Evil-like Duke Household - Chapter 50
Bagiku, Jake=Ractos, beberapa hari sudah berlalu seak ahri aku menetapkan tekadku untuk membuat Zen=Helix menjadi korban kami, namun hingga hari ini, aku masih belum mengajukan pembicaraan soal pertunangannya dengan Erza sama sekali. Karena, aku punya sesuatu yang harus kulakukan tak peduli apapun yang terjadi.
Tepat pada saat ini, aku sedang berjalan di salah satu sudut di mana toko dan kediaman para bangsawan berjajar berdampingan.
Bukannya aku mengundurkan diri dari mengatakan pada Zen tentang hal itu, atua menundanya dan sekarang menajdi bosan dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Aku juga tidak sedang berkeliaran tanpa tujuan. Aku punya rencana baik yang lain.
Itu benar, setelah ini aku punya rencana kencan dnegan tunanganku, Anessa-Nizzet.
Sebelum ini, Anessa dan aku sudha membuat rencana. Kami akan membuatnya jadi sedemikian rupa sehingga kelihatan seperti kami kebetulan bertemu di tengah kota, dan dengan demikian kami takkan diseret oleh ksatria yang berpatroli. Aku sudah minta nasihat dari Ayah, dan begitulah, kami pun sampai pada hari ini.
Karena Anessa masih tinggal di asrama sekolah, satu-satunya saat bagi kami sepasang kekasih ini untuk bisa pergi kencan bersama adalah saat dia sedang liburan musim panas seperti sekarang. Bagaimanapun juga, kami akan menikah tak lama setelah ini. Waktu ketika kami bisa berkencan seperti kekasih hanya akan terjadi pada tahun ini.
Aku tak bisa melepaskan masalah ini.
Ini jelas-jelas merupakan hal yang sangat penting.
Begitu penting sampai-sampai aku tak bisa tidur nyenyak kemarin.
Aku bahkan tiba dua jam lebih awal sebelum waktu perjanjian kami karena aku tak bisa menahan rasa girangku.
Sejujurnya, sekarang ini, aku tidak benar-benar peduli tentang Zen atau bahkan pertunangannya dengan Erza.
Aku benar-benar menantikan hal ini.
Sampai-sampai aku bahkan tak peduli tentang bagaimana orang-orang melewatiku dengan sorot ketakutan di mata mereka.
… Bajuku tak kelihatan aneh, kan?
Kupikir seharusnya ini baik-baik saja karena Ibu mengangguk puas saat dia melihat pakaianku ini.
“Ma, maaf karena telah membuatmu menunggu… Tuan Jake.”
Saat pikiranku penuh dengan hal-hal seperti itu, tiba-tiba, ada suara yang terdengar bagai nyanyian malaikat masuk ke telingaku. Ketika aku mengalihkan mataku ke arah suara itu berasal, yang masuk dalam penglihatanku adalah seorang malaikat cantik yang mengenakan gaun santai biru navy sembari amsih terlihat elegan.
Eh? Itu aneh, kapan aku tiba di surga?
Tunggu, itu adalah tunanganku! Itu adalah tunanganku, Anessa=Nizzet!
Akibat dari betapa cantiknya dia, aku sampai salah mengiranya sebagai malaikat. Aku bahkan berakhir dengan berpikir bahwa aku sudah pergi ke surga!
Orang yang menemukan frase ‘kecantikan adalah dosa’ itu memang jenius! Saat ini, aku benar-benar berpikir demikian.
Yah, bila aku adalah hakim untuk kasus itu, tanpa perlu berpikir dua kali, aku pasti akan menyatakannya sebagai orang tak bersalah!!
“Tidak, aku tak menunggu selama itu, jangan khawatir, Anessa. Umm… itu adalah gaun jubah biru yang sangat cantik, sangat sempurna untukmu.”
Sungguh, aku tak menunggu sama sekali!
Sekarang, ini masih tiga puluh menit lebih awal dari waktu pertemuan kami yang sebenarnya, jadi aku sudah berdiri menunggu di sini selama satu jam tiga puluh menit, tapi aku tak menunggu sama sekali!
Aku bahkan tak merasa bahwa lima menit sudah berlalu sejak aku menunggu!
Eh? Apa mungkin Anessa punya ciri sihir untuk menghentikan waktu? Kupikir itu adalah sesuatu yang hanya ada dalam legenda. Itu luar biasa!!
Jadi seorang sosok legendaris sebenarnya berada sedekat ini denganku.
Terakhir, gaun jubah itu kelihatan benar-benar bagus padanya!
Elegan, murni, dan cantik. Gabungan terbaik.
Eh? Anessa, bukankah dia itu yang terkuat? Tunanganku, bukankah dia itu yang terkuat?
“Ah, terima kasih banyak. Ja… Tuan jake, juga, umm… kelihatan… keren.”
… Apa kau dengar itu?
Nyonya, dia bilang aku keren!
Apalagi, dia juga sedikit merona sambil kelihatan begitu malu-malu dan berusaha memujiku!
Itu luar biasa imut, tidakkah kau pikir begitu?
Apa yang sedang dia coba lakukan padaku? Apa dia berusaha membunuhku dengan itu?
“Uhh… umm, Tuan Jake… yah, harap jangan terlalu memikirkannya, itu, umm… kemampuan sihir saya… ini memalukan….”
