Like Wind on A Dry Branch - Chapter 27
“Apa kau yakin itu wabah?”
“Seorang tabib dan pemberi berkat telah mengkonfirmasi ini sebagai wabah, Tuanku.”
“Killian menggertakkan giginya. “Kapan mereka tahu tentang penyebarannya, dan berapa lama perjalananmu kemari?”
“Saya berangkat segera setelah kami mengetahui tentang penyebarannya di Gedung Timur, dan saya telah berpacu selama dua hari.”
“Laporkan semuanya, termasuk wilayah-wilayah barat.”
“Sebelum wabahnya ditemukan di antara para nona di Gedung Timur, ada laporan tentang penyakit demam yang dicurigai sebagai wabah, menyebar di wilayah-wilayah barat. Pada saat laporan diterima, jumlah korbannya kira-kira sekitar delapan puluhan.” Vector mengabaikan suaranya yang parau dan melanjutkan laporannya. Dia bahkan tak berpikir untuk menyeka titik-titik keringat yang mengalir di rahangnya. “Sekelompok kesatria, tabib, dan penyihir telah melakukan perjalanan keluar untuk memastikan kebenaran dari laporannya. Saya pergi begitu ketiga orang nona dari Gedung Timur menjadi sakit karena saya memutuskan bahwa tak ada waktu untuk menunda-nunda.”
Vector melanjutkan laporannya, terengah. Jenis wabahnya, area tempat wabahnya menyerang, dan perkiraan penyebarannya saat ini sesuai dengan informasi yang dilaporkan.
Wajah orang-orang berubah seiring dengan setiap kata yang keluar dari mulut Vector. Bahkan jika wabahnya belum menyerang Axias sampai sejauh itu, semua orang masih bisa mengingat bencana epidemi sekitar sepuluh tahun yang lalu, membunuh sepertiga populasi Kekaisaran dalam waktu lima tahun. Wabah yang melanda sembilan belas tahun yang lalu tepat pada puncak penyatuan Kekaisaran, dan baru bisa diatasi dengan susah payah empat benas tahun yang lalu, namun merupakan hal umum jika mendengar seluruh desa terjangkit.
Bencana Wabah Diritas. Penyebaran sebuah wabah yang nyaris menghancurkan Kekaisaran yang baru disatukan oleh Kaisar Pertama. Tak ada seorang pun yang bisa melupakan bencana yang menyebabkan hilangnya nyawa sepertiga dari populasi hanya dalam waktu lima tahun. Banyak kota yang hancur karenanya, dan banyak orang yang kehilangan orangtua, teman-teman, serta tetangga dekat mereka.
Bahkan Killian, seorang anggota dari keluarga kekaisaran, tidak terkecuali. Karena saudari tirinya, seorang putri kekaisaran yang masih muda, kehilangan nyawanya akibat wabah pada waktu itu.
Orang-orang yang seumuran dengan Killian serta para kesatrianya waktu itu semuanya masih berusia remaja dan ingat pada apa yang terjadi. Sebagian besar rakyat Axias adalah pengungsi dari tempat-tempat yang dilanda wabah dan menetap di tanah Axias yang jauh, yang pada waktu itu baru saja berdiri. Perasaan terancam bahaya yang mereka rasakan bahkan lebih kuat lagi pada mereka yang memiliki ingatan semacam itu.
“Apa kalian telah mengisolasi area penyebaran wabahnya?”
“Gedung Timur langsung diisolasi. Penyebaran wabah di wilayah barat belum dipastikan, tapi untuk saat ini sudah ditangani, dan para kesatria telah berangkat ke sana. Saya datang kemari tanpa memastikannya dengan mata kepala saya sendiri, tapi para kesatria akan sudah tiba dan memasang pembatasan untuk melakukan perjalanan. Leonidis telah menangani di sana. Kalau ternyata bukan wabah, mereka akan menarik kembali larangan bepergian, dan setelahnya….” Laporan Vector berlanjut.
Semoga saja, dugaan ini salah. Tapi tetap akan harus dianggap benar. Vector tak mengatakannya, tapi sangat tinggi kemungkinan bahwa ada wabah di wilayah barat, bahkan tanpa mempertimbangkan situasi kemungkinan terburuk.
Delapan puluh orang. Biasanya, ketika ada lebih dari sepuluh kasus wabah di sebuah wilayah, jumlahnya berlipat ganda dalam kurun waktu satu atau dua hari. Pada saat ini…. Dan pada saat mereka tiba di Axias….
Killian mengeratkan kepalan tangannya.
Kalau mereka diisolasi tepat waktu, maka takkan menjadi masalah. Ini masih bisa diatasi.
“Jadi, kita takkan bisa tahu jumlah kasus-kasus tambahan di wilayah barat. Apakah Gedung Timur adalah satu-satunya tempat di mana wabahnya dikonfirmasi? Dan status pasien-pasiennya?”
