Divine Doctor: Daughter of the First Wife [Bahasa Indonesia] - Chapter 174
- Home
- Divine Doctor: Daughter of the First Wife [Bahasa Indonesia]
- Chapter 174 - Bahkan Jika Aku Pergi ke Neraka Sekalipun, Aku Akan Tetap Menagih Hutangku itu
Bu Ni Shang tampak tidak senang, tetapi Xuan Tian Yi sudah menundukkan wajahnya. Bu Ni Shang pun tahu bahwa ini adalah keputusan yang dibuat oleh Pangeran Keempat itu setelah mempertimbangkan baik dan buruknya.
Karena itu, Bu Ni Shang pun hanya bisa menundukkan kepalanya dan berkata kepada Feng Xiang Rong, “Maafkan aku.”
Feng Xiang Rong tidak mengatakan apapun. Berdiri di samping Xuan Tian Hua, Feng Xiang Rong menggigil tanpa henti.
Xuan Tian Hua menangkupkan tangannya kepada Xuan Tian Yi dan tidak lagi mengatakan apa-apa. Sekali lagi Xuan Tian Hua meletakkan tangannya di bahu Feng Xiang Rong, dan membawa Feng Xiang Rong kembali ke kabin kapal.
Bu Ni Shang memelototi punggung kedua orang itu dan mengertakkan giginya dengan keras.
Di danau, pengawal itu telah berhasil menaklukkan Feng Chen Yu dan menyeret Feng Chen Yu kembali ke perahu Feng Fen Dai. Dengan paksa, pengawal itu mendorong Feng Chen Yu ke atas perahu dan menyerahkan Feng Chen Yu kepada kasim yang ada di atas perahu itu.
Yi Lin dengan cepat melangkah maju dan melepaskan jubahnya sendiri kemudian memakaikan jubah luarnya itu kepada Feng Chen Yu. Yi Lin kemudian membantu Feng Chen Yu masuk ke dalam kabin kapal.
Feng Chen Yu sudah membeku kedinginan sampai-sampai kesadarannya mulai menghilang, ketika Feng Chen Yu secara sembarangan berteriak, “Yang Mulia, selamatkan saya.”
Feng Fen Dai mendengus, “Yang Mulia Pangeran Ketujuh tidak punya waktu untuk menyelamatkanmu. Kau diselamatkan oleh seorang pengawal dan seorang kasim.”
Feng Chen Yu merasa bingung dan tidak bisa memahami apa yang dikatakan oleh Feng Fen Dai itu. Feng Chen Yu hanya merasa bahwa tubuhnya itu terasa dingin melebihi apa yang bisa dia tanggung. Rasanya seolah-olah seluruh tubuh Feng Chen Yu itu telah jatuh ke dalam gua es.
Feng Fen Dai berdiri dan menendang Feng Chen Yu dengan jijik. Bagi Feng Fen Dai, Kakak Tertuanya itu sekarang terlihat seperti barang bekas yang tidak diinginkan. Ketika mereka berdua berdiri bersama, Feng Fen Dai merasa sangat dirugikan!
Yi Lin memelototi Feng Fen Dai tetapi tidak berani mengatakan apa-apa. Bagaimanapun juga, Yi Lin hanyalah seorang pelayan. Posisi Feng Chen Yu dalam kediaman keluarga Feng sedikit memburuk akhir-akhir ini. Yi Lin tidak ingin menyinggung Feng Fen Dai karena Feng Chen Yu. Ketika saatnya tiba dan terjadi pertengkaran, Yi Lin takut bahkan Feng Chen Yu sekalipun tidak akan bisa melindunginya.
Badai akhirnya berakhir, ketika perahu setiap keluarga itu mulai tiba di dermaga yang ada di pulau kecil yang terletak di tengah-tengah danau itu.
Ketika mereka sampai di darat, sudah ada banyak pelayan istana yang berdiri di sana. Setelah melihat Feng Xiang Rong didukung oleh Xuan Tian Hua, para pelayan itupun segera menghampirinya untuk membantu Feng Xian Rong, “Yang Mulia, jangan khawatir. Pelayan ini akan membawa Nona Muda Ketiga untuk berganti pakaian.”
Xuan Tian Hua mengangguk dan berkata kepada Feng Xiang Rong, “Pergilah. Jangan takut.” Xuan Tian Hua kemudian berkata kepada pelayan Istana itu, “Jaga dia baik-baik.”
Feng Xiang Rong sangat kedinginan. Mengangguk, Feng Xiang Rong pun mengikuti pelayan Istana itu dan membawa Mei Xiang, yang matanya bengkak karena menangis.
