Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 71
Pada hari ketika rombongan keluarga istana melakukan perjalanan ke Luoyang, Yuanying membawa surat-surat bersamanya dan bersiap untuk betemu dengan para rahib di Luoyang untuk sebuah pelajaran kecil-kecilan pada topik yang berhubungan dengan ‘teh dan zen’.
Ketika Li Er melihat Yuanying berlarian ke berbagai kuil sepanjang hari, Beliau mulai cemas kalau adiknya ini sekarang ingin menjadi rahib. Namun setelah melihat adik yang sama ini menggigit sepotong daging sendi, seketika Beliau pun mengesampingkan kecemasannya. Ketika Li Er mendengar bahwa semua Teh Seribu Emas disambar oleh para penganut Buddhisme, Beliau tak tahu bagaimana harus bicara ataupun bagaimana harus bereaksi.
Sepertinya kegemaran bocah ini akan berbagai kisah pada akhirnya memiliki kegunaan karena anak itu mampu menyampaikan cerita-cerita yang begitu menarik sehingga orang-orang dibuat terpana! Apakah bisnis perdagangan teh akan meluas hingga Kekaisaran Tibet masih belum jelas, namun di dalam Chang’an kini ada sebuah tren baru untuk minum teh. Hubungan yang dibangun dari para penganut Buddhisme tak terbayangkan besarnya. Orang-orang seperti Ouyang Xun punya murid, teman-teman lama serta jaringan hubungan yang sangat luas. Begitu mereka mulai menyajikan teh kepada para tamu, mereka akan membawa sebuah tren minum teh seperti yang telah dilakukan oleh Kaisar ketika Beliau membagi-bagikannya sebagai hadiah istana tahun lalu.
Fang Xuanling menunggang di belakang Kaisar dan mendesah: “Kemampuan Pangeran Teng benar-benar menakjubkan.” Bukan hanya anak itu telah menjual teh lewat pusat pengobatan namun Tabib Sun juga bersedia mengiklankannya dan menyajikannya baik kepada para pasien maupun para murid. Kini setelah anak itu selesai mengacak-acak klinik, dia pun mengarahkan pandangannya ke kuil. Hebat!
“Dia itu hanya menggerakkan otak liciknya dengan cepat.” (Li Er)
“Kalau saja putra saya memiliki pikiran licik semacam itu, saya akan sangat gembira.” (Zhangsun Wuji)
Semua orang setuju.
Li Er tertawa dan merasa bangga.”
“Kau itu hanya membicarakannya dengan santai. Kalau dia benar-benar adalah putramu, kau pasti ingin memukul dia tiap hari. Selain itu, kalau bocah itu mendengar semua ini, dia akan bilang bahwa kau sedang mengambil keuntungan darinya!” (Li Er)
Wajah Fang Xuanling berkedut ketika membayangkan Li Yuanying memanggil mereka pak tua dan seketika itu juga merasa iri kepada Wei Zheng karena punya cucu perempuan yang sangat baik. Berkat cucu perempuan ini, biasanya Yuanying lumayan bersikap hormat kepada Wei Zheng!
Li Yuanying tak tahu kalau orang-orang di luar sedang membicarakan tentang dirinya. Dia sedang duduk dengan nyaman di dalam kereta sambil bercerita kepada Sizi dan anak-anak lainnya.
Sejak kali terakhir bicara pada sistem, dirinya jadi sadar bahwa orang-orang telah meminta pengembalian uang akibat ketidaktepatan dalam perpustakaannya. Yuanying mengibaskan tangannya untuk mengisyaratkan bahwa mereka akan mengembalikan uang semua orang yang menginginkannya tanpa ragu.
Tanggapan sigap Li Yuanying dan permintaan maaf sistem telah membuat lebih banyak orang lagi menjadi penggemarnya. Perhatian terhadap perpustakaan pribadi Li Yuanying terus meningkat dan orang banyak mengekspresikan bahwa gayanya unik di dalam Perpustakaan Alam Semesta.
Sekarang ini kalau seseorang mengkritik mereka karena berbagi informasi ‘palsu’, para penggemar akan membela dengan berkata bahwa pengembalian uang serta permintaan maaf telah diberikan sehingga siapa pun yang tak mau melihatnya bisa minggat saja. Tak perlu menyasar seorang bocah sepuluh tahun dan sistem bodohnya yang seperti pengasuh.
Sistem bodoh yang seperti pengasuh: “….”
Dahulu, sistem ini adalah sebuah sistem hebat yang telah memang sepuluh kali berturut-turut dalam Daftar Kontribusi perpustakaan Sepuluh Ribu Dunia!
