Evil-like Duke Household - Chapter 49
Mari mita mundurkan waktunya sedikit. Sekarang adalah saat pesta pertunangan Jake=Ractos dan Anessa=Nizzet.
Di tengah-tengah acara semacam itu, orang bisa melihat bahwa ada seekor ular dan seekor laba-laba besar sedang bersantai di kebun Wisma Ractos.
Tentu saja, ular itu adalah familiar milik Jake=Ractos dan laba-laba besarnya adalah teman dari Liliana=Ractos, Mary-chan.
Seperti yang sudah diduga, mereka yang bukan manusia tak diijinkan untuk datang ke aula bersama dengan para tamu lain di dalam. Jadi mereka hanya menonton pesta yang penuh dengan keramaian dari kejauhan lewat jendela.
“Aah, Jake akhirnya bertunangan, heh…. Melihat aula yang ramai seperti ini… benar-benar menyentuh, kan?” kata Mary-chan.
Mary-chan yang merupakan spesies Mata Merah, memiliki jangka hidup yang sama dengan manusia. Jadi, sekarang, usianya tak terlalu jauh berbeda dengan Liliana=Ractos.
Dan karenanya, dia sudah kenal Jake sejak pemuda itu dilahirkan.
Maka, saat dia melihat pesta pertunangan Jake seperti ini, Mary jadi merasa kalau dirinya adalah bibi Jake. Dipicingkannya mata, dengan penuh kasih mengenang saat-saat di masa lampau ketika Jake masih seorang anak kecil.
Yah, karena dia adalah seekor laba-laba, tentu saja dia tak punya kelopak mata, dan ekspresinya juga tak berubah…. Dengan kata lain, ini sebenarnya adalah ekspresi figuratif. Jangan terlalu banyak berpikir tentang itu.
“… Begitu, ya,” kata Nako.
Bila dibandingkan dengan itu, Nako hanya memberi jawaban setengah hati dan terlihat sedang teralihkan perhatiannya.
Aah, benar juga. Aku lupa.
Tentu saja, kedua binatang itu tak bicara dengan bahasa manusia. Mereka saling berkomunikasi tanpa kata-kata. Ini adalah sesuatu yang seperti urusan binatang, atau semacam itu, yeah.
Jangan pikirkan terlalu mendalam. Kita masih di permulaan cerita, benar kan?
“Wah wah? Nako, kau belakangan ini selalu melamin. Apa kau punya masalah lain? Apa kau mencemaskan soal yang dulu itu?”
Sebelumnya, Nako pernah berkonsultasi pada Mary-chan tentang apa yang akan terjadi bila Jake bertunangan dan menikah. Mary-chan bertanya soal kondisi Nako yang seperti sudah Mary-chan sebutkan, melamun. Mary-chan cemas apakah kekhawatiran nako yang dulu itu telah kembali…. Tapi sepertinya Nako sedang memikirkan tentang hal yang sama sekali berbeda.
“Bukan, bukan itu… bagaimana aku harus mengatakannya, umm….” Suara Nako melemah di bagian akhir saat sebuah jawaban yang tidak jelas keluar dari mulutnya.
Saat Mary-chan memiringkan kepalanya dengan bingung, sebuah bayangan putih datang mendekat ke tempat mereka.
“Oh, Nako dan… Nona Mary-chan yang sering saya dengar dalam rumor, saya duga? Nona, Anda juga memiliki sepasang mata merah yang indah. Tampaknya semua wanita di kediaman Ractos memiliki mirah paling berkilau di dalam mata mereka, huh?”
“Ah! Kau…. Kau adalah….”
Sisik putih dengan mata berwarna amber. Mengingat penampilannya, suara Nako menjadi parau saat dia menjawab pertanyaannya.
Itu benar. Yang baru saja datang itu adalah familiar milik salah satu tokoh utama dalam pesta pertunangan hari ini, Anessa=Nizzet. Seekor kadal putih yang mengenakan dasi kupu-kupu yang kemarin bicara dengan Nako dalam gaya pongah. Sang Kadal Amber, namanya Nivu.
