Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 147
Laporan rahasianya baru saja tiba. Mulanya sang Kaisar tak ingin bekerja pada hari libur, namun dengan Li Yuanying membuat begitu banyak kehebohan, Beliau pun memutuskan untuk membacanya.
Isi laporannya apa adanya; semuanya tentang apa yang sedang dilakukan oleh Zhang Liang dan Hou Junji.
Zhang Liang pernah melaporkan Hou Junji tapi dia tak membalas namun juga tak sekedar berdiam diri. Dia telah memasang mata-mata untuk mengawasi Hou Junji setiap saat. Hou Junji merasa tidak puas dan berupaya menghubungi Putra Mahkota lewat menantunya Helan Chushi. Komentarnya saat mabuk telah dilaporkan ke mahkamah.
Li Er tentu saja tau kalau Li Yuanying telah mendengar pembicaraan mereka saat mabuk dan bertanya-tanya apakah anak itu akan memberitahu Beliau soal hal tersebut. Tak disangka, Yuanying memang datang namun malah membicarakan tentang Zhang Liang.
Jadi laporan rahasia yang rutin dikirimkan kepada Kaisar ini telah ditambah dengan satu orang di dalamnya.
Kedua orang ini ada di antara dua puluh empat pejabat berjasa yang dipilih sendiri oleh sang Kaisar. Asalkan mereka tidak mengambil langkah berikutnya, Beliau tidak akan turun tangan. Jika mereka benar-benar berani bertindak, mari kita lihat ada berapa banyak orang yang bisa ditarik keluar oleh kedua orang ini!
****
Pada saat yang sama, Li Yuanying pulang ke rumah dengan raut kecewa, ditemani oleh dua orang pengawal yang dikirim untuk mengawasi dirinya.
Ini adalah perlakuan yang sudah lama tidak didapatkannya, dan dia telah dibuat merasa malu dan depresi. Begitu sampai di rumah, dia mencium aroma harum yang datang dari dalam.
Yuanying mengendus, dan depresi karena telah dikurung pun lenyap seketika. Dia pun berlari riang mencari Liu Baolin.
“Hari ini kita makan apa? Aku sudah menciumnya dari kejauhan, aromanya sangat enak.”
“Kita akan mmembuat kepiting, jadi aku menghangatkan arak krisan untukmu.”
Liu Baolin membuka arak krisan yang sudah dipanaskan; arak beras dengan keharuman krisan dan terasa hangat serta lembut, pas sekali jika disandingkan dengan kepiting musim gugur.
Liu Baolin memperingatkan: “Jangan makan terlalu banyak, perutmu bisa sakit.”
“Ya, aku tahu.” Dia sudah besar tapi Liu Baolin masih saja memperlakukannya seperti anak-anak.
Memangnya aku orang seserakah itu?!
Kepiting paling enak kalau dimakan langsung setelah dikukus. Liu Baolin sudah tahu kalau Yuanying akan pulang dan karenanya sudah mempersiapkannya. Pengasuh memberitahu Li Yuanying tentang niat baik Liu Baolin, berkata bahwa kepiting-kepiting ini telah diantar sejak lama, dan bahwa ibu telah memelihara mereka dengan seksama, menunggu dirinya pulang dan mencicipinya.
Kepiting sulit untuk dimakan. Tidak banyak orang yang menjualnya di pasar dan orang-orang di istana tidak menyukainya. Untung saja, Restoran Fengthai memiliki udang, kepiting, sayuran, serta buah-buahan musiman sepanjang tahun. Liu Baolin meminta sejumlah bahan-bahan itu dan bersiap untuk memasaknya ketika Li Yuanying pulang.
Di mana ada makanan, maka tak ada masalah. Li Yuanying pun melupakan semua hal tentang tugas yang diberikan oleh Baginda Kaisar dan memandangi ibu membuat saus cocolan dengan penuh minat. Saus itu bahan utamanya adalah pasta jeruk dan cuka jahe. Jeruk juga sedang musim akhir-akhir ini dan kelihatan begitu bundar dan kuning, sangat imut.