“Dua hari sebelum saya pergi, Nona Charlotte dan Nona Deborah menunjukkan gejala-gejala demam tinggi dan kekurangan tenaga secara umum, tapi mereka masih mampu bergerak dan tubuhnya masih cukup kuat. Tapi….” Wajah Vector menggelap. “Nona Anna berada dalam kondisi yang sangat buruk. Kondisinya menurun setelah dia mengalami demam tinggi dan muntah-muntah semalaman, jadi mereka memanggil tabib untuk mencari tahu apakah itu adala gejala-gejala wabahnya….”
Wajah para wanita dari Gedung Timur menjadi kaku pada kabar buruk yang secara intuitif mereka ketahui akan datang.
“Penyakitnya telah berkembang jauh lebih besar daripada apa yang diperkirakan hanya dalam waktu beberapa hari.”
Rietta berdiri di sana, matanya menatap kehampaan. Percakapan yang berlangsung bolak-balik tepat di sisinya bergema samar bagai percakapan di dunia lain.
“Kenapa perkembangan penyakitnya secepat itu? Apakah ada iblis wabah?”
“Tak ada seorang pun yang mampu menentukan penyebabnya. Pensiunan pendeta yang ikut bersama mereka tidak punya cukup kekuatan suci untuk memastikannya.”
Rietta telah kehilangan akal sehatnya seakan dirinya terjebak di dalam mimpi buruk, namun dia berkata seakan sedang mengoyak layar yang mengaburkan benaknya. “Wabah bergerak cepat dalam tubuh anak kecil.”
Dengan penyelaan dari sebuah sumber yang tidak disangka-sangka, tatapan semua orang terpusat pada Rietta.
Killian bertanya cepat, “Anak kecil? Apa Anna bisa dianggap sebagai anak kecil?”
“Ya. Umurnya dua belas tahun, jadi wabahnya akan berkembang pada kecepatan dua kali lipat baginya. Wabah itu segera bisa jadi mematikan.” Rietta berkata dengan nada kaku seakan dia adalah seseorang yang tak bisa merasakan emosi. “Pada sebagian besar kasus, kalau iblis wabah menempelkan dirinya sendiri pada orang dewasa, wabahnya berkembang menjadi koma paling cepat dalam waktu dua minggu. Sejak tahap itu, hanya tinggal masalah waktu hingga kematian datang, dan ini bisa bervariasi, tapi sebagian besarnya tak mampu bertahan selama satu bulan. Dan ada banyak kasus di mana mereka tak mampu bertahan sama sekali.”
Jantung Rietta serasa terjun bebas. Orang-orang mengingat Rietta sebagai pemberi berkat dan bahwa dia datang dari tempat di mana wabahnya menyebar jauh lebih luas.
Suara yang tenang mengalir keluar dari mulutnya seakan ini adalah suara orang lain. “Jiwa seorang anak terlalu murni bagi iblis untuk bisa diincar dengan mudah, tapi juga lebih lemah daripada jiwa orang dewasa dan dengan cepat dilahap begitu iblis mendapatkannya.”
“.…”
“Kalau ini adalah kasus Wabah Diritas, dia akan masuk dalam kondisi tak sadarkan diri dalam waktu dua minggu. Tapi kalau iblis wabah tinggal di dalamnya, maka hanya akan butuh waktu seminggu. Mengusir iblisnya, dan bahkan berusaha menyembuhkan dia….”
Wajah orang-orang jadi semakin pucat ketika mereka mendengar kata-kata Rietta dengan seksama.
“Kalau iblis memangsa orang yang mati karena wabah, maka setelahnya iblis itu akan mulai berlipat ganda dengan sangat cepat. Itulah sebabnya kita membakar para pasien yang berada dalam kondisi tidak sadar. Ini adalah satu-satunya cara bagi orang awam untuk menghentikan penyebaran wabah tanpa adanya pendeta.”
Bahkan para kesatria yang dulunya adalah para tentara bayaran menjadi semakin serius dan saling bertukar pandang ketika mereka mendengarkan kesaksian dari seseorang yang datang dari sebuah desa yang terjangkit wabah, sebuah kebenaran mengerikan yang tak pernah mereka alami. Apa yang baru saja Rietta katakan juga begitu mengejutkan, namun para kesatria wanita yang mengenal Rietta dengan baik kini menatap syok padanya ketika mendengar bagaimana dia membicarakan bahkan tentang seakan dirinya adalah orang asing.
“Kapan gejala-gejalanya muncul pada Anna?” Suara Killian terlontar seperti air es.
Sebuah jawaban datar membalasnya. “Malam tanggal empat belas, Tuanku.”