Adapun Feng Chen Yu, Feng Cheng Yu menunggu untuk waktu yang lama, tetapi tidak ada yang memperhatikannya. Beberapa saat kemudian, seorang istri pejabat tidak tahan lagi melihat Feng Chen Yu dan berniat memberikan jubahnya sendiri kepada Feng Chen Yu. Baru kemudian seorang kasim datang. Melihat Feng Chen Yu, kasim itupun berkata, “Ikutlah dengan kami!”
Feng Chen Yu sudah melewati titik dimana dia tidak bisa untuk membantah, dan Feng Chen Yu pun tidak peduli lagi untuk mencari Xuan Tian Hua. Dalam keadaan linglung, Feng Chen Yu pun mengikuti kasim itu dengan didukung oleh Yi Lin.
Pulau yang ada di tengah danau ini meskipun disebut dengan pulau, akan tetapi sebenarnya hanya merupakan sebidang tanah datar saja. Areanya sangat luas, cukup besar untuk menampung dua kali lebih banyak orang-orang yang datang pada hari ini.
Karena tempat ini sebelumnya belum pernah dibuka untuk orang-orang dari luar Istana, maka ketika orang-orang itu tiba di pulau ini, hal pertama yang mereka lakukan adalah melihat-lihat pemandangan yang ada di pulau ini. Perlahan, mereka pun mulai melupakan apa yang terjadi sebelumnya.
Setelah kira-kira satu jam berlalu, Feng Xiang Rong akhirnya selesai mengganti pakaiannya dengan pakaian yang baru. Riasan di wajahnya telah diperbaiki, dan rambutnya juga telah dikeringkan. Meskipun kulitnya masih terlihat sedikit pucat, hal itu membuat Feng Xiang Rong terlihat sedikit menyedihkan.
Mengikuti arahan seorang pelayan Istana, Feng Xiang Rong pun tiba di tempat dimana perjamuan akan diadakan. Pelayan Istana itu menjelaskan kepada Feng Xiang Rong, dengan berkata, “Di tempat ini pada awalnya terdapat pohon plum, tetapi Kaisar kemudian mengatakan bahwa pulau yang datar ini sangat cocok untuk tempat orang-orang berkumpul, maka semua pohon plum itupun ditebang. Dengan begini, tempat inipun menjadi semakin luas dan terang.”
Feng Xiang Rong mendengarkan penjelasan pelayan itu sambil mencari sosok Xuan Tian Hua. Akhirnya, Feng Xiang Rong pun menemukan Xuan Tian Hua sedang berada di sudut pulau yang sangat sepi dan tenang. Jadi orang itu pergi dan bersembunyi di tempat yang sepi untuk minum teh sendirian.
Feng Xiang Rong mempercepat langkahnya dan pergi menghampiri Xuan Tian Hua. Mei Xiang mengikuti di belakang Feng Xiang Rong. Tugas pelayan Istana itu sudah selesai, maka pelayan itupun membungkuk ke arah Feng Xiang Rong untuk berpamitan dan pergi.
Ketika Feng Xiang Rong tiba di tempat Xuan Tian Hua, Xuan Tian Hua baru saja meletakkan cangkir tehnya di atas meja. Melihat Feng Xiang Rong datang menghampirinya, Xuan Tian Hua pun bertanya kepada Feng Xiang Rong, “Apakah kau merasa sedikit lebih baik? Apakah kau sudah memakan obat yang diberikan kepadamu?”
Feng Xiang Rong mengangguk dan mengajukan pertanyaan yang ada di benaknya, “Mengapa Yang Mulia bisa memiliki pil obat dari Balai Seratus Ramuan milik Kakak Kedua di sini?”
Xuan Tian Hua berkata dalam hati bahwa Kakak Keduamu-lah yang baru saja memberikan pil itu kepadaku; Akan tetapi, Xuan Tian Hua tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya. Xuan Tian Hua hanya bisa berbohong dan berkata, “Pil obat dari Balai Seratus Ramuan terkenal di mana-mana. Kami sering pergi ke sana untuk membeli beberapa.”
Feng Xiang Rong tidak meragukan hal itu dan merasa bahwa perkataan Xuan Tian Hua itu sangat masuk akal, maka Feng Xian Rong pun membungkukkan badannya dan berkata dengan sungguh-sungguh, “Banyak terima kasih kepada Yang Mulia karena telah menyelamatkan Xiang Rong. Jika bukan karena Yang Mulia berada di sana, mungkin Xiang Rong sudah mati di danau.” Ketika Feng Xiang Rong mengucapkan kata-kata ini, Feng Xiang Rong masih merasa sedikit takut. Apalagi ketika Feng Chen Yu menariknya dan kemudian Feng Fen Dai mendorongnya, Feng Xiang Rong merasakan keringat membanjiri tubuhnya. Mereka berdua adalah saudara perempuannya. Mengapa mereka melakukan hal-hal seperti ini?