Dia jugalah alasan kenapa Nako selalu terbengong-bengong hari ini. Untuk kali pertama dalam hidup ini, bertemu dengan lawan jenis dari spesies yang sama dengannya… yah, sebenarnya sih, mereka bukan berasal dari spesies yang sama. Namun keduanya sama[sama reptile dan juga familiar. Jadi, dalam arti luas, mereka memang punya spesies yang sama.
Karena diberi pengakuan cinta oleh seseorang dari spesies yang sama dengannya, Nako menjadi amat sadar dengan keberadannya melebihi apa yang semestinya dia pikirkan
Dan kini dari semua hari yang ada, bahkan bila partnernya, Jake=Ractos, sedang mengadakan pesta pertunangan, benak seorang gadis yang sedang jatuh cintanya jadi bertanya-tanya apakah dia bisa bertemu dengan familiar milik pihak yang satunya kembali, yang adalah dia. Apa yang akan mereka bicarakan saat bertemu, dan sebagainya.
Omong-omong, Erza punya mata hitam pekat yang sedikit agak kemerahan, dan bukan sepenuhnya merah. Mungkin Erza itu tak masuk dalam kategori seorang wanita di mata Nivu…. Tapi biarkan saja hal itu masuk dalam penilaian pribadimu.
“Wah, apa kau adalah kenalan Nako? Tampaknya kau adalah seorang pria sejati yang benar-benar hebat dalam memperlakukan seorang wanita, huh. Boleh aku tahu namamu?” Mary-chan bertanya pada si pendatang yang tampaknya sudah tahu tentang mereka… khususnya karena dia sepertinya telah menjadi kenalan Nako.
“Maaf atas perkenalan yang telambat. Bagaimana kabar Anda, Nona Mary-chan. Saya adalah familiar milik tunangan Tuan Jake=Ractos yang dikenal sebagai Nona Anessa=Nizzet, Nivu sang Kadal Amber. … Nako, sudah lewat beberapa hari sejak hari wawancara pernikahan itu, ya.”
Setelah meminta maaf atas perkenalannya yang telambat, Nivu memulai perkenalannya dengan sebuah bungkukan yang penuh hormat, jantan, dan menakjubkan kepada Mary-chan yang baru pertama kali ini bertemu dengannya.
Tak peduli berapa kalipun orang melihatnya, itu adalah sebuah bungkukan kelas atas, sebuah gerakan yang menakjubkan. Tak ada yang perlu ditekankan. Tidak. Ada. Yang. Perlu. Ditekankan.
“Ah, uuh…. Itu benar. Lama tidak berjumpa….”
“Wah, bagaimana kabar Anda. Saya adalah sahabat terbaik nyonya kediaman Duke ini, Liliana=Ractos. Nama saya adalah Mary-chan dari jenis mata merah…. Nako, ada apa? Tidak sopan kalau di depan Nivu kau bersembunyi di belakangku seperti ini, kan?”
Begitu Nivu muncul, tak seperti dirinya sendiri Nako malah menyembunyikan diri di belakang Mary-chan, tampak merona dan malu-malu. Meski Mary-chan menegurnya atas sikapnya itu, Nako tak menunjukkan tanda-tanda hendak keluar dari belakang Mary-chan.
“Auuh, umm, ini punya alasan yang dalam, tapi tak terlalu dalam. Itu benar, masalah mentalku lah yang telah menyebabkan ini, yah….” Di belakang Mary-chan dengan anehnya Nako memainkan jarinya saat dia menjawab pertanyaan Mary-chan dengan sebuah jawaban yang tak menjawab apapun.
Nako adalah seekor ular, jadi dia tak punya jari. Tapi dia bermain-main dengan jarinya. Bagaimana tepatnya itu bisa terjadi tidaklah penting. Bagaimanapun, dia sedang bermain-main dengan jarinya.
“Yah, apa~ Padahal baru beberapa hari yang lalu majikan kami melakukan wawancara pernikahan dan saya berakhir dengan mendekatinya…. Tampaknya saya justru telah membuatnya malu.”
“Wah wah….”
“Ap, tunggu, Nivu! Apa kau benar-benar mengatakan hal itu pada Kakak! Uuh, memalukan.” Nako menaikkan suaranya untuk memprotes saat dia mendengar Nivu menceritakan kejadian yang terjadi beberapa hari yang lalu dengan begitu mudahnya. Karena malu, wajah Nako menjadi semerah bit dan dia pun menundukkan kepalanya.