Saat ini adalah pagi hari tanggal delapan belas. Sudah lewat empat hari. Hampir seminggu. Tiga hari dari sekarang. Butuh waktu empat hari bagi mereka untuk meninggalkan utusan Permaisuri dan terus melaju tanpa henti menuju Kuil Havitas.
“Persiapkan kudanya. Semua akan kembali ke Axias.” Killian memerintahkan dengan memancarkan aura membunuh.
“Baik, Tuan!”
Killian berpaling pada Vector. “Vector. Bagaimana kau berhasil melakukan perjalanan kemari hanya dalam waktu dua hari?”
“Saya tidak tidur, Tuanku. Saya tidak membawa barang bawaan dan bertahan dengan makan sehari sekali.”
Wajah para kesatria menjadi kian lesu pada jawaban yang begitu sederhana tersebut. Alih-alih memandang takjub pada dedikasi bawahannya, Killian bertanya lagi tanpa ada perubahan pada ekspresinya. “Apa ada rute yang lebih cepat?”
“Saya datang kemari lewat Nauhanas dan Ottnang, Tuan.”
“Aku tahu itu adalah jalur yang sulit. Apa ada rute untuk melakukan perjalanan dengan menunggang kuda?”
Vector memberitahunya sebuah jalan pintas yang cukup sulit. Jalur ini adalah jalan berat yang tak bisa dilewati oleh kereta.
“Bersiaplah dan berkumpul di sini dalam waktu dua puluh menit untuk berangkat. Kita akan meninggalkan kereta-keretanya dan para wanita akan menunggang kuda.”
Melihat Rietta begitu dia selesai bicara, Killian menyadari bahwa ada sebuah masalah. Apa yang wanita itu bisikkan pada Giselle dengan suara lirih menghujam ke dalam telinga Killian seperti jarum.
“Giselle, apa kau bisa dengan cepat menjelaskan padaku bagaimana cara menunggang kuda?”
Bahkan Killian yang luar biasa hebat itu juga dibuat tersedak oleh pertanyaan tak masuk akal tersebut. Tak mungkin ada orang yang bisa menunggang kuda setelah cuma diberi penjelasan! Lebih-lebih, wanita itu berpikir bahwa dirinya akan bisa menunggang kuda melewati jalur pegunungan yang berat bersama dengan para kesatrianya?
Giselle menjawab tak percaya dengan paras kebingungan. “Tapi Rietta, kakimu kan terluka. Kau tak mungkin bisa menunggang kuda!”
Benar, dia terluka. Killian langsung angkat bicara dan meralat dirinya sendiri. “Para wanita akan tetap di sini. Manfaatkan waktu kalian hingga Rietta sembuh baru kembali dengan kereta.”
Rietta langsung menggelengkan kepalanya. “Tidak, Tuanku.” Dia berani balas bicara pada Killian sementara mata biru jernihnya menatap lurus ke dalam mata merah Killian, tanpa sedikit pun rasa takut di situ. “Anna adalah keluarga bagi semua nona Gedung Timur.”
Killian dibuat begitu keheranan sampai-sampai dia bahkan tak merasa bahwa dia seharusnya marah. Ini adalah pernyataan yang begitu terang-terangan sehingga sulit untuk dipercaya bahwa Rietta yang mengatakannya. Rietta bahkan tak tahu bagaimana cara menunggang kuda. Tapi menatap wajah para wanita itu, mereka semua tampaknya amat sangat ingin pergi. Mereka semua menatap dirinya dengan sorot mata yang berkata bahwa mereka ingin menjadi orang pertama yang berlari pulang.
Killian memejamkan matanya rapat-rapat lalu membukanya. “Leonard, Allen, Marcus, kalian bertiga akan tetap tinggal bersama Rietta. Pulanglah bersama-sama ketika kalian semua, termasuk Rietta, sudah sembuh sepenuhnya. Kalian yang lainnya, bergegaslah.”
Tiga orang yang namanya disebut adalah orang-orang yang terluka pada pertarungan sehari sebelumnya. Mereka toh tak bisa menunggang kuda sekarang juga. Killian tahu bahwa dirinya sedang memberi perintah ketika mereka mendatanginya, dalam penilaian buramnya di kondisi gelisah.
Tetap saja, ini lebih baik daripada wanita itu meracau dan bertanya bagaimana cara menunggang kuda.
Sebelum Killian berbalik untuk berjalan pergi, dia menepuk bahu Vector.
“Kerja bagus. Kau tidurlah. Kau akan ikut dengan kelompok kedua.”
“Saya akan pergi bersama Anda, Tuan.”
Killian langsung menolak Vector. “Tidak. Jangan jadi beban. Kau gambar saja peta dalam waktu dua puluh menit dan berikan padaku sehingga kami bisa menggunakannya untuk pulang.”
Vector tampak goyah sejenak namun kemudian menyilangkan kepalan tangannya di depan dada sebagai bentuk penghormatan dan menundukkan kepalanya, “Baik, Tuan.”