Li Yuanying menawarkan diri untuk membantu mengupas jeruk. Liu Baolin menyuruhnya mencongkel daging kepiting dan mencampurnya dengan garam halus. Di luar itu adlah hhal-hal yang berada di luar kemampuan Li Yuanying, dan dia pun cuma duduk di samping dan menonton ibu mempersiapkan saus. Tiba-tiba, dia menghela napas.
“Ada apa?”
“Aku berusaha membujuk Kakanda agar mengirimku ke wilayah perdikanku hari ini tapi Kakanda menolaknya.”
Yuanying berpikir kalau Kakanda Kaisar memang sungguh aneh. Mereka yang ingin tinggal dipaksa keluar sementara mereka yang ingin pergi malah tidak dibolehkan pergi.
“Zhi Nu pernah bilang kalau Perfektur Teng berada di dekat laut jadi kepiting di sana pasti sangat lezat. Aku penasaran apakah jeruk di sana juga seenak dan sewangi ini ketika direbus menjadi saus cocolan!”
Liu Baolin juga memimpikan untuk pergi dan dirinya juga ikut menghela napas. Dia tahu sifat putranya dengan sangat baik. Jika seseorang sampai membuatnya merasa tidak nyaman, anak itu pasti akan membalas.
Dengan sifatnya, sungguh berbahaya kalau tetap tinggal di Chang’an. Anak itu semakin tumbuh besar dan segera mereka tak bisa lagi memakai kekanakannya sebagai alasan.
Namun jika Kaisar menolak membiarkan mereka pergi, apa yang bisa dilakukan oleh ibu dan anak itu?
Liu Baolin hanya bisa menghibur lembut anaknya: “Tak usah terburu-buru. Mungkin Baginda Kaisar akan mempertimbangkannya lagi setelah kau lulus dari akademi.”
“Setelah liburan ini, Akademi Kekaisaran akan mengadakan ujian yang mirip dengan ujian musim gugur yang diadakan di luar. Kalau lulus, maka bisa ikut serta dalam ujian musim semi tahun depan. Aku akan mengikutinya dan jika aku lulus, aku takkan perlu lagi kembali ke sekolah!”
“Kau percaya diri?”
“Aku kan tidak mengincar hasil terbaik. Kurasa takkan terlalu sulit kalau untuk sekedar lulus.”
Karena nilainya seringkali berpindah-pindah antara menjadi yang terbaik dan terburuk, perlahan-lahan Yuanying berhasil menemukan beberapa trik. Asalkan dia tetap merahasiakan ekornya, dia bisa membereskannya.
Ini adalah ide yang terpikirkan olehnya secara dadakan dan dia belum mendiskusikannya dengan Wei Shu dan yang lain. Alasan utamanya sebenarnya karena dia sudah merasakan cukup banyak kesenangan di sekolah dan tak lagi merasa butuh untuk tinggal lebih lama. Lalu mengenai ujiannya, Yuanying cuma ingin lulus.
Yuanying percaya diri kalau dia bisa mengatasinya.
Setelah berdiskusi cepat dengan Liu Baolin, pasangan ibu dan anak itu pun menyantap kepiting musim gugur kukus bersama-sama.
Aroma arak krisan sungguh pas, dan begitu dituang ke dalam cawan, aromanya langsung memenuhi ruangan. Kepitingnya montok dan Yuanying mengupasnya dengan tangannya sendiri. Rasanya lezat ketika dicelup ke dalam saus jeruk yang manis dan harum serta terasa segar tanpa sedikit pun rasa amis.
Yuanying makan satu lalu satu lagi dengan penuh kepuasan dan kemudian perutnya mulai terasa agak sakit.
Liu Baolin merasa senang karena anaknya makan dengan lahap namun ketika mendengar kalau Yuanying sakit perut, dia pun buru-buru meminta agar tabib istana dipanggil.