“… Itu benar. Nako, sepertinya aku jadi sedikit lapar, aku akan pergi duluan sekarang. Saat aku tak di tempat, harap kau temani Nivu.” Mendengar ucapan Nivu dan melihat bagaimana reaksi Nako, Mary-chan, yang memahami situasi saat ini, membuat alasan bahwa dia lapar untuk pergi dari sana. Dia juga menyuruh Nako menemani sang tamu, Nivu.
Dia sengaja melakukannya agar mereka bisa berduaan saja. Mary-chan adalah seorang wanita yang baik.
Dan kemudian tanpa banyak bicara, dia pun mengangkat ujung roknya, membuat bungkukan yang pantas bagi seorang gadis bangsawan, dan meninggalkan tempat itu….
Gaun?
Kenapa gaun, eh?!
Bagaimana…?
“Fwaah?! Tunggu, tunggu sebentar! Kakak!!”
“Oh, tampaknya dia mempertimbangkan keadaan kita. Saya masih punya jalan panjang untuk dilalui, eh. Fufu….”
Berkat rencana Mary-chan, keduanya sekarang sekarang jadi tinggal berduaan sehingga membuat Nako merona.
Di pihak lain, Nivu berkata bahwa dia masih hijau sebagai seorang pria sejati, namun dia masih tetap tenang dengan senyum berani merekah di wajahnya.
“… Nako.”
“Yhaa?”
Begitu mereka hanya tinggal berdua, Nivu memanggil namanya dengan suara yang agak menggoda. Nako menjawab dengan kebingungan. Jantungnya berdebar kencang sehingga rasanya akan meledak.
Tampak menyadari kondisi Nako, dengan lembut dan baik hati Nivu mengatakan sesuatu untuk menenangkannya. “Sayalah yang mendekatimu. Tetapi atas masalah tentang kita ini, tidakkah akan jadi melelahkan bagimu untuk selalu gugup seperti ini sekarang ketika kedua majikan kita telah saling bertunangan? Bagaimana kalau bersikap santai saja?”
Tak seperti yang dia lakukan sebelumnya saat wawancara pernikahan, Nivu kini tak kelihatan agresif dan berusaha mendekatinya. Alih-alih dia bicara pada Nako sebagai seseorang yang lebih tua daripada dia, berusaha untuk menyingkirkan kegugupan Nako.
“… Benar juga. Yah, sepertinya aku terlalu sadar tentang itu.”
Meski detak jantungnya masih berdegup kencang, ketika melihat Nivu yang bersikap berbeda dengan gaya pongahnya yang biasa, Nako masih bisa merasa sedikit tenang sekarang.
Perlahan dia menepuk-nepuk dadanya.
“Yeah, mari kita bersikap lebih santai dan nikmati percakapan kita. Demi bisa saling lebih mengenal, kan?”
Saat Nivu berusaha merayu Nako kembali, kini saat Nako sudah tenang dan bisa melakukan percakapan dengannya, seorang tamu yang tak diharapkan pun muncul.
“Hyuuh! Eh, ternyata ada cewek cantik di sana?! Persis yang diharapin buat ibukota!”
Dengan cara bicara yang kasar dan tak sesuai pada tempatnya, suatu benda empuk, basah, dan berlumpur muncul di antara Nivu dan Nako. Dialah yang disebut-sebut sebagai lender.
… Lendir, heh, jangankan tangan atau kaki, bahkan wajah dan organ dalam, makhluk itu tak punya semuanya.
Aku punya perasaan buruk tentang ini.
“Cewek ular cantik di sana, gimana? Ayo pergi dari pesta ngebosenin ini dan ngelakuin hal-hal bagus sama aku!!” kata si lendir.
“Eh? Eh?”
Tiba-tiba makhluk berlendir itu muncul saat dia menutupi intinya dan bergetar. Lendir itu mengajak Nako untuk melakukan sesuatu yang vulgar. Nako pun menaikkan suaranya dengan bingung.
Lendir itu adalah familiar dari salah satu tamu yang menghadiri pesta pertunangan hari ini.
Bagaimanapun juga, familiar ini tak punya tingkah laku kelas atas bila dibandingkan dengan familiar-familiar lain yang datang.