Killian sudah akan berjalan melewati Vector ketika Rietta melangkah ke hadapannya. Alis Killian terangkat. “Sekarang apa?”
Tanpa ragu Rietta membungkuk lalu mengangkat roknya hingga persis di bawah pakaian dalamnya. Mata orang-orang melebar. Rachel mengembangkan roknya dan menyembunyikan Rietta dari pandangan para kesatria laki-laki.
Luka Rietta pada paha kiri atasnya kini tinggal satu garis merah tipis karena irisannya dan sudah hampir sembuh. Ini adalah berkat kekuatan suci yang menyelimuti tubuhnya semalam, menyembuhkannya bahkan tanpa dia menyadarinya.
“Luka saya sudah sembuh sepenuhnya. Saya sudah cukup sehat untuk bisa berangkat.”
… Tapi fakta bahwa dia tak bisa menunggang kuda masih ada, kan?
Tawa Killian meledak karena perilaku Rietta yang cukup penuh percaya diri. Para kesatria memandangi Killian seakan mereka sedang melihat sesuatu yang tidak lazim. Killian menatap Rietta dari atas ke bawah dengan mata merahnya, sambil berkacak pinggang.
“Baiklah kalau begitu. Maka kau akan menunggang bersamaku.”
“Saya mengucapkan terima kasih, Tuanku.”
Dengan tenang Rietta berterima kasih kepada Killian lalu menurunkan roknya. Killian mengangguk dua kali, menghadap Rietta, dan berbalik.
“Dua puluh menit. Bersiap-siap lalu kumpul di sini.”
“Baik, Tuan!”
Para kesatria mantan tentara bayaran terperangah dan saling bisik dengan sorot mata tak percaya. “Wuah. Sejujurnya saja aku tak percaya ini. Ternyata bahkan lebih dari yang sudah kudengar?”
“Iya. Bukankah mereka berdua mengeluarkan perasaan yang bagus?”
Sebuah suara dingin memotong tajam. “Santai sekali ya, tuan-tuan. Kalian pasti tidak merasa terlalu cemas karena kalian tak punya satu pun kekasih yang kalian tinggalkan di Axias, hm?”
Kedua kesatria itu menutup mulut mereka rapat-rapat dan berlari pergi setelah mendengar terkaan dingin Rachel.
Giselle, yang mendengar mereka, memiringkan kepalanya ke satu sisi dengan raut curiga.
Tentu saja ini bukan perasaan yang buruk, tapi…. Ini bukan perasaan semacam ini. Rietta, dia….
Namun Giselle tersentak kembali ke kenyataan dan menggelengkan kepalanya, mempercepat langkahnya. Saat ini, ada masalah lebih besar yang harus ditangani ketimbang yang itu.
“Kalau iblis memangsa orang yang mati karena wabah, maka setelahnya iblis itu akan mulai berlipat ganda dengan sangat cepat. Itulah sebabnya kita membakar para pasien yang berada dalam kondisi tidak sadar.”
Hawa dingin melintas dalam kepala Giselle. Wabah, dan… kematian. Pada orang-orang di Gedung Timur. Tak mungkin mereka bisa membiarkan sesuatu semacam itu terjadi pada Anna. Giselle mempercepat langkahnya dan bergerak untuk mulai mengumpulkan barang-barangnya.
****
Enam ekor kuda yang menarik kereta sekarang dilepas dari ikatan dan berjalan menuju para penunggang mereka. Giselle, Elise, Seira, Rachel, Lana, dan pengurus kuda menuntun kuda mereka masing-masing. Si pengurus kuda bertukar pakaian dengan seragam kesatria dan bergabung secara alami di antara mereka.
Tidak mengikutsertakan Leonard, Allen, dan Marcus, tapi menambah Kesatria Hasler, yang sebelumnya telah menyamarkan dirinya sebagai pengurus kuda, jumlah para kesatria pun menjadi sepuluh. Dan kelima orang wanita masing-masing menunggangi kuda-kuda mereka. Mereka semua telah bertarung dalam pertempuran sengit di malam hari dan belum sempat beristirahat dengan benar, tapi bahkan tak ada satu orang pun yang gerakannya lambat.
Killian memeluk pinggang Rietta dan mengangkatnya naik ke punggung kuda. Dia lalu naik kuda di belakang Rietta dan memegangi tali kekang. Tanpa ada tanda-tanda keberangkatan mereka, tanpa meninggalkan kata pamit pada kuil, semua penunggang itu mulai berderap ketika Killian menggebah kudanya. Meninggalkan kuil yang berlumur darah dari pembantaian terbesar di tanah suci. Melewati pemandangan muram kuil bersejarah itu, embun berkilau pada dedaunan hijau, dan mentari terbit dengan gigihnya.