Datang dan perginya tabib istana menyebabkan keributan. Tabib yang sedang bertugas berujar tanpa daya: “Dia kebanyakan makan kepiting dan sekarang jadi kembung.” Sang tabib ingin memberi Li Yuanying obat untuk pencernaan namun ketika Yuanying mendengar kalau dirinya cuma sedang kembung, dia pun menolaknya, berkata bahwa obat dalam dosis tinggi adalah racun dan dia takkan pernah meminum obat sembarangan!
Aku sudah mempelajari pengetahuan medis dari Guru Sun, kenapa aku perlu menemui tabib lain? Buang-buang waktu saja!
Si tabib istana mendengus dingin dan mengumumkan secara luas fakta bahwa Li Yuanying kebanyakan makan.
Karena sekarang adalah Festival Pertengahan Musim Gugur, Sizi dan anak-anak keluarga istana lainnya menemani sang Kaisar makan malam. Ketika mereka mendengar bahwa Li Yuanying kekenyangan sampai tak bisa bergabung dengan mereka, mereka pun langsung berlari datang untuk menghibur paman kecil.
Yuanying menatap gadis-gadis kecil dengan wajah cemas itu dan langsung mengerti apa yang dimaksud dengan ‘kabar baik tidak keluar tapi kabar buruk menyebar hingga ribuan li’. Bukankah dia cuma makan beberapa ekor kepiting?!
Yuanying berkata tegas: “Paman baik-baik saja!”
Sesaat kemudian, Li Xiang dan Bola Bundar Kecil juga datang. Li Xiang menggenggam tangannya: “Manman! Kakenda bilang Manman sakit perut. Lain kali jangan kebanyakan makan!”
Bola Bundar Kecil mengangguk sungguh-sungguh dan menimpali: “Nggak! Manman nggak nurut!”
Yuanying sudah pulih dari sakitnya. Melihat begitu banyak anak telah berkumpul, dia memutar matanya dan setengah berbaring di bangku panjang, berkata bahwa dirinya lemah dan butuh dirawat. Dia menyuruh satu anak bercerita untuknya, lainnya menuangkan air dan lainnya lagi mengambilkan handuk hangat untuk dahinya. Dia memainkan permainan tabib-pasien dengan penuh minat.
Sekelompok kepala lobak kecil penuh dengan semangat tinggi. Dengan cepat Yuanying pulih dari sakitnya lalu membawa mereka mengunjungi Gaoyang untuk melihat bulan.
Menara pengamat bintang yang tinggi adalah tempat yang bagus untuk melihat bulan. Yuanying membawa segerombolan lobak kecil menaiki menara untuk menatap ke kejauhan. Saat ini sudah malam, dan bulan purnama naik tinggi di langit, besar dan bundar, terang dan memikat. Cahaya dari seluruh kota Chang’an tak mampu menutupi kecemerlangan purnama. Bumi diselimuti dalam cahaya bulan nan lembut, tampak begitu tenang dan indah.
Li Yuanying mengangkat Bola Bundar Kecil yang tubuhnya paling pendek sehingga anak itu juga bisa menikmati rembulan.
“Manman, hari ini bulannya besar sekali!”
Li Yuanying mengangguk.
Bola Bundar Kecil memeluk leher Yuanying dan berkata sungguh-sungguh: “Manman, aku akan pergi ke Perfektur Xiang. Ayah ada di sana dan aku mau pergi juga.”
Adik Bola Bundar Kecil sekarangg sudah berumur lebih dari setahun dan bisa melakukan perjalanan dengan kereta ataupun kapal. Hari ini, Kakenda bertanya apakah dia ingin mencari ayah. Dia tak tahan meninggalkan Li Xiang dan Manman, tapi dia juga kangen pada ayah. Dia dan ayah adalah keluarga, dan dia ingin pergi ke tempat ayah.
“Yah, keluarga memang harus bersama-sama. Kalau begitu aku akan mengunjungimu.”
