Buku Panduan Neraka - Chapter 78
Su Jin bergerak cepat dan hampir mencapai tempat si wanita gurita ketika tentakel-tentakel wanita itu tiba-tiba membelit sekujur tubuhnya.
Woong! Suatu pancaran hitam ditembakkan dari salah satu tentakel tersebut. Su Jin tak bisa mengelak dari serangan itu tepat waktu dan memaki dalam hati, tapi persis pada saat itu, mantel yang dia bawa terbentang, dan menghadang serangan itu untuk Su Jin.
“Kerja bagus!” batin Su Jin dalam hati. Kemudian, dia menyadari kalau si wanita gurita tidak bergerak lagi.
“Itu… itu adalah Mantel Triton! Kenapa kau punya benda ini?” seru si wanita gurita dengan syok dan menatap mantel yang menyelimuti tubuh Su Jin dengan mata membelalak.
Su Jin menyadari bahwa si wanita gurita berhenti menyerang hanya karena wanita itu terlalu kaget oleh kemunculan mantel ini. Dia tak tahu kenapa si wanita tampak begitu kaget, tapi Su Jin pernah mendengar kata ‘Triton’. Dia pun berseru pada si wanita, “Karena kau bisa lihat bahwa aku punya Mantel Triton, maka lebih baik kau melepaskan aku!”
Ekspresi si wanita berubah beberapa kali sebelum akhirnya kembali tenang dan mendengus. “Itu cuma mantelnya, bukan dia. Aku hanya perlu membunuhmu dan mantel itu akan jadi milikku!”
‘Wah, seriusan? Siapa yang telah mengarang semua karakter tukang bunuh ini?!’ Su Jin menggerutu dalam batin ketika dia memakai tenaganya untuk melepaskan tentakel yang menjeratnya dan pada saat bersamaan melontarkan Rumor ke arah mata si wanita.
Wanita gurita itu bereaksi sangat cepat dengan memakai satu tentakel untuk menghadang Rumor. Rumor mengiris tentakelnya, tapi matanya tak terluka.
“Manusia rendahan, berikan Mantel Triton kepadaku dan aku bisa memberimu beberapa pusaka lain kepadamu sebagai gantinya!” Si wanita berseru dan tampak bertekad untuk memiliki mantel itu.
Su Jin memikirkannya, kemudian berkata, “Sepakat! Kalau kau bisa membawakanku satu sisik Putri Duyung Kecil, mantel ini adalah milikmu!”
Wanita gurita itu terkejut sejenak tapi segera seulas senyum kembali ke wajahnya. “Ternyata begitu ya. Kau adalah salah seorang lagi dari idiot-idiot itu yang berharap untuk bisa hidup selamanya. Tapi sisiknya tak berguna. Kau harus memakan dagingnya agar hal itu bekerja.”
“Kurasa kau bisa bilang bahwa aku punya selera sendiri? Tak usah pedulikan kenapa aku menginginkannya! Pokoknya, kalau kau menginginkan mantel ini, kau harus membawakanku salah satu sisik Putri Duyung Kecil. Pastikan itu adalah sisik dari putri Triton!” Su Jin menyatakan syaratnya dengan sangat jelas.
Si wanita gurita menimbang-nimbang kesepakatan ini selama sesaat, kemudian mengangguk setuju. “Baik. Aku akan ambilkan satu sisik dari Putri Duyung Kecil untukmu. Tunggu aku di sini.” Wanita itu membuat suatu suara aneh dan semua hiu pun menghilang.
“Bukan masalah!” Su Jin mengangguk.
Tetapi setelah wanita gurita itu berjalan pergi, Su Jin mengikuti di belakangnya. Sejak awal dia tidak serius soal membuat kesepakatan dengan wanita itu. Dia hanya ingin memanfaatkan wanita gurita itu untuk mencari lokasi Putri Duyung Kecil.
Ketika dia mengikuti si wanita gurita dari kejauhan, Su Jin telah menggunakan Kekuatan Jiwanya untuk dari waktu ke waktu menyembunyikan dirinya sendiri. Pada saat mereka tiba di tempat tujuan mereka, Su Jin menyadari kalau dia sudah memakai lebih dari separuh Kekuatan Jiwanya. Dan ini cuma pusaka pertama. Su Jin hanya berharap tim-tim lainnya baik-baik saja.
