Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 78
Li Yuanying tak pernah bepergian seorang diri.
Tetapi mendengar bahwa Wei Shu tidak bahagia, dia pun juga merasa tidak bahagia. Ayah dari Keluarga Wei itu tak banyak mengiriminya surat sepanjang tahun dan dia juga tak pernah mendengar Adik Shu menyebut-nyebut tentang keluarganya sebelum ini. Bagaimana bisa mereka mencuri Adik Shu begitu saja begitu mereka pulang?
Tak menjadi masalah kalau Adik Shu pergi bersama mereka dengan sukarela, tapi sangat jelas kalau Adik Shu tak mau.
Memikirkan kembali pada surat Wei Shu di mana gadis itu menyebutkan bahwa mereka mungkin takkan pernah bertemu lagi, Yuanying sangat marah dan merasa perlu untuk membawa Adik Shu kembali. Seorang teman yang disayangi oleh Li Yuanying tak boleh sampai merasa diri mereka telah disalahi. Tidak bahkan meski hal itu disebabkan oleh ayah dan kakaknya! Kakandanya sendiri adalah sang Kaisar tapi dia toh tetap melakukan apa pun yang dia inginkan!
Li Yuanying terburu-buru di sepanjang perjalanan dan menyuruh orang-orangnya yang mahir menunggang kuda agar pergi lebih dulu untuk menanyakan apakah Keluarga Wei sudah lewat. Akhirnya setelah lewat dua hari, dia menemukan dari seorang pengurus pangkalan persinggahan bahwa belum lama ini ayah Wei Shu telah memakan sesuatu di sini sebelum berangkat kembali.
Menerima kabar tentang Wei Shu, Yuanying langsung menaiki kudanya dan membawa orang-orangnya untuk mengejar mereka.
Para pekerja di pangkalan semuannya berhenti bekerja dan menatap penasaran ke arah kepergian Li Yuanying. Mereka bertanya-tanya, “Siapa mereka?” “Dia tidak kelihatan seperti anak dari keluarga biasa!” “Ya tentu saja! Memangnya siapa anak dari keluarga biasa yang dikawal oleh begitu banyak orang bersenjata?”
Si pengurus pangkalan keluar setelah mendengar ribut-ribut dan membubarkan kelompok itu dengan melambaikan tangannya.
“Kalian lihat-lihat apa? Memangnya kalian pantas mendiskusikan soal kaum bangsawan? Hati-hatilah jangan sampai bangsawan itu mencongkel mata kalian!”
Semua orang pun bubar.
Dengan cepat Li Yuanying menyusul kereta Keluarga Wei.
Dibandingkan dengan kelompoknya yang gagah perkasa, kereta keluarga Wei tampak kumuh. Bahkan tidak ada satu pun pembantu tambahan selain si kusir.
Mendengar derap cepat tapal kuda datang dari belakang, kusir yang berpengalaman itu dengan cepat mengguncangkan tangannya untuk mengelak supaya kelompok itu bisa lewat. Alih-alih dirinya malah dikelilingi oleh kuda-kuda yang kuat. Hal ini membuatnya gugup dan dia serta kuda tuanya yang jinak pun tak berani bergerak lebih jauh.
Segera, Li Yuanying pun tiba di atas punggung seekor kuda yang sekepala lebih pendek dari yang lainnya ke bagian depan kereta itu, matanya terpancang pada tirai yang tertutup.
Ayah Wei Shu merasakan ada sesuatu yang salah. Dia mengisyaratkan kepada istri dan anak-anaknya agar tetap tenang. Kemudian dia mengangkat tangannya untuk menyiba tirai kereta. Melihat ada seseorang mendekat, dirinya dibuat agak terkejut karena pemuda ini baru berusia sekitar sebelas atau dua belas tahun tapi postur dan auranya tampak berbeda dari orang biasa.
Wei Shu melongok dan tertegun, berpikir kalau dirinya cuma sedang berkhayal. Begitu memastikan bahwa orang itu memang adalah Li Yuanying, Wei Shu pun bangkit dan bergeser ke depan.
“Yang Mulia Pangeran, kenapa Anda ada di sini?”