Bola Bundar Kecil gembira dan ingin membuat janji kelingking.
Yuanying bersenang-senang dengan para lobak kecil. Ketika sudah tiba waktunya tidur, dia ingat kalau dia belum menulis refleksi dirinya satu kata pun. Kalau dia tidak cepat-cepat melakukannya, dirinya akan dikurung di dalam istana selamanya! Dia pun buru-buru duduk tegak, berpakaian, dan berlari ke luar belajar untuk belajar semalam suntuk.
Ketika Li Yuanying bergerak, para pelayan pun harus bangun. Kedua orang dayang istana menyalakan lentera dengan cepat dan bertanya, “Apakah ada sesuatu yang mendesak, Yang Mulia?”
Kedua dayang istana itu tampak familier. Bukankah mereka adalah dayang-dayang yang membantunya menggali akar teratai?
“Kalian kembar ya? Siapa yang lebih tua dan siapa yang lebih muda?”
Gadis-gadis itu sungguh ceria dan dengan cepat memperkenalkan diri. Yang satu bernama Huangying dan yang lainnya Huangli; keduanya dinamai menurut burung yang bisa berkicau. Mereka adalah kembar identik namun Huangying kidal dan Huangli tidak. Kau bisa mengidentifikasi mereka dengan melihat tangan dominan mereka.
Kedua dayang itu mengoceh dan bicara dengan semangat seperti beberapa orang. Yuanying berpikir kalau nama mereka sungguh cocok.
“Aku ingin menulis sesuatu, jadi kalian bisa istirahat di luar. Aku akan panggil kalian saat aku butuh sesuatu.”
Huang Ying dan Huang Li membuatkan teh untuknya, menyiapkan tinta, lalu pergi.
Yuanying menulis apa yang dia pikir merupakan ujaran pembelaan yang sempurna sepanjang malam lalu mengirimkannya pada Kaisar. Li Er hanya meliriknya lalu mengirimkannya kembali tanpa belas kasihan.
Yuanying merasa kalau Li Er sengaja mempersulit dan dengan marah membawa artikel ‘refleksi diri’ itu kepada Wei Zheng untuk dikomentari serta untuk mengetahui apakah sang Kaisar memang sengaja mengurung dirinya di dalam istana?
Ketika Wei Zheng mendengar bahwa Kaisar Li Er menyuruh anak itu menulis karya refleksi diri, wajahnya sedikit tenang, lalu dia membacanya.
Setelah membaca dua paragraf, Wei Zheng melemparkannya kembali lalu menyuruh anak itu keluar.
Yuanying pergi dengan kecewa, mengesah bahwa kerja kerasnya tidak diterima. Dia sudah membuat beberapa modifikasi, kenapa semua orang mengusirnya?
Yuanying menimbang-nimbang tapi dia tak bisa menemukan alasannya. Dia pun pergi ke Paviliun Hongwen di Istana Timur untuk mencari Xiao Deyan.
Ketika mengerjakan hal-hal seperti ini, yang paling penting adalah memahami pemikiran orang memberikan pertanyaan. Yuanying tak bisa mengerti artikel macam apa yang Kaisar inginkan. Kalau dia sungguh sudah menulis artikel yang bagus, akankah Petugas Sensor Kekaisaran berhenti membenci dirinya?
Yuanying membuatkan sendiri teh untuk Xiao Deyan.
Istana Timur mendapat informasi lebih banyak dari dunia luar, dan Xiao Deyan sudah mendengar semua tentang perbuatan Li Yuanying.
“Yang Mulia, apa ada sesuatu yang ingin Anda tanyakan?”
Yuanying memasukkan daun teh ke dalam air mendidih. Ketika dia mendengar pertanyaan itu, dia terdiam lalu berkata dengan bersungut-sungut, “Aku belum terpikirkan tentang apa yang ingin ditanyakan.”