“Salam, Dewi Suci.” Ini adalah sebuah kediaman yang dijaga oleh beberapa pengawal Orang Laut, tapi tidak tampak seperti istana. Para pengawal membungkuk dan menyapa si wanita gurita. Ternyata dia adalah Dewi Suci bagi Orang-orang Laut.
“Kalau begitu, maka dia pastilah penyihir laut yang membantu Putri Duyung Kecil mendapatkan kaki manusianya, kan?” Su Jin menepuk dahinya ketika dia menyadari siapa kemungkinan dari wanita ini.
Si wanita gurita berjalan melewati koridor-koridor dengan mudah, tapi tidak semudah itu bagi Su Jin untuk mengikutinya. Dia kehabisan Kekuatan Jiwa dan akan harus membunuh untuk membuka jalan jika dia kehabisan Kekuatan Jiwa sebelum menemukan sang Putri Duyung Kecil.
Persis ketika dia sudah bersiap menghadapi kemungkinan terburuk, akhirnya Su Jin melihat si Putri Duyung Kecil. Tapi ketika dia benar-benar melihatnya, Su Jin terperangah. Tidak mengherankan kalau pangeran dalam Putri Duyung Kecil versi ini ingin memakannya alih-alih terlibat dalam hubungan percintaan dengannya.
Si wanita gurita berdiri di depan Putri Duyung, atau lebih tepatnya, si wanita gurita berdiri di depan seonggok daging yang setengah membusuk. Dia tersenyum dan berkata, “Tuan Putriku tersayang! Sudah cukup lama kita tak bertemu tapi kau masih secantik biasanya!”
Onggokan daging itu mulai bergerak tapi Su Jin sama sekali tak bisa mengerti apa yang berusaha dia katakan.
Namun si wanita gurita meledak tertawa dengan lantang. “Haha! Kenapa kau semarah itu? Waktu itu aku telah menyelamatkanmu dari berubah menjadi buih lautan supaya kau bisa menikmati rasa sakit dan penderitaan untuk seumur hidupmu! Tapi sayangnya, kau tak bisa mati!” Ekspresi si wanita gurita menjadi keji dan sadis, seakan dirinya dipenuhi oleh kebencian terhadap sang Putri Duyung Kecil.
Su Jin nyaris terperangah ngeri. Kalau ini adalah hasil menyelamatkan Putri Duyung Kecil dari berubah menjadi buih lautan, maka berarti… sang Putri Duyung Kecil telah melewati seluruh cerita yang dia ketahui.
Su Jin lanjut menyatukan semua kepingannya dan digabungkan dengan mantel yang dia kenakan, dia pun sudah lumayan bisa mengetahui cerita lengkapnya. Sang Putri Duyung Kecil telah jatuh cinta kepada Pangeran Tampan yang seorang manusia dan bersedia mengorbankan segalanya demi pria itu. Wanita gurita ini adalah penyihir laut yang setuju membantu Putri Duyung Kecil menumbuhkan kaki manusia untuk ditukarkan dengan Mantel Triton.
Namun pada akhirnya, sang Putri Duyung Kecil memilih untuk membiarkan dirinya sendiri berubah menjadi buih lautan sementara mantelnya tetap berada di tangan sang Pangeran. Dengan murka si wanita gurita menarik sang Putri Duyung Kecil di tengah-tengah perubahannya menjadi buih lautan yang menjadi sebab kenapa putri duyung malang itu kini tinggal berbentuk seonggok daging membusuk. Namun karena duyung bisa hidup selamanya, kini sang Putri Duyung Kecil juga ditakdirkan untuk tetap berada dalam kondisi ini selamanya.
Jadi sekarang, seorang keturunan dari pangeran itu telah kembali ke bagian laut yang ini, mungkin setelah menemukan dari para tetuanya kisah tentang Putri Duyung Kecil dan ingin mendapatkan keabadian. Tetapi karena Su Jin muncul, tanpa disangka-sangka Mantel Triton pun juga telah dibawa kembali ke tempat ini.