Ketika Li Yuanying melihat Wei Shu, dia menekan sikap permusuhannya dan kembali ke gayanya yang ramah. Dengan santai dia turun dari kudanya, berjalan mendekati kereta dan berkata, “Dalam suratmu kau menulis kalau kita takkan pernah bertemu lagi. Tentu saja aku harus datang.”
Wei Shu sudah mengkondisikan dirinya terlebih dahulu agar tidak bersedih tapi ketika Li Yuanying mengucapkan hal-hal semacam ini, tiba-tiba matanya kembali terasa panas. Ada berapa banyak orang di dunia ini yang akan mengejarmu hanya karena satu kalimat dalam suratmu?
Ayah Wei agak kesal karena kedua anak itu tidak menganggap serius dirinya dan malah bicara sendiri. Melihat perbuatan Li Yuanying yang menyuruh agar kereta mereka dikepung, dia pun mencibir dingin: “Apakah Pangeran Teng sedang berusaha menyandera seorang pejabat mahkamah?”
Barulah kemudian Li Yuanying mengalihkan perhatiannya pada ayah Wei Shu.
Ayah Wei Shu tampak sedikit mirip dengan Wei Zheng. Sementara Wei Zheng memiliki wajah keras kepala dan kaku, yang bersangkutan sebenarnya tahu bagaimana harus beradaptasi sesuai dengan situasi lebih baik daripada orang lain. Sementara meski putranya mewarisi penampilannya, ayah Wei Shu itu tak dapat yang lainnya dan tidak mengerti kenapa Wei Zheng dihadiahi posisi Duke Zhen.
Li Yuanying menjawab keheranan: “Aku tak tertarik pada para pejabat mahkamah. Kenapa aku harus menyandera pejabat mahkamah? Aku di sini untuk mencari Adik Shu-ku.”
Pipi ayah Wei Shu bergetar dan dia jadi begitu marah sampai tak bisa berkata-kata.
Dari belakang Wei Ying melangkah maju untuk menghalangi Wei Shu dan berkata marah: “Adik Shu? Siapa yang adikmu? Siapa yang mengizinkanmu jadi begitu dekat dengannya? Bagaimana bisa nama panggilan seorang gadis disebut-sebut dengan sedemikian santainya oleh orang luar?”
Yuanying menjawab penuh percaya diri: “Bukankah sebuah nama diberikan supaya orang lain bisa mengidentifikasi seseorang? Aku masih merasa benci karena Adik Shu terus saja memanggilku Yang Mulia. Kan lebih baik kalau memanggil namaku secara langsung.” Dia mendengus dan mengangkat dagunya untuk bertanya, “Dan siapa kau? Huh? Aku dan Adik Shu sudah sangat lama saling mengenal dan aku belum pernah melihatmu, juga tak tahu apakah kau pernah menulis surat kepadanya. Aku penasaran kau itu nongol dari mana!”
Wei Ying begitu marah sampai-sampai ingin mengoyak Li Yuanying hidup-hidup: “Aku kakaknya!”
Ayah Wei Shu akhirnya mendapatkan kembali suaranya: “Karena Yang Mulia tak berniat untuk menyandera keluarga kami, maka suruh semuanya bubar!”
Li Yuanying memutuskan untuk menjadi berandal: “Tak bisa begitu, aku belum bicara dengan benar pada Adik Shu.”
“Apa yang ingin kau bicarakan?!” (Ayah Wei)
Li Yuanying menyembulkan kepalanya ke dalam kereta. Berusaha melihat melewati kedua pria itu untuk bertemu dengan Wei Shu tapi dihadang rapat oleh mereka. Ayah dan anak ini sangat picik! Karena Li Yuanying tak bisa memainkan triknya, dia pun mulai berdebat dengan ayah Wei: “Aku bertanya pada Wei Changshi, siapa yang lebih tinggi? Duke Zhen atau kau, Sekretaris Kepala?”
Yang bersangkutan mengernyit dan menjawab, “Tentu saja sang Duke.”
Li Yuanying bertanya lagi: “Apakah ayah yang lebih tinggi atau anak?”
“Tentu saja ayah.”
“Begitulah.” Tanpa mengubah ekspresinya, bocah itu menegakkan punggungnya dan menatap langsung ke arah mereka lalu berbohong.