Xuan Tian Hua melihat bahwa Feng Xiang Rong tampak sedikit linglung, maka Xuan Tian Hua pun kembali mengambil secangkir teh dari meja dan secara pribadi menyerahkan teh itu kepada Feng Xiang Rong, “Minumlah sedikit dan hangatkan tubuhmu.”
Feng Xiang Rong merasa sedikit malu. Dengan pipi kemerahan, Feng Xiang Rong pun menerima teh hangat yang diberikan oleh Xuan Tian Hua itu, akan tetapi Feng Xiang Rong merasa ada sesuatu yang harus dia jelaskan, maka Feng Xiang Rong pun berkata, “Istana tidak memiliki banyak pakaian yang sederhana. Pakaian berwarna merah muda ini memang sangat indah, akan tetapi Kakak Keduaku …” Saat menyebut nama Feng Yu Heng, hati gadis kecil itupun menjadi hancur.
“Tidak heran jika A Heng menyukaimu.” Xuan Tian Hua memperhatikan Feng Xiang Rong dan tersenyum kecil. Xuan Tian Hua tiba-tiba saja mengambil setengah langkah maju ke depan dan berbisik ke telinga Feng Xiang Rong, “Jangan khawatir. Mengenakan pakaian seperti ini sangat cocok untuk menyambut A Heng. A Heng pasti akan sangat senang.”
Feng Xiang Rong samasekali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Xuan Tian Hua itu. Akan tetapi pada saat ini, semua orang yang menghadiri perjamuan telah tiba. Bahkan di tempat yang kecil seperti ini, banyak orang berkumpul. Ada juga beberapa orang Pangeran yang berjalan ke arah Xuan Tian Hua dan Feng Xiang Rong itu.
Feng Xiang Rong membungkuk dan berinisiatif untuk berkata, “Saya tidak akan mengganggu Yang Mulia. Xiang Rong akan duduk di tempat lain.” Feng Xiang Rong kemudian mengangkat pakaiannya dan berlari pergi.
Xuan Tian Hua memperhatikan ketika Feng Xiang Rong berlari pergi. Xuan Tian Hua merasa bahwa penampilan gadis ini dari belakang ketika berlari tampak seperti Feng Yu Heng. Xuan Tian Hua pun tidak bisa menahan diri untuk tersenyum kecil.
Kembali ke kelompok para tamu wanita, Feng Xiang Rong pun langsung dikelilingi oleh sekelompok nyonya dan nona muda. Seorang gadis yang disukai oleh Pangeran Ketujuh layak untuk dijilat.
Xuan Tian Ge dengan susah payah berhasil menyelamatkan Feng Xiang Rong dari kerumunan orang-orang itu. Xuan Tian Ge menarik Feng Xiang Rong ke tempatnya, dimana Ren Xi Feng dan teman-temannya sudah duduk di sana dan mengawasi Feng Xiang Rong sambil tersenyum.
Bai Fu Rong memeluk lengan Feng Xiang Rong dengan hangat dan menggodanya, “Gadis kecil, apakah jantungmu berdebar kencang?”
Feng Xiang Rong digoda sedemikian rupa oleh mereka sehingga wajahnya menjadi merah padam dan tampak seperti akan mulai berdarah. Akan tetapi Feng Xiang Rong sepanjang waktu memikirkan mengenai kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Xuan Tian Hua itu.
Kakak Kedua Feng Xiang Rong, Feng Xiang Rong tidak pernah merasa bahwa Kakak Keduanya itu benar-benar sudah meninggal. Alasan Feng Xiang Rong ingin mengenakan pakaian yang sederhana adalah karena Feng Xiang Rong tidak ingin terlihat terlalu mencolok di saat seperti ini. Dalam hati Feng Xiang Rong, Kakak Keduanya itu adalah orang yang sangat kuat di dunia ini. Tidak peduli siapa yang meninggal, orang itu pasti bukanlah Kakak Keduanya itu.
Jadi kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Xuan Tian Hua tadi, apakah mungkin …
Feng Xiang Rong tiba-tiba saja menyadari sesuatu dan segera menarik Xuan Tian Ge sebelum dengan tenangnya bertanya kepada Xuan Tian Ge, “Mungkinkah kau sudah menemukan Kakak Keduaku?”