“Saat kau meninggalkan Mantel Triton bersama para manusia, kau pikir aku takkan bisa mendapatkannya, bukankah begitu? Coba tebak! Mantelnya kembali! SEORANG MANUSIA telah membawanya kembali padaku!” Si wanita gurita tertawa sinting dan tampak luar biasa kegirangan.
Onggokan daging itu berhenti bergerak sekuat sebelumnya dan bahkan Su Jin bisa merasakan keputusasaan memancar dari onggokan daging itu.
Dengan lembut si wanita gurita membelai onggokan daging tersebut dan berkata, “Tapi demi mendapatkan mantel itu, aku masih membutuhkan bantuanmu. Aku akan bawa sisik ini denganku!” Hanya ada satu sisik yang tersisa pada si Putri Duyung Kecil, jadi si wanita gurita mengulurkan tangan untuk mengambilnya.
Su Jin tak berniat menukarkan mantelnya dengan sisik, jadi dia melemparkan Rumor dan senjata itu memotong putus tangan si wanita gurita.
“Ah!” Si wanita gurita memekik kesakitan. Dia adalah seorang penyihir, tapi tubuh fisiknya tak mampu bertahan melawan senjata seperti itu, jadi dia pun mulai memekik kesakitan setelah Rumor memotong tangannya.
Su Jin menerkamnya dan memakai Pisau Tulang untuk memotong habis semua tentakel yang berusaha menyerangnya.
“Kita sudah sepakat! Kau sudah berjanji padaku! Kau takkan bisa mendapatkan sisik itu tanpaku!!” Wanita itu mulai memekik ngeri. Su Jin tak bisa percaya kalau wanita ini masih memikirkan tentang mantel itu walaupun berada dalam bahaya mematikan.
Namun dia sama sekali tak peduli soal bicara pada wanita gurita itu. Dia membalikkan pisaunya dan memenggal kepala wanita itu. Semuanya terjadi dalam hitungan detik dan wanita gurita itu bahkan tak punya cukup waktu untuk menembakkan satu pun pancaran hitam ke arahnya.
Ketika mayat tak bernyawa si wanita gurita menghantam tanah, Su Jin berlari ke arah onggokan daging itu. Barusan tadi si wanita gurita telah berteriak begitu keras, jadi dia yakin kalau para pengawal di luar pasti telah mendengarnya. Dia tak punya waktu untuk dibuang-buang.
Ketika dia mendekat, Su Jin menyadari bahwa sebenarnya onggokan daging ini memiliki semua bagian tubuh yang benar, tapi semuanya berada dalam posisi amburadul dan proporsinya juga salah.
“Tolong… bunuh… aku….” Sebuah suara yang luar biasa lembut terdengar dari onggokan daging itu, memohon kepada Su Jin agar membunuhnya.
“Kau ingin… sisikku… tapi… hanya Orang Laut… yang bisa melepasnya. Aku akan… memberikan sisiknya… kepadamu… tapi mohon… mohon bunuh aku!” sang Putri Duyung Kecil terus memohon dalam rintihan pendek-pendek.
Su Jin mengernyit ketika dia teringat pada apa yang barusan tadi dikatakan oleh si wanita gurita. Jadi, dia butuh seorang anggota Penduduk Laut untuk melepaskan sisik Putri Duyung Kecil. Tak heran si wanita gurita bilang kalau Su Jin membutuhkan dirinya untuk memperoleh sisiknya.
“Aku berjanji akan melakukannya! Tapi pertama-tama, kau harus memberiku sisikmu!” Su Jin kehabisan waktu dan harus setuju pada apa pun yang diinginkan oleh sang Putri Duyung Kecil.
Sang Putri Duyung Kecil sangat penuh kepercayaan, jadi begitu Su Jin setuju pada permintaannya, satu-satunya sisik yang ada di tubuhnya pun terlepas.
“Kau harus… menghancurkanku hingga… jadi bubuk… kalau tidak… aku tak bisa mati,” sang Putri Duyung Kecil berkata kepada Su Jin.