Li Yuanying tak terlalu peduli. Setelah memastikan bahwa semua anak akan pergi ke Luoyang bersama-sama, dengan girang dia meminta sistem agar membantu mendesain kereta baru. Sebelumnya Li Yuanying tak terlalu peduli soal kereta tapi karena Sizi sedang tak terlalu sehat, dia ingin gadis-gadis itu bisa melakukan perjalanan dengan nyaman.
Li Yuanying meminta para perajin terbaik dari kakandanya dan merancang ulang beberapa kereta dengan bantuan sistem. Kereta baru itu memiliki struktur yang mengagumkan, berjalan dengan mulus, dan lebih tahan banting. Walaupun ukurannya serupa dengan kereta aslinya, interiornya jauh lebih luas, di dalamnya hampir seperti sebuah rumah kecil di mana semuanya bisa ditemukan degan mudah di sana.
Li Yuanying merasa puas dengan peningkatan ini dan memberi pujian besar kepada sistem. Sejak sistem berhenti mengirimkan tugas kepadanya, mereka jauh lebih bersedia membantunya mendesain berbagai hal. Pada kali terakhir, desa rumah pohon di Kebun Bunga Matahari merupakan sesuatu yang dia nanti-nantikan!
Yuanying yang gembira, membawa kereta baru itu untuk ditunjukkan kepada Li Er.
Alhasil, sang Kaisar menginstruksikan agar semua kereta yang digunakan untuk perjalanan ini dirancang ulang agar mirip dengan yang ini.
Kelompok itu berhenti untuk istirahat sebentar di kaki Gunung Li dan Li Er membawa orang-orangnya untuk berendam di sumber air panas di dekat situ.
Mengingat perilaku buruk Li Yuanying yang pada kali terakhir menceritakan kisah-kisah hantu, Li Er memerintahkan agar adiknya itu berendam bersama Beliau.
Li Yuanying tak keberatan dan bergegas duduk di dalam sumber air panas dengan pantat telanjangnya.
“Kakanda Kaisar, apa Kakanda mau mendengar cerita?”
Li Er bertekad tidak memberi anak itu kesempatan untuk menjadi setan: “Tutup mulut.”
Yuanying berenang ke sisi Li Er dan berkata tidak senang: “Apa gunanya berendam kalau saya tak bisa bicara? Pada kali terakhir, saya bercerita kepada para anak laki-laki. Menghabiskan waktu dengan Kakanda itu sungguh membosankan. Saya bahkan tak bisa bicara sepatah kata pun?! Ada perkataan lama yang bilang: ‘Menghentikan orang bicara itu lebih berbahaya daripada menghadang sungai agar berhenti mengalir. Kalau sungainya meluap maka ada banyak hal yang akan hancur, sama halnya juga dengan orang’. Karena itu, air perlu mengalir dan ketika orang ingin bicara, Kakanda harus membiarkannya. Kalau tidak, konsekuensinya akan lebih buruk daripada tepi sungai yang meluap!”
Urat-urat kebiruan berkedut-kedut di dahi Li Er.
Beliau bilang tutup mulut tapi bocah ini masih belum selesai bicara ya?
Zhangsun Wuji kegirangan ketika dia mendengar percakapan itu dan menambahkan: “Akhir-akhir ini Baginda Kaisar tidak bisa tidur dengan nyenyak, lebih baik jangan menceritakan kisah-kisah hantu kepada Beliau.”
Yuanying langsung bertanya dengan penuh perhatian: “Kakanda, kenapa tidur Kakanda tidak nyenyak? Haruskah kita panggil tabib Sun untuk memeriksa Kakanda?” Sun Simiao sudah lama tak lama meninggalkan kota dan tulang-tulangnya kaku karena bosan akibat tinggal kelamaan di Chang’an. Tentu saja sang tabib bergabung dengan rombongan menuju Luoyang.
“Cuacanya panas dan lembab, zhen akan baikan setelah berendam.”
Dengan seksama Yuanying mengamati kakandanya dan menyimpulkan bahwa Beliau tampak baik-baik saja tanpa gejala sakit yang kentara, jadi dia pun merasa lega. Sebelumnya Tabib Sun sudah memberitahunya bahwa suasana hati seseorang sangat memengaruhi tubuhnya. Kalau kau mempertahankan suasana hati yang baik, lebih kecil kemungkinan kau akan jatuh sakit.
Karena Li Er tak punya penyakit parah, Li Yuanying pun kembali ke dirinya yang ceria. Karena dia tak diperbolehkan menceritakan kisah-kisah hantu, mari kita pilih para menteri yang hadir.
“Aku mendapati bahwa orang-orang di dalam kolam ini cukup simetris.”