“Sang Duke menyuruhku datang dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Adik Shu. Apa yang terjadi setelah ini sepenuhnya terserah pada Adik Shu. Sekarang aku harus bicara pada Adik Shu sesuai dengan keinginannya, jadi cepatlah menyingkir!”
Ayah Wei tak bisa memercayainya: “Bagaimana bisa ayah menyuruhmu datang?”
Li Yuanying bicara dengan gaya meyakinkan, tanpa ada tanda-tanda goyah ataupun bersalah: “Kenapa tidak? Aku sudah mempelajari seluruh <<Kitab Ritual>> bersamanya dan karenanya aku bisa dianggap separuh muridnya. Wei Zheng sudah berumur lebih dari enam puluh tahun. Kalau dia punya sesuatu yang perlu disampaikan, kenapa dia tak menyuruhku melakukan tugas? Ini namanya adalah ‘menjadi murid yang berguna’!” Demi membuktikan bahwa dirinya sudah belajar di bawah Wei Zheng, dengan tebal muka dia menyombong: “Dia juga bilang kalau aku bisa belajar jauh lebih cepat daripada Anda! Saat Anda seusiaku, Anda harus diajari tiga kali sebelum bisa mengingat sesuatu! Tak percaya? Pilih saja satu kalimat acak dari <<Kitab Ritual>> dan lihat apakah aku belajar lebih baik daripada Anda!”
Li Yuanying bersikap begitu kesatria sehingga pasangan ayah dan anak itu berhasil ditipunya.
Kalau Pangeran Teng benar-benar ada di sini atas permintaan Wei Zheng, maka dia benar-benar tak punya alasan untuk menghentikannya. Bagaimanapun juga, kakek dan nenek Wei Shu sudah begitu lama mengurus putri mereka dengan baik. Dirinya sudah bersalah telah membawa Wei Shu meski ibunya keberatan. Mana berani dia menentang keinginan ayahnya di muka umum?
Dia pun menjawab dingin: “Kau bisa menyampaikan pesanmu sekarang juga.”
Li Yuanying menolak, menunjuk ke arah Wei Ying yang menghadang Wei Shu.
“Kau menghalangi Adik Shu. Minggir. Saat kau bicara pada seseorang, kau harus menatap mata mereka sebagai tanda menghargai.”
Wei Ying berbalik dengan marah, membiarkan Yuanying menatap langsung pada Wei Shu.
“Apa kau bersedia pergi bersama mereka?” Dia bertanya dengan nada tenang, “Kalau kau bersedia, aku akan kirim seseorang untuk menyiapkan banyak barang, nanti beberapa kereta akan langsung mengikutimu. Mereka akan mengikutimu hingga ke tempat barumu dan akan menuliskan alamat dan kita bisa lanjut berkomunikasi seperti sebelumnya.”
Wei Shu menatap lurus pada mata serius Li Yuanying, untuk sesaat tak mampu berkata-kata.
Li Yuanying mengerti.
Wei Shu benar-benar tak bersedia.
Setelah melihat sikap ayah dan kakaknya barusan tadi, sudah jelas kalau mereka bukan jenis orang yang sama. Wei Shu pasti takkan bahagia bersama mereka.
“Kalau begitu biar aku mengajukan pertanyaan lain. Apa kau bersedia untuk tinggal?”
Wei Shu juga tak bisa menjawabnya. Ayah, kakak, dan ibunya semua ada di sisinya. Alasan apa yang dia punya untuk tetap tinggal?”
Li Yuanying bicara langsung pada sasaran dan meneruskan: “Kakek dan nenekmu sudah tidak muda lagi. Tak bisa dipungkiri kalau orang akan mengalami masalah saat mereka semakin tua. Nenekmu tak suka mempekerjakan pelayan dan lebih suka mengerjakan semuanya sendiri. Tapi tak ada seorang pun yang dekat dengannya karena ayah dan paman-pamanmu semuanya sibuk melayani negara dan bibi-bibimu semuanya sudah menikah. Mustahil bagi mereka untuk selalu berada di sisinya. Walaupun kau masih kecil, kau bisa membantu melakukan berbagai tugas, memasak, dan memanggil tabib. Apa kau bersedia bekerja keras dengan tinggal bersama kakek dan nenekmu untuk mengurus mereka dan berbakti kepada kakek dan nenekmu alih-alih kepada orangtuamu?”
