Fortunate To Meet You - Chapter 13
Chapter 13
Setelah Liang Zheng pulang, Zhou Yuzhi sangat merindukannya.
Ketika ada Liang Zheng di sana, betapa meriahnya rumah itu. Sekarang Zhengzheng sudah pergi, suasana di rumah itu kembali serius.
Zhou Yuzhi menghela napas dan memotong buah untuk diberikan ke Zhou Xu di lantai atas.
Dia mengangkat tangan dan mengetuk pintu kamar Zhou Xu.
“Masuk.”
Zhou Yuzhi memutar kenop pintunya dan melihat koper Zhou Xu yang terbuka di depan tempat tidur. Dia hanya bisa menghela napas, “Sudah mulai berberes koper dari sekarang? Pergi tanggal berapa?”
Zhou Xu yang sedang sibuk di meja hanya menjawab, “Lusa.”
Waktu liburan di kampus Zhou Xu berbeda dengan Tiongkok. Kampus mereka akan dimulai pada akhir Januari dan tidak ada kesempatan untuk menghabiskan Tahun Baru di rumah.
Zhou Yuzhi membawa buah di sana, “Zhengzheng baru saja pulang ke rumahnya, kamu juga sudah mau pergi. Tahun baru hanya aku berdua dengan papamu.”
Zhou Xu berkata, “Aku akan meneleponmu dan papa saat Tahun Baru.”
Zhou Yuzhi meletakkan buah di sudut kanan meja dan menyeringai, “Sudahlah. Kamu telepon kemari, aku bicara sepuluh kalimat dan kamu bisa jawab satu kalimat saja sudah bagus.”
Baru saja meletakkan buahnya, dia tiba-tiba melirik secarik kertas yang berada di bawah buku catatan Zhou Xu.
Di kertas itu digambar seorang gadis kecil memakai gaun dan rambutnya dikuncir dua, membungkuk, dan seperti meminta maaf.
Zhou Yuzhi tiba-tiba menjadi tertarik, dan meraihnya, “Gadis kecil yang menggambar ini untukmu?”
Siapa menduga, baru saja dia mengambilnya dan belum sempat melihatnya, Zhou Xu sudah merebutnya kembali.
Zhou Xu langsung membuka laci kiri dan melemparkan kertas ke dalamnya.
Zhou Yuzhi tertegun selama beberapa detik dan perlahan tersenyum, “Untuk apa disembunyikan? Bukankah hanya surat cinta dari seorang gadis kecil?”
Zhou Xu mengerutkan kening, menatap ibunya, dan berkata serius, “Bukan.”
Mana mungkin Zhou Yuzhi percaya. Kalau memang bukan surat cinta, kenapa harus begitu gugup? Kalau bukan surat cinta, kenapa harus disembunyikan?
Dia tersenyum, “Bukan surat cinta, tapi kamu sembunyikan di kamar untuk dilihat terus?”
Wajah Zhou Xu tidak terlihat senang, dia melirik ibunya sekilas dan kembali sibuk sendiri.
Gambar yang tadi itu jelas-jelas digambar oleh seorang gadis. Putranya sejak awal mulai sekolah, tidak sedikit gadis yang mengejarnya. Sebuah surat cinta, jika tidak membuat Zhou Xu begitu gugup, Zhou Yuzhi tidak akan merasa penasaran.
Lagi pula, putranya selalu bersikap dingin. Tampangnya seakan tidak peduli terhadap apa pun. Jarang-jarang bisa melihat putranya ini peduli pada selembar kertas, masih disembunyikan dan tidak boleh sampai dibaca olehnya.
Pasti ada sesuatu.
Zhou Yuzhi jarang-jarang bisa melihat putranya menyimpan rahasia. Dia tidak menyerah dan bertanya, “Coba katakan padaku. Aku kenal gadis itu atau tidak?”
Jari Zhou Xu menari di atas keyboard laptop, sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan terlalu malas meladeni mamanya.
Zhou Yuzhi berpikir lama, tapi dia tidak berhasil memikirkan seorang pun gadis di sisi putranya. Dia dengan ragu menebak beberapa anak perempuan dari keluarga temannya. Awalnya ingin menebak Zhengzheng, tapi setelah dipikir-pikir, Zhengzheng sebelumnya sering ke rumah dan putranya begitu dingin, jarang juga mengajak gadis itu bicara. Juga terus-menerus bilang gadis itu merepotkan.