Li Er memberinya lirikan dari samping. “Apaan itu soal simetris?”
Yuanying menunjuk ke arah Wei Zheng dan Zhangsun Wuji: “Kurus lawan gendut!”
Wei Zheng: “….”
Zhangsun Wuji berkata ceria: “Ya, Lao Wei memang agak terlalu kurus.” Lalu mengenai disebut gendut oleh seorang bocah, Zhangsun sama sekali tak keberatan.
“Benar! Menurut pendapatku, satu-satunya orang yang lebih kurus daripada dia adalah cendekia tua Ouyang.” Setelah bicara, Yaoying menunjuk pada Yuchigong dan Kong Yingda: “Hitam lawan putih!”
Kong Yingda mencabut sehelai jenggotnya.
Yuchi tersenyum penuh hormat dan tak peduli kalau dirinya disebut berkulit gelap. Orang-orang di dalam pasukan sudah seharusnya memiliki kulit lebih gelap sehingga mereka tampak lebih mengintimidasi!
Li Yuanying memberikan komentarnya tentang semua orang dan pada akhirnya tinggal tersisa sang Kaisar dan dirinya sendiri.
“Besar lawan kecil!”
Li Er mengangguk, mengindikasikan bahwa hal itu memang cukup masuk akal.
Yuanying berpikir sejenak dan kemudian berubah pikiran.
“Nggak, semestinya adalah rubah tua licik dan anak yang jujur!” Dia masih kecil, mungil, dan jujur. Dirinya jelas adalah seorang anak yang jujur! Lalu untuk kakanda Kaisarnya, tak peduli bagaimanapun kau melihatnya, Beliau itu licik luar dalam!
Orang-orang langsung jadi bisu.
Kemudian, mereka melihat Li Yuanying, si anak jujur, berlari dengan pantat telanjang sebelum sang Kaisar bisa memukulnya. Sekejap kemudian dirinya tak kelihatan di mana-mana.
Zhangsun Wuji dan yang lainnya tak bisa menahan tawa mereka dan membujuk: “Baginda, harap tenang.”
Apa yang bisa Baginda Li Er lakukan selain menenangkan amarah Beliau? Beliau tak bisa bersikap tak tahu malu seperti adiknya dan berlarian tanpa pakai celana.
Malam itu, Li Er segera tertidur setelah berendam. Tapi tiba-tiba Beliau mendengar suara anak-anak panah terbang di udara. Beliau tersentak bangun dan di luar sudah terdengar suara-suara ribut langkah kaki.
Li Er berpakaian sementara para pelayannya pergi mencari tahu apa yang sedang terjadi. Sejenak kemudian, seorang pengawal melaporkan bahwa dua orang prajurit yang menemani mereka merasa kalau perjalanan ini berat dan tak mau lagi mengawal kelompok itu ke Luoyang dan karenanya dengan sengaja mereka menembakkan anak-anak panah untuk membuat gangguan.
Mendengar alasan yang begitu ironis, ekspresi Li Er pun menjadi muram.
Semua pengawal itu dipilih secara seksama dan pemeriksaan latar belakang mereka memainkan peranan terpenting. Mereka menembakkan anak-anak panah gara-gara aksi protes bahwa perjalanan ini berat kedengarannya sungguh konyol. Istana dijaga ketat, apa mereka benar-benar berpikir bahwa mereka takkan ketahuan? Sang Kaisar pun menginstruksikan bahwa para prajurit itu harus dibawa untuk ditanyai dan supaya keamanan diperketat.
Pada saat ini, Yuanying sedang duduk di bawah lentera dan membantu Sun Simiao memeriksa buku pengobatan mereka <<Resep Seribu Emas>>. Buku ini jauh lebih baik daripada buku-buku pengobatan yang beredar di luaran saat ini. Yuanying merasa agak takjub oleh buku ini, dan sesekali dia akan menanyakan hal-hal yang tidak terlalu dia mengerti kepada sistem. Di bawah bimbingan sistem, Li Yuanying ternyata menemukan area-arena yang perlu dikembangkan. Dia membuat catatan dan bersiap untuk mendiskusikannya dengan Sun Simiao besok.
Mendengar suara langkah kaki, Dai Ting yang berdiri di luar, menegakkan diri dengan waspada. Pada perjalanannya menuju Gaochang, dia telah mengembangkan kebiasaan untuk waspada seperti seorang prajurit dan dia merasakan hampir setiap pergerakan.
Dai Ting pergi ke luar untuk memeriksa apa yang sedang terjadi.
Setelah diberitahu tentang instruksi sang Kaisar, dia pun lalu melaporkan apa adanya kepada Li Yuanying.