Wei Shu mendengarkan dengan tatapan nanar.
“Apa? Kau takut kerja keras?” (Li Yuanying)
“Apa? Tentu saja tidak!” (Wei Shu)
“Aku tahu kalau kau anak yang berbakti, kenapa juga kau takut kerja keras?” Dia tertawa dan memamerkan dua lesung pipit kepada Ibu Wei yang sedang menatap dirinya, tampak imut dan penurut.
“Bibi, maaf karena tak bisa menyapa Anda barusan tadi.”
Ibu Wei merasa dirinya tak pernah melihat anak muda yang lebih menyenangkan dan rupawan dibandingkan yang satu ini.
“Kakek Shu’er benar-benar memintamu datang?”
“Tentu saja. Kalau tidak, mana berani aku datang dan menghentikan orang sembarangan? Sekretaris Kepala Wei juga berkata bahwa dia adalah seorang pejabat mahkamah kekaisaran. Kalau aku, seorang pangeran kecil, berani menyandera seorang pejabat mahkamah, aku pasti akan dimaki sampai mati oleh para pejabat di mahkamah.” Dia lanjut menyerang mumpung masih panas, “Sang Duke tidak punya anak dan cucu satu pun di sekelilingnya, jadi rasanya bisa benar-benar sepi. Kenapa tidak melakukan begini saja? Kalian suami istri ini pergilah ke tempat penugasan baru kalian sementara kedua anak tetap tinggal di Luoyang. Mereka bisa kembali ke Chang’an bersama dengan kakek setelahnya.”
Kalau Li Yuanying membawa pergi Wei Shu seorang, ayah gadis itu tentu saja takkan setuju. Tapi kalau Li Yuanying membuat Wei Ying tinggal juga dan memutarnya menjadi sebuah cerita berbakti kepada orangtua mereka, maka hal itu akan memengaruhi ayah Wei Shu yang sudah merasa malu karena selalu berada jauh. Bagaimana bisa dia menolak permintaan ayahnya sendiri?
Tanpa disadari, ayah Wei Shu pun melunak. Dia menatap istrinya untuk meminta pendapat.
Sang istri membuat keputusan: “Kalau begitu, Ying’ee dan Shu’er harus tinggal.”
Li Yuanying menambahkan lebih banyak minyak ke dalam api: “Kakak Wei harus tinggal di Chang’an karena lebih bermanfaat. Aku punya teman bernama Tang Xuan yang usianya kira-kira sebaya. Dia datang ke Chang’an seorang diri dan masuk ke Akademi Kekaisaran. Sekarang dia ada di antara murid-murid terbaik, bekerja sangat keras!” Walaupun Li Yuanying memang telah berkontribusi (membantu Tang Xuan bertemu dengan Kong Yingda), dia tak bisa mengakuinya.
“Walaupun Kakak Wei memang bisa menunggu warisan gelar tanpa bersusah payah, tapi menurutku seorang pria harus belajar lebih banyak pengetahuan dan keahlian. Tidakkah kalian setuju dengan kata-kataku?”
Wei Ying merona.
Tentu saja ayahnya akan setuju dengan Li Yuanying. Jika sang ayah tak setuju, dia takkan melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk mengumpulkan pengalaman seperti yang dilakukannya sekarang. Dia ingin menjadi orang yang berguna bagi negara dan rakyatnya. Setelah mendengar pernyataan ini, dia pun mengubah pandangannya terhadap Li Yuanying dan mengangguk setuju.
“Benar.”
Yuanying juga mengangguk tegas: “Kakak Wei, kalau kau tinggal, kau juga bisa masuk ke Akademi Kekaisaran. Mereka yang bergabung merupakan calon pilar-pilar negara ini dan mereka datang dari segala penjuru negeri. Mereka memiliki proses tumbuh yang berbeda dan tentunya memperoleh wawasan yang berbeda. Mengenal beberapa orang kawan baik lagi dan bukan hanya meningkatkan pengetahuanmu tapi juga memperluas cakrawalamu. Karena itu, menurutku lebih baik kalau Kakak Wei juga tinggal. Terlebih lagi, Kakak Wei seharusnya gembira karena Adik Shu adalah seorang adik perempuan dan bukannya adik laki-laki. Kalau tidak, dia pasti akan masuk ke Akademi Kekaisaran, dan mungkin bahkan menjadi murid terbaik!”
