjalan menghampiri dan mengangkat anak itu lalu membujuknya dua kali, dan Bai Xiao Tuanzi langsung berhenti menangis. Saat anak itu kembali tidur, Mu Xiaoya berkata pada Bai Chuan, “Saat bayinya menangis, peluk dia seperti yang telah kulakukan barusan tadi, dan dia akan segera berhenti menangis.”
“Lalu, bagaimana dengan ilernya?”
“Tunggu sampai bayinya tidur sebelum kau menyekanya.”
“Oh.” Bai Chuan mengangguk dengan patuh.
“Dan… saat bayinya tidur, kau tak diperbolehkan untuk mencolek dia.” Jangan pikir Xiaoya tak melihat titik merah pada wajah si bayi. Bai Chuan pasti telah diam-diam mencoleknya lagi.
“Oh.” Jawaban yang ini sepertinya agak enggan.
“….” Mu Xiaoya tiba-tiba merasa kelelahan. Dia berpikir apakah dia seharusnya kembali ke kediaman Keluarga Bai untuk sebulan paska-melahirkannya.
****
Beberapa bulan kemudian, Xiao Tuanzi Keluarga Bai sudah merangkak, pantat kecilnya terbungkus popok, merangkak-rangkak di sekitaran rumah. Semuanya adalah hal baru baginya; bermain-main di sini, mengambil sesuatu di sana. Dan dalam sekejap, dia bisa menjungkirbalikkan rumahnya. Bai Chuan dengan marah membeli pagar besar dan mengurung si Xiao Tuanzi di dalamnya.
“Main di dalam, kau tak boleh keluar,” Bai Chuan memberi perintah.
Entah kenapa, si Xiao Tuanzi mengambil balok mainan, mengangkat tangan montoknya, dan melemparkan benda itu keluar dari pagar. Bai Chuan melihatnya, jadi dia memungutnya dan melemparkannya kembali ke dalam. Bai Xiao Tuanzi mengira kalau ayahnya sedang bermain bersamanya, jadi dia melemparkannya lagi dengan lebih banyak kegembiraan, berjalan dengan langkah kaki tertatih sementara tangan kecil gendutnya gesit bagaikan angin. Bai Chuan jadi lebih marah lagi, jadi dia melangkah ke dalam pagar dan menyingkirkan semua mainan Xiao Tuanzi, tak meninggalkan apa pun di situ.
“Wa wa wa~~~” Mainan sudah tidak ada, dan dia juga tak bisa keluar, jadi Bai Xiao Tuanzi pun meratap hingga mengguncangkan Langit.
Bai Chuan yang sudah nyaris meledak, langsung mengeluarkan headphone yang telah dipersiapkannya lebih awal, dan menonton putranya menangis dalam diam.
Kalau begitu menangis sajalah, tunggu sampai kau selesai menangis, aku akan menyeka liurmu lagi.
Mu Xiaoya, yang sedang memasak di dapur, mendengar suara keras tangisan putranya. Dia langsung menghampiri dan melihat putranya sedang ditindas oleh sang ayah, jadi dia pun marah, “Kenapa kau menyingkirkan semua mainan bayinya?”
“Dia lempar-lempar.” Bai Chuan tak berpikir kalau dirinya bersalah.
“Kalau begitu kau seharusnya main bersamanya ah.” Mu Xiaoya menyita headphone Bai Chuan. Mana ada ayah yang mengenakan headphone saat putranya menangis? “Pasang kembali balok-balok susunnya kemudian kau bisa makan.”
Bai Chuan merana dengan mulut dirapatkan. Dia meletakkan balok-balok susunnya lagi dan duduk di dalam pagar, memasangnya kembali. Setiap kali dia memasang satu, Bai Xiao Tuanzi akan mengangkat entah kaki atau tangan dan, olala~ semuanya berjatuhan ke lantai, membuat Bai Chuan begitu marah hingga dia ingin menangis. Namun Mu Xiaoya telah menyuruhnya untuk memasang kembali balok-balok susunnya, jadi dia pun lanjut berjuang dengan segenap kemampuannya, sementara Bai Xiao Tuanzi lanjut merobohkannya dengan riang gembira: Permainan baru ini seru, dan wajah ayah merah.
Bai Chuan marah, jadi dia menekan putranya dengan satu tangan dan lanjut memasang balok-baloknya dengan tangan yang lain. Mu Xiaoya yang sudah selesai memasak makanannya, kembali untuk menemukan adegan ini dan jadi tak mampu berkata-kata, “Aku tak menyuruhmu untuk menyusunnya, aku menyuruhmu untuk mengajari si bayi yang menyusunnya ah.”