Dahulu, dia tak mau melakukan apa-apa selain makan serta minum dengan baik dan dirinya menjalani kehidupan yang bahagia. Dalam kurun dua tahun terakhir, dia sudah banyak melihat, banyak berpikir, banyak menginginkan, dan banyak mencoba. Dia merasa kalau sesuatu sedang menjebaknya.
Sesuatu itu tak terlihat dan tak berbentuk, namun amat sangat menjengkelkan, dan mengikuti dirinya ke mana-mana. Dia ingin membebaskan diri, tapi tak tahu harus mulai dari mana, karena dia menyadari bahwa bahkan sang Kaisar juga tak bisa benar-benar bebas. Sebaliknya, Kakanda Kaisarnya itu terperangkap lebih erat dibandingkan siapa pun!
Dia tak menyukai perasaan ini dan dia tak mau lagi bermain dengan orang-orang ini. Dia cuma ingin pergi dan menjadi seorang pangeran yang bebas merdeka.
Namun tak bisa dipungkiri, dia merasa bahwa dirinya mungkin takkan bisa mendapatkan keinginannya bahkan jika dia pergi ke wilayah perdikannya.
Yuanying memikirkan hal itu, tapi tetap tak bisa menemukan jawabannya. Dia minum teh bersama Xiao Deyan dan memberitahu yang bersangkutan tentang perasaan terperangkapnya yang tak bisa dijelaskan.
Xiao Deyan tak menyangka dirinya akan menyebutkan topik seperti ini.
Pria tua itu terdiam sejenak sebelum menjawab: “Ketika orang hidup di dunia ini, mereka mendapat beberapa dan kehilangan beberapa. Kau tak bisa memiliki semuanya.”
Perlahan Xiao Deyan melanjutkan, “Tidak banyak orang di dunia ini yang memiliki kemewahan untuk bisamengikuti semua keinginannya. Dengan hati-hati mereka diajari oleh orangtua dan guru-guru mereka tentang apa yang harus mereka lakukan dan apa yang harus mereka katakan serta seperti apa seharusnya kehidupan mereka.”
Yuanying tak membalas.
Ketika dia menulis sebuah artikel yang mengusulkan agar anak-anak perempuan semestinya diberi hak yang sama untuk mengikuti ujian negara, Guru Ma mengatakan sesuatu tentang ‘semuanya sudah demikian adanya sejak masa kuno.’
“Kau berbeda. Sebelumnya kau tidak dikekang jadi kini ketika ada kekangan, kau merasakannya secara mendalam.”
“Seperti yang mereka pasang pada lembu?”
Xiao Deyan mengangguk.
Yuanying membisu tapi perlahan dia mendapatkan konsepnya.
Dia sudah pernah melihat orang menjinakkan lembu di Kecamatan Hu. Ketika mereka bekerja di ladang, orang-orang akan menjejalkan bambu ataupun tali rami ke dalam mulut lembu-lembu itu untuk mencegah mereka mengunyah rumput. Hidung lembu-lembu itu juga berlubang dan mereka mengenakan cincin hidung. Katanya lembu paling takut pada rasa sakit di hidung mereka. Jika mereka tidak menurut, talinya akan ditarik dan mereka akan bekerja dengan patuh serta tak berani membangkang perintah!
Manusia juga sama dengan lembu.
Semua orang punya tali pada diri mereka. Ketika orang lain melihat sesuatu yang berbeda, mereka akan memakai nilai-nilai mereka untuk menilai orang lain. Mereka akan melakukannya hingga orang lain itu menurut dan kemudian dunia pun akan jadi damai.
“Aku tak menyukainya.”
Xiao Deyan menatapnya dengan sorot hangat. “Tak ada seorang pun yang menyukainya.”
Tapi tidak banyak yang mampu mengubahnya.
Mengubah pikiran satu orang itu mudah, tapi mengubah pikiran semua orang itu sulit.
Yuanying merasa kalau hal ini sungguh menyedihkan. “Pokoknya, aku tak menyukainya.”
Tak ada seorang pun boleh berani membuatnya menurut masuk dalam lingkaran!