Memikirkan hal ini, harusnya bukan.
Zhou Yuzhi masih ingin menebak lagi, Zhou Xu akhirnya tidak tahan lagi, “Bisa tidak mama jangan begitu tidak ada kerjaan? Sudah kubilang itu bukan surat cinta.”
“Lalu untuk apa kamu sembunyikan?” Zhou Yuzhi ingin menyelidiki hal ini sampai tuntas. Tuhan tahu, ingin mencari tahu rahasia dalam diri putranya yang dingin ini, jauh lebih sulit daripada naik ke surga.
Wajah Zhou Xu semakin tidak senang, ‘Mama masih ada perlu?”
Ini artinya, Zhou Yuzhi diusir.
Zhou Yuzhi tahu mustahil untuk mendapatkan informasi apa pun. Dia menghela napas, “Sudahlah. Aku tidak tanya padamu lagi. Pergi dulu.”
Setelah Zhou Yuzhi pergi, ruangan kembali sunyi.
Namun, Zhou Xu yang merasa terganggu, sepanjang waktu tadi terus memasukkan angka yang salah.
Dia bersandar pada sandaran kursi dan meletakkan tangannya di kedua pegangan kursi.
Sedikit memiringkan kepalanya, memejamkan matanya dan mengernyit. Terlihat sangat terganggu.
Setelah beberapa saat, kerutan di keningnya pun perlahan hilang.
Dia membuka matanya, mengangkat tangannya untuk membuka laci kiri, dan mengambil kertas itu.
Ada sederetan tulisan yang indah di kertas itu: Zhou Xu, maaf, jangan marah.
Itu kertas yang diam-diam dimasukkan oleh Liang Zheng di dalam paperbag saat menyerahkan pakaian kepada Zhou Xu.
Mata Zhou Xu tertuju pada gadis kecil yang membungkuk di kertas itu. Tanpa alasan jelas, dia tiba-tiba teringat akan Liang Zheng.
Teringat saat gadis itu berdiri di luar pintu, terlihat takut dan gugup, tapi tetap berusaha tersenyum dan minta maaf padanya.
Dia menatap gambar gadis membungkuk di atas kertas itu untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya melemparkannya kembali ke dalam laci.
Mendesah kesal, dia bangkit berdiri untuk pergi mandi.
Malam sebelum kembali ke kampus, Qin Song dan Yang Sheng mengajak Zhou Xu makan malam perpisahan. Mereka berjanji temu di tempat lama.
Ketika Zhou Xu tiba di tempat itu, menemukan bahwa selain Qin Song dan Yang Sheng, masih ada Lin Xin dan yang lainnya.
Beberapa generasi bisnis Grup Zhou yang mencakup real estat, hotel, dan industri hiburan, merupakan grup perusahaan yang sangat besar. Biasanya mereka berhubungan dan berteman dengan orang-orang sebaya dari lingkar bisnis tersebut.
Ketika Zhou Xu membuka pintu ruang VIP, Lin XIn yang duduk di seberang telah melihatnya terlebih dulu dan berteriak, “Zhou Xu, akhirnya kamu datang.”
Zhou Xu masuk, langsung menarik kursi di sebelah Qin Song dan terduduk.
Yang Sheng yang duduk di hadapan mereka secara diagonal, segera mengangkat tangan dan menjentikkan jarinya ke arah luar, “Sudah boleh antar makanan.”
Setelah selesai melakukan itu, dia kembali berkata pada Zhou Xu, “Xinxin dan teman-temannya tahu kalau kamu akan kembali ke kampus, mereka ingin ikut kemari untuk mengucapkan salam perpisahan denganmu. Maka dari itu, aku mengajak mereka juga.”
“Benar sekali.”Lin Xin yang duduk di seberang berkata, “Zhou Xu, kamu sungguh membosankan. Sudah mau kembali ke kampus, tidak mengatakan apa-apa pada kami.”
Zhou Xu menatapnya dengan ekspresi dingin.
Tapi, dia tidak berucap.
Qin Song menyandarkan punggungnya di kursi dan berkata santai, “Sikap Tuan Muda Zhou yang seperti ini, kalian bukan baru mengenalnya.”