Berpikir bahwa kecerdasan putrinya jauh melampaui teman-teman sebaya gadis itu, ayah Wei setuju dengan Li Yuanying dan menatap Wei Ying dengan sorot lebih galak: “Bawa adikmu dan ikuti Yang Mulia Pangeran Teng untuk bertemu dengan kakekmu. Kemudian bersiaplah untuk masuk ke Akademi Kekaisaran.”
Hingga dirinya dimasukkan ke dalam kereta Pangeran Teng oleh orangtuanya, bersama dengan barang bawaan serta adiknya, Wei Ying masih terlongong-longong. Kenapa dia gagal membawa adiknya pergi dan dirinya sendiri juga jadi membayar harganya? Kenapa sikap ayah terhadap Li Yuanying jadi sepenuhnya berbeda dari awalnya? Kenapa tiba-tiba ayah jadi begitu galak kepada putranya sendiri?
Dengan sukses Li Yuanying mengakali Adik Shu masuk ke dalam keretanya sendiri dan kemudian meminta agar beberapa kereta yang membawa hadiah mengikuti di belakang kereta kecil Keluarga Wei. Dengan penuh perasaan dia menggenggam tangan Ayah Wei dan berkata, “Semua ini bukan barang-barang berharga, cuma beberapa buku, kuas, tinta, kertas, dan batu tinta. Kalau Adik Shu ada di Chang’an, dia bisa pergi ke perpustakaan untuk membaca dan tak membutuhkan benda-benda ini. Bawalah benda-benda ini ke tempat baru supaya para pelajar setempat bisa meminjam dan menggunakannya.”
Ayah Wei tak bisa menolak benda semacam ini karena bermanfaat bagi kebudayaan dan pendidikan. Dengan perasaan malu dia setuju, merasa kalau dirinya benar-benar sudah salah memfitnah anak yang baik ini.
Desas-desus memang berbahaya!
Anak ini pengertian dan bijak. Sikap arogan di awal mungkin adalah karena kesalahpahaman di antara kedua belah pihak!
Li Yuanying melakukan semua sopan santun dan berdiri di sana untuk mengantar kepergian mereka. Satu kereta itu sudah berubah menjadi satu iring-iringan kecil. Barulah hingga mereka sudah pergi cukup jauh, Li Yuanying menyerahkan kuda poninya dan buru-buru masuk ke dalam kereta untuk bergabung dengan kakak beradik Wei.
Wei Ying berkata waspada: “Kenapa kau naik?!”
Li Yuanying mengabaikan sambutan Wei Ying, mengeluh pada Wei Shu: “Setelah menunggang kuda selama dua hari, aku sudah kelelahan tapi untung saja berhasil menyusul.”
Wei Shu menatapnya dengan mata berbinar: “Apa Kakek benar-benar memintamu datang?”
Dia merasa bahwa ini bukanlah sesuatu yang akan dilakukan oleh kakeknya.
Li Yuanying mengerjap, lalu berkata polos: “Kurasa Wei Tua seharusnya memikirkan hal yang sama.”
Tiba-tiba Wei Ying mengerti bahwa dirinya sedang berada di atas kapal bajak laut! Tak ada permintaan dari kakeknya, bocah ini sudah berbohong kepada ayahnya!
“Suruh orang berhenti sekarang juga, aku akan melaporkanmu!” (Wei Ying)
Dengan antusias Li Yuanying menanyakan tentang keinginan Wei Ying: “Kakak Wei, apa kau mau pergi ke Luoyang dalam posisi duduk seorang diri, atau apa kau mau seseorang memukulmu hingga pingsan dan pergi ke Luoyang dalam posisi mendatar?”
Wei Ying: “….”
———–
Catatan Pengarang:
Pangeran Kecil: semua kelompok oposisi adalah harimau kertas! Mau mencuri teman kecilku! Mustahil!!! Bahkan orangtua juga tak bisa melakukannya!!!