Itu merupakan masalah, tentu saja, karena majikan dari familiar ini bukanlah seseorang yang mengikuti jalan sihir. Dengan kata lain, familiar ini adalah familiar dari seseorang yang ingin mencari nama dan karenanya menjadi familiar di bawah suatu kondisi. Akibatnya, sang majikan tak bisa mengendalikannya secara penuh. Dan kini seperti yang telah kau lihat, di apunya sikap yang buruk.
“Oh, sepertinya ada orang kasar yang menyelinap masuk, heh. Merepotkan sekali.” Kepada Lendir lancang yang tiba-tiba muncul dan menjadi gangguan saat Nivu berusaha memperdalam hubungan di antara dia dan Nako, Nivu pun menghujamkan tatapan dingin pada si lendir sambil mengeluarkan desahan kecewa.
“Haaah? Kasar?! Gimana aku tahu soal urusan sialan itu. Lu kadal tua cuma perlu tutup mulut sialanmu itu! … Oi, Kakak Ular, kesini!!”
Si lendir menaikkan suaranya dengan marah, tampaknya tak suka dengan apa yang telah Nivu katakan tentang dirinya. Dengan tangannya yang lembab, secara paksa dia mengambil tangan Nako dengan senyum vulgar terpampang di wajahnya.
Sekarang, begini…. Wajah, jari, itu bahkan tidak….
“Apa?! Lepaskan aku, sekarang juga!!”
Nako jelas-jelas menunjukkan rasa tidak sukanya pada tangan lembab dan sifat tak terkendali dari si lendir, dan fakta bahwa si lendir dengan paksa meraih tangannya, dia nyaris tak mampu menahan diri dari menatap perbuatan si lendir dengan penuh kebencian. Nako berusaha menyingkirkan tangan itu… namun si lendir secara tak diduga mengeluarkan tenaga lebih besar daripada yang dikiranya sehingga Nako tak bisa menyingkirkannya.
“Astaga, kau itu benar-benar tak tahu cara menangani seorang gadis sama sekali, ya. Mungkin kau butuh sedikit dimarahi, kan?”
Tentu saja Nicu tak bisa berdiam diri saat melihat semua yang telah terjadi.
Berbeda dengan tatapan merayu ketika dia berusaha membujuk Nako, ekspresinya itu sama sekali lain dengan tatapan baik hati dan penuh perasaan terhadap Nako. Ekspresi Nivu saat ini begitu dingin dan sarat dengan amarah saat sorot mata tajamnya terarah pada si lendir. Dicengkeramnya tangan yang memegangi tangan Nako dan memuntirnya.
“Adaw… sakit, bangsat! Lepaskan, dasar kadal sialan!!”
Nivu terus mengencangkan cengkeramannya, terlihat seakan dia ingin menghancurkan pergelangan tangan si lendir itu. Lalu dia memelintir tangan si lendir sampai-sampai tertekuk ke belakang.
Si lendir merasa bahwa dari sendi tubuhnya, sebuah suara berderak bisa terdengar ketika rasa sakit melanda dari bagian itu. Akibat terlalu kesakitan, si lendir pun berakhir dengan melepaskan tangannya dari Nako.
Hebat! Nivu mampu memelintir persendian si lendir!
Aku tak tahu bagaimana sebenarnya dia melakukannya, tapi, hebat.
Sangat kagum.
“Tampaknya kau masih belum belajar apa-apa dari hal ini, kau bocah badan lembek. Apa aku masih harus mengajarimu sopan santun?”
“A, aku ngerti, aku yang salah! Aku akan minta maaf, tapi lepasin aku! Tulangku akan patah!”
Kepada si lendir yang tak menunjukkan sedikit pun penyesalan, Nivu menyerapkan lebih banyak tenaga pada tangannya. Si lendir, kemudian, merasa bahwa rasa sakitnya tak lagi terbatas pada pergelangan tangannya. Rasa sakit itu bahkan naik menuju bahunya sampai Nivu akhirnya merasa bahwa rasa sakit yang dia buat membuat si lendir mulai minta maaf sambil berlinangan air mata.
Peduli amat dengan apa yang dikatakan si lendir, meski sebenarnya dia tak punya tulang sama sekali.