Ouch! Itu salahku.
Tunanganku, Anessa, memiliki ciri sihir yang langka. ‘Ciri Sihir Sensor Psikologis’.
Sama seperti namanya, kemampuan sihir itu membuatnya bisa membaca emosi orang lain sampai tahap tertentu… membuatnya mampu menangkap apa yang ada dalam pikiran orang lain tak peduli apapun yang terjadi.
Alasan bahwa Anessa yang sangat imut itu kelihatan begitu malu, adalah karena dia memiliki kemampuan sihir itu, dan perasaan cintaku tersalurkan secara langsung pada dirinya.
Ooh, ini bu~ruk, aku sudah membuat Anessa malu, yaa~h.
Tapi, aku takkan berhenti. Aku takkan berhenti memikirkan tentang dia, tidak sekejap pun!!
… Atau lebih tepatnya, bahkan bila aku berusaha berhenti, bagaimana aku bisa melakukannya?
Bukankah itu mustahil? Kupikir itu memang mustahil.
Sudah disimpulkan bahwa mustahil untuk bisa lari dari sihir tipe sensor. Itu adalah keputusan formal dari Serikat Sihir.
Bagi siapapun yang memprotes, atau seseorang dengan pemikiran tentang masalah ini, harap serahkan makalah 400 halaman dengan tanda tangan dari 150 petinggi dari Serikar Sihir, kepada kantor pusat serikat sihir.
Dan kemudian setelah dipertimbangkan selama sesaat, makalahmu tentu saja akan ditolak.
“Auh… uuuh….”
Ah, aku sudah melakukannya.
Aku membuat dia jadi terlalu malu dan sekarang dia pun menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya.
Meski apa yang dia lakukan itu memikat dengan caranya sendiri, tapi tetap saja, ini bukan sesuatu yang baik.
Ini tidak baik!
“Kishishi…. Maaf, Anessa, aku telah membuatmu jadi terlalu malu. Ayolah, angkat wajahmu…. Meski ini lebih cepat dari yang sudah kita rencanakan, tapi ayo kita mulai saja. Yaitu, kencan kita.”
“Uu…. Ah, ya….”
Begitu aku berkata demikian, sementara dia masih terlihat agak malu, akhirnya dia pun menaikkan kepalanya. Tidak, dia dengan imut menaikkan kepalanya.
“Baiklah, pertama-tama bagaimana kalau kita melihat-lihat toko benda sihir? Kudengar belakangan ini organisasi mereka jadi semakin luas, dan barang-barang mereka jadi lebih beragam. Aku yakin kalau akan ada sesuatu yang menarik perhatianmu.”
“Ah, ya… um… Tu, Tuan Jake.”
Karena membuat dia lebih malu daripada ini akan jadi im… bukan, kejam baginya, aku cepat-cepat membimbingnya dan berjalan bersama-sama menuju tempat tujuan pertama kami, toko benda-benda sihir untuk kaum bangsawan di kota bangsawan seperti yang telah kami rencanakan sebelumnya. Namun kemudian, Anessa memanggilku dengan terlihat mencurigakan.
Saat aku bertanya padanya apa yang terjadi, dengan raut penuh tekad di wajahnya….
“Itu, tangan… le, lengan, bisa saya… menggandengnya?”
……..Hah?!
Mendengar dia mengatakan hal yang sedemikian berani, pikiranku pun jadi kosong dalam sekejap!
Lengan? Menggandengkan lengan kami? Aku sih tak masalah dengan itu, tapi apa kau benar-benar tak apa-apa dengan itu? Benarkah? Apa kau baik-baik saja, Anessa-san?!
“Umm, itu, saya membaca di novel, antara kekasih… jadi, saya agak ingin, untuk… melakukan itu… apakah Tuan Jake, tak mau?”
Buset.
Membalikkan mata, buset.
Di mana kau belajar tentang sesuatu seperti itu?
Meski itu memang sangat imut dan sangat manis, bukankah trik itu agak sedikit curang, kan, Anessa-san?
Aku takkan mampu berkata tidak kalau kau melakukan hal itu, benar kan?
“… Te, tentu saja, aku tak apa-apa dengan itu. Kalau kau suka.”
“La, lalu… saya akan lancang.”
Dengan gerakan yang sangat ragu-ragu, Anessa menempel dekat padaku saat dia memeluk tanganku dengan lembut.
Ini adalah, suatu kebahagiaan yang tak benar-benar bisa aku gambarkan hanya dengan kata-kata. Aku takkan dituntut karena hal ini, kan?
“Kita, bergandengan tangan… Kuhihi….”
Aku dengar itu.
Aku dengar itu, kau tahu, Anessa-san.
Bisikan imut itu masuk ke telingaku, tahu!
Apa yang coba-coba kau lakukan padaku? Hmm!
Ini benar-benar merupakan hari paling bahagia yang kurasakan sejak aku terlahir ke dunia ini, tapi bagaimana aku harus mengatakannya? Apa aku akan mati hari ini?
“Ya, yah kalau begitu, ayo kita pergi, Anessa.”
“Y… ya!”
Sial, aku takkan bisa menahan cengiranku kalau begini jadinya.
Tapi tahan, tahanlah, diriku.
Kencannya baru saja dimulai!