Xuan Tian Ge tercengang, “Dari siapa kau mendengarnya?”
“Aku …” Feng Xiang Rong terkejut dan menggelengkan kepalanya, “Aku hanya menebaknya saja. Kalian semua adalah sahabat Kakak Keduaku. Jika Kakak Keduaku itu benar-benar sudah mati, bagaimana mungkin kalian masih memiliki keinginan untuk menggodaku.”
Fung Tian Yu memuji Feng Xiang Rong, “Cerdas.”
Mata Feng Xiang Rong berbinar, “Jika kau berkata seperti itu, apakah itu memang benar?”
Xuan Tian Ge mencondongkan tubuhnya ke dekat telinga Feng Xiang Rong dan membisikkan beberapa kata ke telinga Feng Xiang Rong. Mulut Feng Xiang Rong semakin menganga lebar. Pada akhirnya, mulut Feng Xiang Rong itu terbuka begitu lebarnya sehingga Bai Fu Rong memasukkan makanan penutup ke dalam mulut Feng Xiang Rong yang masih belum sepenuhnya tertutup itu.
Ketika Xuan Tian Ge akhirnya selesai berbicara, Feng Xiang Rong hampir mati tercekik karena makanan penutup yang ada di mulutnya itu. Feng Xiang Rong meminum air sambil bertanya dengan cemas, “Tuan Putri tidak menipuku, bukan?”
“Untuk apa aku membohongimu?” Xuan Tian Ge melirik kerumunan orang-orang dan segera saja menemukan Feng Jin Yuan sedang berada di tengah sekelompok pejabat. Alis Xuan Tian Ge pun segera berkerut, ketika Xuan Tian Ge menunjuk ke arah Feng Jin Yuan dan berkata, “Lihatlah Ayahmu itu. Seorang anak perempuan telah meninggal akan tetapi dia tidak tampak sedih ataupun gelisah. Dua putrinya jatuh ke dalam air, akan tetapi dia tetap tidak mau repot-repot untuk bertanya. Hei?” Tiba-tiba saja Xuan Tian Ge teringat sesuatu, “Itu tidak benar. Bukankah Ayahmu itu ingin menjadikan Kakak Tertuamu itu sebagai harta pusaka negeri ini? Bagaimana bisa ketika hartanya itu jatuh ke dalam air, Ayahmu itu bahkan tidak mau repot-repot untuk menanyakan keadaan putri kesayangannya itu?”
Feng Xiang Rong tidak tahu bagaimana dia harus menjelaskannya kepada Xuan Tian Ge. Feng Xiang Rong benar-benar tidak bisa memberitahukan mengenai masalah Feng Chen Yu yang sangat mengerikan itu kepada Xuan Tian Ge.
Feng Xiang Rong menggelengkan kepalanya dan menghela napas, kemudian berkata, “Pikiran Ayah selalu sulit untuk dimengerti. Aku pun juga tidak mengetahuinya.”
Xuan Tian Ge tahu bahwa dia tidak akan bisa mendapatkan jawaban dari seorang anak kecil. Maka Xuan Tian Ge pun langsung saja berdiri dan berjalan ke tempat dimana Feng Jin Yuan berada.
Feng Jin Yuan juga melihat ketika Xuan Tian Ge berjalan mendekatinya. Saat ini, ada pejabat tingkat ketiga yang menawarkan arak kepada Feng Jin Yuan. Feng Jin Yuan baru saja mengangkat cangkirnya ketika Xuan Tian Ge tiba di hadapannya. “Perdana Menteri Feng, sepertinya anda sangat bahagia! Anda bertukar minuman dengan orang lain, apa yang anda rayakan ini?”
Feng Jin Yuan merasakan kepalanya membengkak. Orang yang paling tidak bisa dihadapi oleh Feng Jin Yuan adalah Putri Wu Yang, Xuan Tian Ge. Anggota keluarga kerajaan yang baik. Feng Jin Yuan selalu kehilangan kata-kata ketika berbicara dengan Xuan Tian Ge, apalagi marah-marah kepada Xuan Tian Ge. Xuan Tian Ge dan Feng Yu Heng sangat dekat. Karena hubungan Xuan Tian Ge dengan Feng Yu Heng inilah, Xuan Tian Ge ini sudah menyebabkan banyak masalah bagi keluarga Feng. Feng Jin Yuan tidak menyangka jika Xuan Tian Ge tidak akan melepaskannya meskipun sedang berada di perjamuan seperti ini sekalipun!