Su Jin mendesah berat. Ini akan jadi lebih menyusahkan daripada yang dia harapkan. Satu-satunya benda yang dia punya yang bisa mengubah sang Putri Duyung Kecil menjadi bubuk adalah Busur Panjang Raja Iblis, tapi menggunakan senjata itu mengharuskan dia memakai Kekuatan Jiwa Raja Iblis.
Namun Su Jin tetap memutuskan untuk menyetujui hal itu karena dia tahu bahwa Tantangan-tantangan ini mungkin saja merupakan kejadian-kejadian nyata di semesta yang lain. Dia bersimpati kepada sang Putri Duyung Kecil dan bersedia mengakhiri penderitaannya.
Dia memungut sisik tersebut, kemudian mengambil Busur Panjang Raja Iblis dari Buku Panduannya dan mengaktifkan Raungan Raja Iblis. Semburan cahaya kelap-kelip meraung ke arah onggokan daging itu dan seketika onggokan daging itu pun berpencaran menjadi jutaan serpihan, menyebabkan gelembung-gelembung aneka warna muncul di dalam air.
Di antara gelembung-gelembung itu, Su Jin gemetar ketika dia merasakan Kekuatan Jiwa Raja Iblis menggerogoti dirinya. Tapi persis pada saat itu, tiba-tiba dia merasakan suatu kehangatan muncul dari dalam tubuhnya. Dia mendengar suara para pengawal bergegas masuk tapi pada saat bersamaan, seberkas cahaya putih melingkupi dirinya dan dia menyadari bahwa dia telah kembali ke tempat mereka mulai. Pintu portal terang-benderang menuju kisah Putri Duyung Kecil perlahan menutup sendiri.
“Tuan Su! Kau dapat sisik Putri Duyungnya?” Suara itu adalah milik Gu Ming. Ternyata Gu Ming dan Ning Meng sudah dipindahkan kembali kemari setelah Su Jin mendapatkan sisik itu.
Su Jin mengangguk dan meyentuh mantel yang ada pada dirinya. Mantel itu telah meninggalkan cerita tersebut bersama dengannya, yang berarti bahwa sang Pangeran tak bisa lagi mengambilnya kembali dan kini benda itu adalah milik Su Jin.
Tapi yang menarik perhatian Su Jin adalah jumlah angka yang ada di sudut matanya. Apa yang sebelumnya adalah batas seratus poin Kekuatan Jiwanya kini terbaca seratus sepuluh. Batas atasnya telah meningkat sepuluh poin.
Su Jin mulai menganalisa apa yang mungkin telah terjadi dan menyadari sesuatu. Setelah mengaktifkan Raungan Raja Iblis, Kekuatan Jiwa Raja Iblis menggerogoti dirinya seperti biasa, tapi setitik terakhir Kekuatan Jiwa Psikokinetik yang tersisa dalam dirinya juga mulai bekerja.
Kekuatan Jiwa Psikokinetik Su Jin menangkal serangan dari Kekuatan Jiwa Raja Iblis pada Su Jin dan bertambah dalam proses ini. Hal ini menjadi kejutan menyenangkan bagi Su Jin. Jadi, Kekuatan Jiwa Psikokinetiknya hanya akan meningkat di bawah tekanan dari Kekuatan-kekuatan Jiwa lainnya, atau Kekuatan Jiwa ini hanya punya kesempatan untuk berkembang lebih jauh ketika dirinya berada dalam bahaya besar.
Kalau memang begitu adanya, maka sisa Kekuatan Jiwa Raja Iblis yang ada di dalam Mata Raja Iblis sama seperti peralatan olahraga bagi Kekuatan Jiwanya sendiri.
Sementara itu, di suatu tempat di dalam retakan ruang dan waktu, mata Bibi Li melebar dengan penuh ketidakpercayaan. Dia mencengkeram pagar kayu dan meraung murka, “TIDAK! Itu mustahil! Tak ada… tidak ada yang pernah bisa menahan kekuatanku! Apa… bagaimana hal itu terjadi?!”