Setelah makan malam, Yang Sheng mengatakan kalau sepupunya baru membuka sebuah bisnis bar dan mengajak mereka pergi minum.
Zhou Xu sedang tidak ingin minum malam ini. Dia bersandar di ujung sofa, menopang kepalanya dengan satu tangan dan melihat ke luar jendela.
Neon menyala di luar jendela, masih memancarkan suasana Tahun Baru Imlek.
Dalam posisi di mana Zhou Xu duduk, seluruh tubuhnya tersembunyi di tempat yang gelap. Cahaya yang redup membuat garis profil wajah sampingnya menjadi lebih sempurna.
Sementara itu, ada seorang gadis datang dengan minuman dan berusaha memulai percakapan. Zhou Xu tidak memperhatikan, bahkan tidak melihatnya sekilas.
Zhou Xu ini adalah orang yang paling malas berurusan dengan apa pun.
Dia orang yang biasanya acuh tak acuh, dapat membuat orang membeku di tempat saat dia mengabaikan orang itu.
Gadis yang sedang berbicara dengannya, mungkin belum pernah melihat pria yang begitu dingin. Dia berdiri di sana beberapa saat dan Zhou Xu terus menatap ke luar jendela, seakan tidak ada orang yang sedang berdiri di hadapannya. Gadis itu tidak bertahan lama di sana, akhirnya dia pun pergi.
Yang Sheng dan Qin Song, serta sepupu Yang Sheng sedang minum bersama.
Lin Xin menghampiri Zhou Xu untuk berbicara dengannya. Dia mengangkat tangan dan membiarkan Zhou Xu melihat gelang di pergelangan tangannya.
Zhou Xu melirik ke bawah sekilas dan hanya menjawab ‘hmm’ tanpa ekspresi.
Dia mengeluarkan ponselnya dan membaca beberapa berita dengan malas.
Seperti tiba-tiba teringat sesuatu, dia menyapu ponselnya ke halaman layar berikutnya dan membuka aplikasi WeChat.
Dia sangat jarang menggunakan WeChat. Kotak dialog di paling atas masih Liang Zheng dengan foto profil seorang gadis kartun.
Itu adalah dialog beberapa bulan lalu ketika Liang Zheng pertama kali tiba di Beijing. Demi menjalin kedekatan dengan Zhou Xu yang dingin, dia berinisiatif untuk menambahkan Zhou Xu sebagai teman di WeChat.
Zhou Xu saat mungkin mengabulkan permintaannya karena sopan santun. Tapi itu pun hanya berlalu begitu saja dan mereka berdua tidak pernah saling berbicara sepatah kata pun.
Zhou Xu menatap kotak dialog untuk sesaat dan membukanya. Antarmuka obrolan kosong dan hanya tertulis pesan dari sistem bahwa mereka sudah berteman dan sudah bisa mulai mengobrol.
Zhou Xu menatapnya sejenak dan matanya tertuju pada foto profil gadis kartun yang di samping. Dia terdiam selama beberapa detik hingga seperti ada hantu yang merasuki benaknya.
Dia kemudian mulai membuka linimasa Moments milik Liang Zheng.
Postingan teratas adalah yang diposting sekitar enam jam lalu.
Hanya ada beberapa kata dan dua buah foto.
Selamat Tahun Baru~~~
Foto pertama adalah Liang Zheng sedang memegang sebungkus keripik kentang di tangannya, menghadap kamera dan tangannya membuat gaya V.
Dia mengenakan mantel musim dingin putih yang panjang. Lengan jaketnya juga cukup panjang hingga menutupi jari-jarinya.
Zhou Xu melihat ke foto kedua.
Di foto kedua, Liang Zheng memiringkan kepalanya dan memperlihatkan wajahnya dari balik bungkus keripik kentang.
Alisnya melengkung, senyumnya sangat manis. Senyuman yang terlihat agak sedikit licik.
Zhou Xu melihat foto ini cukup lama, dia tidak menutupnya.
Dia bahkan tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.
Dia terus seperti itu hingga Qin Song memanggilnya untuk minum, barulah dia kembali bereaksi. Menemukan bahwa dirinya menatap foto itu sampai melamun sendiri, tanpa sadar dia mengernyit dan keluar dari aplikasi WeChat.