Feng Jin Yuan menghela nafas dalam hatinya, akan tetapi Feng Jin Yuan masih tetap harus menjawab pertanyaan Xuan Tian Ge itu, “Tuan Putri sedang bercanda. Hari ini Yang Mulia Kaisar mengadakan perjamuan. Seorang pejabat tidak boleh merusak kebahagiaan yang dirasakan oleh orang lain.”
“Apakah benar seperti itu?” Xuan Tian Ge mengangguk, “Apa yang dikatakan oleh Perdana Menteri Feng itu sangat masuk akal, akan tetapi aku percaya bahwa semua orang yang datang ke Istana pada hari ini adalah orang-orang yang sangat pengertian dan juga masuk akal. Keluarga Tuan Feng sedang berduka. Tidak ada yang akan mencari masalah dengan anda. Memiliki seorang putra dan seorang putri yang meninggal pada saat yang bersamaan, betapa besarnya masalah itu, seharusnya sangat sulit bagi Tuan Feng untuk bisa tersenyum apalagi tertawa pada saat ini.”
Suara Xuan Tian Ge menjadi semakin keras, sehingga hampir semua orang melihat ke arahnya.
Setelah Xuan Tian Ge selesai berbicara, Xuan Tian Ge pun segera menatap semua orang dan melambaikan tangannya, “Jangan hanya menonton saja. Putri ini mengerti bahwa kalian semua pasti berpikir untuk menghibur Tuan Feng dan tidak membiarkannya berduka. Ayo, ayo, ayo. Semua orang datang ke sini. Keluarga Tuan Feng tidak membangun aula duka, jadi mari kita manfaatkan perjamuan ini sebagai kesempatan untuk mengucapkan beberapa patah kata penghiburan kepada Tuan Feng!”
Mendengar kata-kata Xuan Tian Ge itu, semua nyonya dan nona muda pun datang mendekat karena lambaian tangan dari Xuan Tian Ge itu. Mengelilingi Feng Jin Yuan, mereka tanpa henti berkata, “Perdana Menteri Feng pasti sedang berduka! Perdana Menteri Feng, orang tidak bisa hidup kembali setelah mereka mati. Anda harus menjaga kesehatan Anda! Ah! Seorang putra dan putri, keluarga Perdana Menteri Feng benar-benar mengalami tahun sial!”
Di dalam hatinya Feng Jin Yuan berteriak ‘Sial!’, akan tetapi Feng Jin Yuan tidak bisa melampiaskan amarahnya itu. Feng Jin Yuan hanya bisa menggertakkan giginya dan menerima kata-kata berkabung dari semua orang itu. Dengan susah payah, Feng Jin Yuan pun menemukan kesempatan untuk berbicara dan dengan cepat Feng Jin Yuan berkata, “Masalah dalam keluargaku tidaklah penting. Hari ini, adalah hari perjamuan yang diadakan oleh Yang Mulia Kaisar untuk putri penguasa daerah Ji An. Kita tidak boleh mengacaukan acara tuan rumah.”
Xuan Tian Ge menutup mulutnya dan terkikik, “Perdana Menteri Feng, jika kau ingat untuk apa perjamuan ini diadakan, maka itu adalah hal yang bagus. Putri penguasa daerah Ji An itu sangat ketakutan. Ketika saatnya tiba, aku berharap Perdana Menteri Feng dapat membantu mengucapkan beberapa kata penghiburan kepada putri penguasa daerah Ji An itu.”
“Tentu saja. Tentu saja.”
“Baiklah.” Xuan Tian Ge melihat ke sekeliling dan melihat Kaisar dan Permaisuri berjalan menuruni jalan kecil yang ada di sebelah kirinya. Baru setelah itu Xuan Tian Ge pun menutup mulutnya dan kembali ke kursinya sendiri. Tetapi sebelum Xuan Tian Ge pergi, Xuan Tian Ge dengan sedih berkata kepada Feng Jin Yuan, “Oh benar, Perdana Menteri Feng, aku bertemu dengan putri penguasa daerah Ji An itu pada beberapa hari yang lalu. Putri penguasa daerah Ji An itu benar-benar orang yang sangat bijaksana. Dia mengatakan kepadaku bahwa apa yang telah dipinjam harus dikembalikan. Putri penguasa daerah Ji An itu ingat kepada setiap orang yang berhutang kepadanya. Bahkan jika putri penguasa daerah Ji An itu telah pergi ke neraka sekalipun, dia tetap akan menagih hutang dari setiap orang yang sudah berhutang kepadanya.”