Bai Chuan menatap Xiao Tuanzi montok yang terus menendang-nendang di tangannya, dengan serius meragukan bahwa dia takkan bisa makan dalam waktu cukup lama bila dia harus mengajari anak itu. Akan tetapi, IQ makhluk ini sepertinya mengikuti IQ istrinya, jadi Bai Chuan bisa dianggap telah menemukan ‘poin bagus’ lain dari putranya.
****
Segera setelahnya, Xiao Tuanzi keluarga Bai, yang sudah belajar untuk berjalan dan bicara, sudah mulai mengerjakan Lego.
Saat Bai Xiao Tuanzi berumur dua tahun, Mu Xiaoya mulai mempersiapkan dirinya masuk TK. Dia membeli banyak buku pendidikan dan kartu untuk anak-anak pra-sekolah dan mengajari Xiao Tuanzi di rumah.
“Ayo, mari kita hitung sama-sama.” Mu Xiaoya mengajak anaknya berhitung, “Satu dua tiga empat lima enam tujuh… apa selanjutnya?”
“Tujuh… delapan sembilan sepuluh….” Si Xiao Tuanzi montok mengacungkan tangan kecilnya satu persatu.
“Hebat! Bayi kita benar-benar pintar.” Mu Xiaoya tiba-tiba mendapat telepon, jadi dia pun memberikan putranya pada Bai Chuan, “Xiao Chuan, ajari bayi kita berhitung.”
Bai Chuan duduk di depan putranya, menatap si Xiao Tuanzi, “Apa yang ada setelah sepuluh?”
Bai Xiao Tuanzi menggelengkan kepalanya, mengindikasikan bahwa dia tak tahu.
Bai Chuan mulai mengajarinya, “Setelahnya adalah sebelas, kemudian dua belas, kuasai aturannya dan lanjutkan berhitung sampai seratus.”
“….” Xiao Tuanzi yang berumur dua tahun mengekspresikan kalau dia tak memahami aturannya.
“Kenapa kamu bodoh sekali?” Bai Chuan berkata jujur tentang IQ-nya sendiri.
Bai Xiao Tuanzi bertahan dari bahasa alien ayahnya. Setelah lewat setengah tahun lagi, Bai Xiao Tuanzi akhirnya bisa menghitung dengan mulus hingga seratus dan menemukan polanya.
“Aku sudah menemukan polanya, kupikir aku bisa menghitung hingga seribu,” Bai Xiao Tuanzi mengumumkan keras-keras.
“Sayang hebat sekali.”
“Kenapa sayang sepintar ini ah?”
“Sayang, kau luar biasa.”
Di bawah omong kosong berwarna pelangi dari para kakek neneknya, Bai Xiao Tuanzi dengan bangga membusungkan dadanya.
“Menghitung hingga seratus setelah tiga tahun, bodoh.”
Bai Chuan, yang tak pernah diabaikan oleh keluarganya, menerima tiga putaran mata pada saat bersamaan.
“Wa wa~~” Bai Xiao Tuanzi yang baru saja merasa bangga, menangis dan menghambur ke dalam pelukan neneknya. Dia hanya bisa belajar berhitung hingga seratus setelah tiga tahun, dia juga berpikir kalau dirinya bodoh.
“Kenapa kamu menangis? Keluarga kita kan kaya, tidak masalah kalau kau agak bodoh,” Bai Zheng menghibur.
Orangtua Bai memicing pada putra pertama mereka: Apa kau yakin kalau ini adalah penghiburan?
“Uhuk…. Paman juga baru bisa belajar menghitung pada usia tiga tahun.” Bai Zheng berbohong lewat gigi terkatup. (Dia toh tidak ingat.)
Orangtua Bai: …..
Bai Xiao Tuanzi: jadi Paman seperti aku.
Bai Chuan: Ternyata, Kakak juga begitu bodoh, tapi sepertinya dia masih bisa menghasilkan uang.
****
Beberapa bulan kemudian, Bai Xiao Tuanzi yang selalu berpikir dirinya bodoh, masuk TK, dan kemudian mendapati bahwa semua teman kecilnya di TK ternyata bodoh.
“Wah, kamu hebat ah, kamu bisa membangun kastilnya dengan sangat cepat.”
“Wah, kamu hebat ah, kamu bisa menulis namamu sendiri.”
“Wah, kamu hebat ah, kau bahkan bisa menghitung dua belas tambah dua belas.”
Setelah dipuji oleh teman-temannya, Xiao Tuanzi Keluarga Bai pun jatuh cinta dengan TK nya. Dia akhirnya menemukan kelompoknya sendiri setelah Pamannya oh.
***
Tiga bulan setelah Bai Xiao Tuanzi masuk TK, dia memiliki pertanyaan yang sama seperti sebagian besar anak-anak, yaitu, bagaimana dia datang ke dunia.