Yuanying meletakkan bukunya dan mendengarkan. Tak bisa dipungkiri dia berpikir bahwa hal yang sama telah terjadi di Istana Jiucheng pada kali terakhir. Setiap kalinya dia mendapat kesimpulan yang sama bahwa menjadi Kaisar itu sungguh tidak mudah. Pada saat seperti itu, Yuanying takkan membuat ulah. Dia meletakkan bukunya dan menunggu Dai Ting membantunya bersiap-siap untuk tidur.
Pagi-pagi keesokan harinya, Yuanying bersiap lebih awal dan berlari ke tempat Li Er untuk sarapan. Anak-anak lainnya juga datang. Kelompok lobak-lobak kecil itu tak menyadari adanya keributan pada malam sebelumnya dan tidur dengan nyenyak.
Li Er jelas tidak tidur nyenyak dan ada lingkaran hitam di bawah matanya. Ketika kelompok itu melanjutkan perjalanan mereka setelah makan, Li Er tidak menunggang kuda melainkan masuk ke dalam kereta yang luas dan sudah dikembangkan. Yuanying tidak langsung bergabung dengan anak-anak, tapi malah pergi ke tempat Li Er untuk mencari tahu lebih banyak soal kejadian semalam.
Li Er tak mengusir Li Yuanying. Perjalanannya panjang dan membosankan. Bagus juga kalau ada seseorang yang bisa menghilangkan kebosanannya. Mendengar Yuanying menanyakan tentang kejadian semalam, Li Er menatapnya.
“Kau cukup siaga.”
“Bukan saya. Saya sedang membaca ketika Dai Ting di luar menyadari ada ribut-ribut.”
Bicara tentang Dai Ting, tentu saja Yuanying harus menyombongkan pencapaiannya, berkata bahwa Dai Ting lebih hebat daripada jenderal dalam pasukan.
Li Er adalah orang yang berpikiran terbuka dan memberitahukan semua yang terjadi semalam kepada anak itu.
Li Yuanying terkejut ketika dia mendengar alasan aneh itu. Karena kau tak mau melakukan perjalanan ke Luoyang maka kau melakukan sesuatu yang setara dengan pemberontakan?
“Dua orang ini gila, mereka berani memikirkan hal-hal yang lebih konyol daripada aku!”
Ini adalah kali pertama Li Er mendengar seseorang membandingkan dirinya dengan pengkhianat.
Beliau berkata dengan nada enteng: “Benarkah? Zhen lihat pemikiranmu cukup berani.”
Li Yuanying menyanggah dengan tegas: “Tidak, hal paling buruk yang pernah saya pikirkan adalah diam-diam membakar perpustakaan ketika guru-guru saya memaksa saya membaca. Pada saat itu, saya bahkan sudah mendapatkan pemantik tapi sayangnya sebelum saya bisa belajar cara menggunakannya, ibunda sudah menangkap basah perbuatan saya. Ibunda tidak memarahi saya dan hanya duduk sambil menyeka air matanya. Setelah itu saya tak berani lagi memikirkan tentang hal itu.”
Li Er tak pernah menyangka kalau koleksi buku-bukunya akan bertemu dengan krisis semacam itu dan berkata tenang: “Kalau begitu zhen harus memberi hadiah kepada ibundamu untuk mewakili semua cendekia di dunia ini.”
Yuanying menyadari bahwa tanpa disengaja dia telah membongkar kesalahannya sendiri. Dia buru-buru menggenggam kedua tangan Li Er dan memohon: “Tidak, Kakanda tak mendengar kata-kata saya! Kalau Kakanda mengungkit hal ini, Ibunda akan menangis lagi!”
Li Er menatapnya dengan sorot penuh makna: “Itu akan tergantung pada performamu.”
Segera, semua orang mendapati bahwa Pangeran Teng telah berubah menjadi adik terbaik dalam tempo satu malam. Setiap hari dia mengekori Li Er dan kalau ada makanan enak, dia akan menawarkannya terlebih dahulu kepada Baginda Kaisar. Kalau ada anggur dan teh yang bagus, dia akan memberikannya terlebih dahulu kepada Kaisar. Sepasang kakak beradik itu tampak memiliki hubungan yang sangat penuh hormat.
Diam-diam semua orang jadi bertanya-tanya: Kenapa raja setan cilik ini tiba-tiba mengubah sifatnya?
—————-
Catatan Pengarang:
Wei Zheng: Penjilat. Orang tak tahu malu!
Kong Yingda: Penjilat, tak tahu malu!
Zhangsun Wuji: Menjilat, orang tak tahu malu!
Pangeran Kecil: Kalian mungkin tak memercayaiku saat aku mengatakan hal ini, tapi aku tak punya pilihan lain!