Hmph, yah terserah. Sekarang, belajarlah dari ini dan jangan pernah lagi melakukan hal yang konyol, kau dengar aku?”
Nivu melemaprkan tangan itu saat dia melepas si lendir yang tampak kesakitan dengan begitu menyedihkannya.
Akibat kekuatan Nivu, keseimbangan si lendir pun runtuh saat dia tersandung kakinya sendiri dan secara tak mengesankan terjatuh di tempat.
Nivu hanya menatapnya dengan sorot dingin.
“Ba, bangsat! Ingat ini, bajingan!!” Sambil memegangi sendinya yang sakit, si lendir berlari pergi setelah memuntahkan beberapa ancaman perpisahan kepada mereka.
Meski dia bilang ‘ingat ini’, entah apakah si lendir bahkan bisa mengingat apa yang baru saja terjadi sekarang? Dia kan tak punya otak sama sekali. Bukankah itu adalah hal mustahil baginya?
“Apa kau baik-baik saja, Nako?”
Setelah melihat si lendir pergi, Nivu menghampiri untuk memastikan kondisi Nako yang selama ini hanya berdiri dengan terbengong-bengong. Sorot mata Nivu jelas berbeda dengan sorot mata yang dia arahkan pada si lendir, sorot matanya kini sarat dengan kebaikan yang sepertinya mencemaskan keadaan Nako. Sorot mata itu kelihatan benar-benar baik.
“Ah, umm… aku, aku baik-baik saja! Itu…. Terima kasih.”
Saat dia berdiri linglung setelah menyaksikan sisi lain dari Nivu yang tak disangkanya, bagaimana kadal itu adalah seorang pria yang bisa diandalkan saat dibutuhkan. Namun melihat bahwa Nivu tampak benar-benar mencemaskan dirinya, Nako, dengan panik, mengucapkan terima kasihnya.
Nako merasa bahwa wajahnya panas.
Dengan melamun Nako menatap sorot mata ramah Nivu seakan tersihir olehnya. Namun kemudian, kesadarannya pulih saat sebuah suara tiba-tiba memanggilnya dari kejauhan.
“Nako, ada apa? Aku merasa bahwa ada sesuatu yang terjadi di sana, ada sesuatu yang salah?”
Itu adalah suara Mary-chan yang merasakan pertengkaran beberapa saat yang lalu. Sepertinya pertengkaran itu menjadi sesuatu yang cukup besar. Mary-chan yang telah meninggalkan tempat itu pun ternyata bisa mendengarnya.
“Ti, tidak apa-apa, Kak! Tidak… ya, tak terjadi apa-apa.”
Tak terjadi apa-apa.
Nako memberi jawaban seperti itu pada Mary-chan yang terlihat khawatir tentang keadaannya. Namun tak mungkin kalau tidak ada sesuatu yang terjadi.
Hal yang baru Nako sadari, pada akhirnya, karena pengalaman pecintaan yang dia miliki sungguh sangat langka dan bahwa itu adalah kali pertama seseorang membisikkan kata-kata cinta yang manis padanya.
Samar-samar, dia merasa penasaran tentang Nivu. Namun ini adalah perasaan yang tidak terlalu dekat maupun jauh dengan cinta.
Bagaimanapun, karena Nivu telah menyelamatkannya dari cengkeraman si lendir beberapa saat yang lalu, perasaan itu tentu saja telah berubah.
Nako merasakan cinta kepada Nivu yang telah menyelamatkannya dari lendir itu.
Dia merasa bahwa Nivu adalah seorang pangeran berkuda putih untuknya.
Merasa malu bila kenyataan ini diketahui oleh Mary-chan, Nako berakhir dengan menjawab bahwa tak terjadi apa-apa.
Namun, di dalam hatinya, sesuatu yang sangat besar, namun juga lembut, sedang terjadi.
— Tak butuh waktu lama, pada hari yang sama dengan pernikahan antara Jake=Ractos dan Anessa=Nizzet, Nivu dan Nako pun akan saling terikat.
Dan kemudian setelah ini, juga, para familiar itu akan diturunkan dari generasi ke generasi. Mereka akan melindungi para keturunan Keluarga Ractos dalam kebahagiaan untuk waktu yang lama.