Dia berlari untuk bertanya pada ayahnya, “Ayah, bagaimana aku bisa lahir?”
“Nggak bisa bilang padamu,” Bai Chuan menjawab.
“Kenapa?” Xiao Tuanzi jadi lebih penasaran lagi.
“Karena… ibumu bilang kalau proses kamu bisa sampai lahir ke dunia tidak cocok untuk anak-anak,” Bai Chuan menjawab dengan hati-hati.
Apa itu ‘tidak cocok untuk anak-anak’?
Bai Xiao Tuanzi lanjut berlari dan bertanya pada ibunya, “Bu, apa itu ‘tidak cocok untuk anak-anak’?”
“Siapa yang membuatmu menanyakan ini?” Mu Xiaoya menegang.
“Aku tanya pada ayah dari mana aku berasal, dan ayah bilang kalau proses bagaimana aku datang ke dunia ‘tidak cocok untuk anak-anak’,” Bai Xiao Tuanzi menjawab dengan logis.
“Bai Chuan, omong kosong apa yang kau katakan pada anakmu?!” Mu Xiaoya kembali ke kamar mereka untuk memberi pelajaran pada Bai Chuan. Setelah kembali dia mengarang, “Seorang malaikat memberikanmu kepada ibu sebagai anugerah.”
“Kenapa anugerah malaikan tidak cocok untuk anak-anak?” Bai Xiao Tuanzi bertanya.
“….” Mu Xiaoya tak bisa mengarang lagi, jadi dia menawarkan sebuah jawaban mahakuasa, “Kau akan tahu saat kau tumbuh dewasa.”
****
Saat Bai Xiao Tuanzi berumur empat tahun, Bai Chuan dan Mu Xiaoya mengadakan upacara pernikahan mereka. Bai Xiao Tuanzi mengenakan setelah putih bersih dengan ekor walet di belakang bokongnya, membawa sebuah keranjang bunga kecil di tangannya seraya menaburkan bunga-bunga di sepanjang jalan. Rekannya adalah seorang gadis kecil berumur setahun lebih muda darinya. Dia adalah putri Bibi Fang Hui.
“Bai Xiao Tuanzi, bagaimana kalau adikmu ini menjadi istrimu di masa mendatang?” Fang Hui menggoda Xiao Tuanzi.
“Apa itu istri?” Bai Xiao Tuanzi bertanya.
“Ibumu adalah istri ayahmu ah,” Fang Hui berkata.
“Kalau begitu biar adik menciumku.”
“Hei, kau itu hanya seorang bocah, sudah mengambil keuntungan bahkan sebelum kau berumur empat tahun. Ini sama sekali tak mirip dengan Mumu atau Bai Chuan ah, dasar setan cilik, pada akhirnya kau itu mirip siapa?”
Bai Xiao Tuanzi berpikir kalau pamannya bodoh seperti dirinya. “Seperti Paman.”
“Jadi Bai Zheng adalah orang semacam ini?” Fang Hui terbengong-bengong.
Bai Zheng tak tahan untuk bersin-bersin dan menatap mereka dengan curiga.
Liang Nuonuo yang memandangi keramaian itu, mencondongkan tubuh dan bertanya, “Kenapa adik harus menciummu sebelum menjadi istrimu?”
“Karena Ayah suka mencium Ibu, jadi kalau kami ciuman dan tak membencinya, maka dia bisa jadi istriku,” Bai Xiao Tuanzi menjawab secara metodis.
“Ooh, itu masuk akal loh,” Liang Nuonuo menatap Fang Hui, “Bagaimana kalau kita biarkan putrimu mencium sekali?”
“Enyah! Bagaimana kau bisa bersikap seperti ini sebagai seorang ibu baptis?” Liang Nuonuo adalah ibu baptis dari putri Fang Hui.
“Aku nggak sehebat kamu, sudah memberikan putrimu pada seseorang,” Liang Nuonuo menyerang.
“Aku kan cuma bercanda ah.” Bagaimana Fang Hui bersedia berpisah dengan putrinya?
“Wa~~” Si gadis kecil dalam gaun putri tiba-tiba menangis.
“Sayang, ada apa?” Fang Hui bertanya pada putrinya sambil menggendongnya.
“Kakak… menggigitku.” Jari gemetar si gadis kecil tertuju pada Bai Xiao Tuanzi.
“Ibu Baptis, adik menangis begitu aku mencium dia, dia tak bisa menjadi istriku, biar dia jadi adikku kalau begitu,” Bai Xiao Tuanzi tampak tertekan.
“….” Wajah Fang Hui kelaparan.
“HAHAHA~” Liang Nuonuo tertawa hingga air matanya keluar.
————–
Versi Inggris bisa dibaca di: isotls.com/extra-5-bai-little-dumplings-growth-records/